GP Ansor Siap Salatkan Jenazah yang Ditelantarkan Warga

Minggu, 12 Maret 2017 – 13:41 WIB
Ketua Umum Pengurus Pusat GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas. Foto: amjad/jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Memanasnya situasi politik di DKI Jakarta membuat Ketua Umum Pengurus Pusat GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas prihatin.

Satu hal yang membuat dia terenyuh adalah adanya pelarangan mensalatkan jenazah bagi pendukung calon gubernur non-muslim.

BACA JUGA: Mayat Muslim Pemilih Ahok Tak Disalati? Ini Kata Anies

Hal itu membuat Yaqut bergerak dan akan menginstruksikan kader organisasi yang dipimpinnya untuk merawat jenazah seorang muslim atau muslimah yang ditolak bahkan ditelantarkan masyarakat di mana sang almarhum atau almarhumah bertempat tinggal.

"Kami perintahkan di seluruh cabang kalau ada warga yang muslim yang meninggal dan tidak diurus jenazahnya karena perbedaan politik. Kami perintahkan kepada sahabat-sahabat Ansor untuk merawat jenazah itu.”

BACA JUGA: Baca Nih, Penjelasan Polda soal Kasus Terkait Sandiaga

“Baik untuk mensalatkan, mengkafani, menguburkan bahkan mentahlilkan selama 40 hari kami laksanakan,” ujar Yaqut di arena bahtsul masail GP Ansor, Minggu (12/3).

Pernyataan ini dilontarkan setelah ada perlakuan buruk, di mana jenazah seorang nenek di kawasan Karet Raya, Setiabudi, Jakarta, yang meninggal dalam usia 78 tahun, beberapa hari lalu ditolak untuk diurus.

BACA JUGA: Ahok Tetap Santai meski Kasus e-KTP sedang Ramai

Warga setempat menolak mensalati nenek tersebut karena mendukung calon gubernur non muslim pada Pilkada DKI putaran pertama lalu.

Menurut Yaqut, apabila ada orang atau kelompok yang melarang mensalatkan jenazah lantaran beda pilihan politik, sudah terlalu ngawur.

“Kan ini sudah keterlaluan menggunakan agama. Padahal dalam Islam mensalatkan jenazah muslim itu fardhu kifayah. Kalau orang disuruh meninggalkan kewajiban ini dosa siapa, kan tidak boleh begitu,” tegasnya.

Sementara itu, acara Bahtsul Masail Kiai Muda yang digagas GP Ansor tersebut diikuti sekitar 100 peserta. Mereka adalah kiai-kiai muda dari berbagai pesantren di Indonesia. Tema yang diambil “Kepemimpinan Non-Muslim dalam Pandangan Islam”.

Kajian ini digagas untuk menanggapi polemik yang berawal dari kasus Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang diduga menistakan agama.

“Kepemimpinan yang kita anut itu, pemimpin yang bisa memberikan manfaat bagi masyarakat. Kita tak pandang suku, ras dan seterusnya, tapi bagaimana calon seorang pemimpin yang mampu memberikan kemaslahatan bagi umat,” tandasnya. (dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Relawan AHY-Sylvi Jakarta Network Dukung Ahok-Djarot


Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler