jpnn.com, YOGYAKARTA - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie mengkritik para kaum nasionalis di Indonesia yang selama ini tidak pernah buka suara mengenai kasus intoleransi yang terus terjadi belakangan ini.
Menurut Grace, fenomena normalisasi intoleransi yang ditandai dengan masyarakat yang semakin menganggap intoleransi sebagai sesuatu yang normal. Pada fase itu, kata Grace, kaum nasionalis-moderat harusnya berani berbicara atau bahkan membela mereka yang terdiskriminasi.
BACA JUGA: Survei Dapil DKI: Popularitas Caleg PSI Kalahkan Petahana
“Dalam menghadapi gelombang yang semakin besar itu, kaum nasionalis-moderat di partai politik, lebih memilih cara aman, agar lolos dari stigma anti-umat, demi kepentingan elektoral semata," jelas Grace dalam acara Festival 11 Yogyakarta, Senin (11/2).
Grace menganggap intoleransi adalah ancaman bagi persatuan masyarakat. Seharusnya, intoleransi harus diprotes oleh partai politik juga.
BACA JUGA: Grace Natalie Kecam Fenomena Normalisasi Intoleransi
"Ketika ada perayaan keagamaan diserang, ketika ada tempat ibadah ditutup paksa, ketika massa membakar rumah di mana Ibu Meliana sedang berada di dalamnya. Ke mana mereka ketika Ibu Meliana dimasukkan ke penjara? Tidak cukup suara menentang itu semua, karena kita mulai menganggapnya sebagai hal biasa. Inilah normalisasi intoleransi!” kecam Grace.
Belakangan ini memang banyak yang bertanya-tanya mengapa PSI selalu berbicara tentang isu-isu sensitif, namun menurut Grace, PSI sebagai satu-satunya partai yang berdiri dan berani membela kebenaran.
BACA JUGA: Survei: PDIP Nomor Satu di Jakarta, PSI Mulai Melesat
Grace menegaskan, PSI didirikan atas kecemasan terkait meluasnya intoleransi di negeri ini. Karena itu, alasan mengapa salah satu perjuangan pokok PSI adalah melawan intoleransi di tengah bungkamnya para kaum nasionalis-moderat bangsa. (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekjen Pegerakan Indonesia: PSI Mencerminkan Politik Kegembiraan
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga