jpnn.com - Tidak ada satu pun pemimpin komunis di dunia yang dicintai oleh orang-orang Barat seperti Mikhail Gorbachev (1931-2022), pemimpin terakhir Uni Soviet sebelum negara itu bubar pada 1991.
Wajah dan penampilan Gorbachev sangat berbeda dengan para pemimpin Uni Soviet lain sejak era Stalin, Lenin, sampai era yang lebih modern seperti Nikita Krushchev sampai Leonid Brezhnev.
BACA JUGA: RIP Mikhail Gorbachev, Pemersatu Timur dan Barat yang Gagal Menyatukan Negara Sendiri
Mereka semua berwajah kaku tanpa senyum khas stereotype orang komunis.
Sementara, Gorbachev berwajah halus, murah senyum, dan tampilan khas priyayi aristokrat Eropa.
BACA JUGA: Untung Ada Pancasila, Indonesia Tak Terpecah Seperti Uni Soviet
Gorbachev meninggal dunia Selasa (30/8) dalam usia 91 tahun.
Dia menjadi pemimpin Uni Soviet yang paling populer, sekaligus paling dicintai di Eropa.
BACA JUGA: Simbol Uni Soviet Diruntuhkan Jelang Piala Dunia 2018
Gorbachev menjadi media darling dan dielu-elukan sebagai kampiun demokrasi dunia. Untuk jasanya itu Gorbachev mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian pada 1999.
Gorbachev menjadi satu-satunya pemimpin Soviet yang menerima penghargaan Nobel.
Tokoh lain asal Uni Soviet yang pernah mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian adalah Andre Shakarov, pakar fisika nuklir yang menjadi disiden penentang program nuklir Uni Soviet.
Sama dengan Gorbachev, Shakarov dipuja di Eropa dan Amerika, tetapi dibenci dan dicaci di negaranya sendiri, terutama oleh rezim komunis.
Tidak ada satu pun pemimpin Uni Soviet yang begitu disayang oleh publik Barat seperti Gorbachev.
Saking sayangnya kepada Gorbachev, sampai dia mempunyai nama panggilan sayang ‘’Gorby’’.
Dalam tradisi Barat, menyebut nama belakang sebagai nama panggilan adalah wujud dari kedekatan dan keakraban serta kasih sayang.
Nama Ferguson, misalnya, sering disebut sebagai ‘’Fergie’’.
Bukan hanya Gorby yang populer di Barat.
Istri Gorby, Raisa Gorbachev, juga sangat populer di Barat.
Wajahnya cantik dan tampilannya modis.
Beda dengan istri para pemimpin negara komunis yang biasanya berpenampilan kaku dan wagu, Raisa sangat charming dan penuh senyum.
Potongan rambutnya yang pendek ‘’ngebob’’ sangat populer di Barat dan sering disebut sebagai ‘’Raisa Look’’ atau gaya Raisa.
Raisa meninggal dunia pada 1992, setahun setelah Uni Soviet bubar.
Pasangan Gorby dan Raisa menjadi pasangan serasi yang dipuja di Barat.
Pada setiap kali ada pertemuan para pemimpin Barat dengan pemimpin Eropa, Gorby selalu mengajak serta Raisa.
Dan penampilan Raisa tidak pernah canggung ketika berkumpul bersama para istri pemimpin Eropa.
Gorby menjadi pahlawan demokrasi di Barat karena berani membuka dialog dengan Eropa dan Amerika untuk mengakhiri perang dingin, yang berlangsung sejak selesai Perang Dunia II pada 1945.
Setelah perang dunia selesai, para pemenang mengapling wilayah pampasan perang masing-masing.
Rusia menguasai Eropa Timur dan membentuk Pakta Warsawa yang berisi negara-negara komunis dan sosialis.
Amerika menguasai Eropa Barat dan membentuk NATO (North Atlantic Treaty Organization) Pakta Pertahanan Atlantik Utara.
Dua organisasi pertahanan besar itu menjadi musuh bebuyutan dalam memperebutkan dominasi dunia geopolitik internasional.
Persaingan kekuasaan itu menyebar ke seluruh dunia dan menyebabkan dunia terbelah dalam dua polarisasi besar.
Amerika dan Uni Soviet menjadi dua negara adi daya yang menjadi dua sumbu utama bipolarisme geopolitik internasional.
Uni Soviet merupakan gabungan dari negara-negara di kawasan Asia Tengah dan Kaukasia yang terbentuk dalam federasi pada 1965.
Federasi negara sosialis ini terdiri atas 15 negara yang menyebar luas sepanjang 22,4 juta kilometer, dari Laut Baltik dan Laut Hitam, hingga ke Samudera Pasifik.
Federasi itu dikenal dengan sebutan USSR atau Union of Soviet Socialist Republic, yang merupakan gabungan antara Eropa Timur, Asia Utara, dan Asia Tengah.
Gabungan negara-negara itu lebih dikenal dengan sebutan Uni Soviet, dan Rusia menjadi negara paling besar sekaligus paling berpengaruh dan bisa memaksa ke-15 negara tetangganya untuk menjadi bagian dari federasi dengan kekuatan senjata.
Setelah Uni Soviet ambruk pada 1991, ke-15 negara itu sekarang menjadi negara-negara yang merdeka dan berdaulat, termasuk Ukraina yang sekarang berperang melawan Rusia berebut wilayah sisa-sisa peninggalan Uni Soviet.
Ketika diangkat sebagai kepala negara USSR pada 1988 Gorby sudah melihat tanda-tanda pengeroposan yang mengkhawatirkan.
Perlombaan senjata dalam Perang Dingin membuat ekonomi Uni Soviet terkuras habis.
Sistem birokrasi komunis yang rigid dan tertutup menyebabkan inefisiensi dan pemborosan yang membuat produktivitas anjlok.
Sistem ekonomi sosialis yang diterapkan di Uni Soviet adalah sistem tertutup yang disebut sebagai ‘’statisme’’ yang bertumpu kepada state atau negara sebagai pemeran utama dan satu-satunya.
Seluruh aktivitas ekonomi bersifat sentralistik berpusat kepada negara. Tidak ada mekanisme supply and demand, pasokan dan permintaan, tidak ada mekanisme pasar, tidak ada peran swasta, semuanya dikuasai oleh negara.
Produktivitas buruh merosot drastis karena tidak ada insentif yang mendorong produktivitas.
Prinsip ekonomi sosialisme tidak mengenal dikotomi buruh sebagai penyedia tenaga kerja dan kaum majikan sebagai penyedia modal dan alat produksi.
Dalam sistem komunisme ini, kaum buruh menjadi penguasa ‘’diktator ploretariat’’ yang bisa menentukan sendiri produksi dan distribusi.
Karena tidak ada insentif untuk berprestasi maka buruh menjadi tidak produktif.
Adagium yang terkenal untuk meledek sistem ekonomi sosialisme adalah ‘’kaum buruh pura-pura bekerja, dan negara pura-pura membayar’’.
Semua mekanisme ekonomi dijalankan secara tertutup tanpa ada mekanisme pasar yang bisa menciptakan ekuilibrium.
Sistem ini terbukti sangat membebani keuangan Uni Soviet.
Ditambah dengan biaya tinggi dari perang dingin serta korupsi yang parah di kalangan birokrat, tidak ada pilihan lain bagi Gorby kecuali melakukan reformasi total.
Maka, Gorby memperkenalkan program ‘’Glastnost’’ dan ‘’Perestroika’’, keterbukaan dan restrukturisasi.
Dalam sistem komunis yang tertutup, glasnost atau keterbukaan adalah paradoks yang tidak bisa diterima.
Bagaimana mungkin sebuah sistem yang tertutup harus dipaksa untuk melakukan keterbukaan yang membawa pada akuntabilitas.
Dalam sistem komunisme yang kaku dan sentralistik tidak mungkin dilakukan restrukturisasi, karena selama ini ekonomi dijalankan bukan berdasarkan pada profesionalisme, tetapi pada mekanisme partai.
Glasnost dan perestroika berarti demokratisasi. Gorby berhati-hati untuk tidak memakai narasi demokratisasi, meskipun pada esensinya dia melakukan demokratisasi.
Glasnost dan Perestroika membuat Gorby harus membuka pasar internasional dan itu berarti harus berdialog dengan Barat.
Maka Gorby mengadakan berbagai pertemuan dengan para pemimpin Barat seperti dengan Ronald Reagan Presiden Amerika Serikat, Margaret Thatcher Perdana Menteri Inggris, dan Helmut Kohl Kanselir Jerman Barat.
Dialog dengan Barat itu membawa angin demokratisasi yang mengembus ke seluruh penjuru Eropa Timur. Jerman Barat dan Jerman Timur akhirnya bersatu setelah Tembok Berlin runtuh pada 1991.
Negara-negara diktator komunis di Eropa Timur berjatuhan, mulai dari Polandia, Rumania, Cekoslowakia, dan menjalar ke semua negara komunis Eropa Timur.
Di dalam negeri, demokratisasi memunculkan tokoh nasionalis radikal Rusia, Boris Yeltsin, yang berani mengumumkan kemerdekaan Rusia dari USSR.
Kalangan konservatif komunis dan para jenderal tidak bisa berbuat banyak menghadapi demonstrasi besar-besaran di Rusia.
Pada 1991, Rusia menyatakan merdeka dari USSR, dan pada akhir tahun Gorby menyatakan pengunduran diri. Uni Soviet bubar dan negara-negara anggotanya pun memerdekakan diri.
Gorby dipuja-puji sebagai demokrat sejati.
Akan tetapi, di dalam negeri ia dibenci dan dicaci, terutama oleh para komunis konservatif.
Gorbachev menjadi pemimpin Uni Soviet yang paling dikenal di seluruh dunia. Di Indonesia, Gorbachev bahkan diakui sebagai orang Ciamis. Nama aslinya Cecep Gorbacep. (*)
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror