jpnn.com, PALU - Tiga warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas Kelas II-A Palu yang masing-masing bernama Syaiful Djambi, Hasan Zahabi dan Ahmad Wahyono ini patut diteladani. Mereka adalah WBP kasus terorisme yang kini menjadi entrepreneur dengan merintis usaha di dalam Lapas Palu.
Kepala Lapas Palu Ismono mengungkapkan, ketiganya adalah WBP kaliber berat karena terkait kasus terorisme. Namun, selama menjalani hukuman di penjara yang kondang dengan sebutan Lapas Petobo itu, Syaiful bersama Hasan dan Ahmad rajin menjalani pembinaan hingga mulai menjadi wirausahawan.
BACA JUGA: BPHN-Peradi Tandatangani Kerja Sama Penguatan Bantuan Hukum
“Syaiful Djambi yang menjadi penggiat pembuatan dan penjualan bakso di Lapas Palu. Yaitu terpidana yang dijatuhi hukuman selama 3,5 tahun dengan denda Rp 50 juta subsider tiga bulan,” tutur Ismono, Jumat (27/10).
Terpidana WBP teroris itu harus menjalani hukuman karena mengantar logistik untuk Daeng Koro dikenal sebagai salah satu pentolan jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur atau MIT. Pada tahun 2015, Syaiful resmi menjadi penghuni Lapas Palu.
BACA JUGA: Kepala Rutan Tanjung Konsolidasi Prinsip PASTI
Warga binaan pemasyarakatan di Lapas Palu, Syaiful Djambi yang berwirausaha dengan membuat bakso.
BACA JUGA: Inggris Tawarkan Beasiswa S2 Buat Pegawai Kemenkumham
Ismono menjelaskan, Syaiful memang punya keahlian membuat bakso sebelum menjadi WBP. Selama sebulan terakhir ini, Syaiful meneruskan keahliannya sembari menjalani sisa masa hukuman.
Untuk membuat bakso, Syaiful dibantu dua rekannya sesama WBP. “Bahkan ia (Syaiful, red) sendiri yang menyediakan modalnya,” ucapnya.
Sebelumnya, kata Ismono menambahkan, Syaiful juga membuat siomay. “Sayangnya kurang laku, kemudian beralih dan mencoba membuat bakso,” tambahnya mengungkapkan.
Menurut Ismono, usaha yang dirintis Syaiful di dalam Lapas Palu ternyata memiliki prospek menjanjikan. Karena itu, Lapas Palu pun mendukung upaya Syaiful.
Saat ini, bakso yang diproduksi Syaiful di Lapas Palu baru sebanyak 300 butir per hari atau lebih kurang 1 kilogram daging. Sedangkan setiap butir bakso dijual seharga Rp 1.000.
“Namun rencananya bulan depan produksinya akan ditambah menjadi dua kilo daging. Pemasarannya masih terbatas kepada WBP dan pengunjung lapas melalui koperasi,” ujar Ismono menjelaskan.
Bahkan, pihak Lapas Palu akan membina WBP lainnya untuk meneruskan produksi bakso di Lapas Palu yang dirintis Syaiful. Sebab, Syaiful sudah menjalani masa hukuman subsider tiga bulan.
Syaiful juga sudah menerima surat keputusan pembebasan bersyarat (PB). Karena itu, dia akan menikmati bebas bersyarat pada 15 Desember 2017 mendatang.
Selain Syaiful, dua WBP terorisme lainnya yang merintis usaha di Lapas Palu adalah Hasan Zahabi dan Ahmad Wahyono. “Keduanya menjadi wirausahawan yang mengikuti pembinaan budidaya ikan koi,” tutur Ismono dengan nada senang.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditjen AHU Punya Gedung Baru, Ini Harapan Menteri Yasonna
Redaktur & Reporter : Antoni