Grant Thornton Beri Tips Aman Berbisnis dengan Bantuan Teknologi Terkini

Senin, 14 November 2022 – 18:13 WIB
CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani. Foto: Dok Grant Thornton Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - Perkembangan digital dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberi kemampuan komunikasi baru bagi masyarakat.

TIK merupakan semua teknologi dan layanan yang terlibat dalam komunikasi, manajemen data, penyediaan telekomunikasi, dan internet.

BACA JUGA: Ini Dia Teknologi Tabung Vacuum pada Pemanas Air Bertenaga Surya

Selain kelebihan dari TIK, ada juga risiko di balik penggunaan TIK.

CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan TIK berkembang pesat karena pengaruh pandemi.

BACA JUGA: Mentan SYL Berharap Tanaman PRG jadi Alternatif Teknologi Peningkatan Produktivitas

Pengusaha dan konsumen pun didorong berinovasi untuk mendukung adaptasi bisnis agar tetap berjalan.

"Namun, pelaku bisnis juga perlu memahami bahwa tingginya ketergantungan akan teknologi tentu juga memiliki risiko yang membawa membawa dampak negatif akan usaha mereka.”

BACA JUGA: Guru Kreator Enterprise, Aplikasi Teknologi Pendidikan untuk Bantu Guru dan Siswa

Grant Thornton Indonesia menyebut ada beberapa potensi risiko dampak negatif TIK pada bisnis yang perlu diwaspadai seperti kejahatan siber.

Kejahatan dengan memanfaatkan teknologi atau jaringan komputer secara online seperti pembajakan kartu kredit, penipuan online, dan sebagainya.

"Kejahatan yang bisa mendatangkan kerugian luar biasa besar bagi bisnis ini bahkan dapat terjadi lintas negara dan sering sulit dibuktikan secara hukum," ungkap Johanna.

Kemudian, pelanggaran hak cipta seperti pembajakan software, penggandaan tanpa seizin pencipta karya, maupun pemakaian tanpa izin. Pelanggaran hak cipta sudah pasti merugikan produsen yang tidak mendapatkan keuntungan dari hasil karyanya.

"Merugikan konsumen jika mendapatkan produk dengan kualitas jauh dari produk asli," ujarnya.

Johanna juga menyebutkan penyebaran malware atau program komputer juga kerap terjadi.

Kejahatan itu sifatnya mencari kelemahan software.

Kemajuan TIK juga dihantui risiko disalahgunakan oknum tertentu untuk membobol atau merusak sistem operasi maupun merusak software.

Contoh malware adalah virus, worm, keylogger, trojan, spyware, dan sebagainya.

"Tentunya hal ini dapat berdampak langsung akan operasional bisnis sebuah perusahaan," ungkap Johanna.

IT Advisory Director Grant Thornton Indonesia Goutama Bachtiar mengatakan selain dari bertambahnya pengguna dan meningkatnya pemanfaatan TIK, di sisi lain risiko siber di berbagai industri juga meningkat.

"Dengan adanya pandemi COVID ini, organisasi sebaiknya mulai memfokuskan diri pada ketahanan siber, tidak lagi semata kepada keamanan siber. Bagi individu sebagai pengguna layanan TIK, agar tetap waspada dan terus mengikuti perkembangan terbaru seputar seputar risiko siber/keamanan siber," ujar Goutama.

Dia pun menyebut perkembangan teknologi ini akan berdampak positif ataupun negatif tergantung bagaimana penggunanya.

"Teknologi tersebut dengan bijak serta terus melakukan daya upaya dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk menjaga segala risiko yang mungkin terjadi," tegas Goutama. (mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler