Gung Bli, Memanen Kesuksesan Bertani Lewat Electrifying Agriculture & Teknologi

Sabtu, 31 Desember 2022 – 09:19 WIB
AA Gede Agung Wedhatama alias Bli Gung (berdiri paling kiri) saat berbagi pengalaman bertani kepada para pemuda di Desa Gobleg, Kabupaten Gianyar, Bali. Foto: dokumentasi pribadi for JPNN.com

jpnn.com - Makin jarang anak muda mau menjadi petani. Pemuda di Bali bernama AA Gede Agung Wedhatama yang hampir 10 tahun lalu memutuskan bertani, kini memanen sukses berkat kejeliannya memanfaatkan teknologi dan ketersediaan energi listrik.

Laporan Kenny Kurnia Putra

BACA JUGA: PLN Tanam 1.800 Pohon dan Dorong Pemanfaatan Electrifying Agriculture di Sumbar

BUKAN masalah bisa atau tidak, yang penting mau atau tidak, karena kalau mau pasti bisa.

Itulah kredo yang terucap dari mulut AA Gede Agung Wedhatama (38), pria Bali yang menekuni pertanian sayur-mayur dan buah-buahan.

BACA JUGA: Kementan Kukuhkan 67 Duta Petani Milenial dan Petani Andalan

Warga Desa Gobleg, Kabupaten Gianyar, Bali, itu mengambil keputusan berani pada masa mudanya, yakni memilih menjadi petani. Bli Gung -panggilang akrabnya- mulai menekuni pertanian pada 2013.

Namun, upaya Bli Gung merintis pertanian di desanya bukanlah hal mudah. "Waktu itu awalnya kami kekurangan air,” ujarnya saat berbincang dengan JPNN.com belum lama ini.

BACA JUGA: Terapkan Smart Farming, Duta Petani Milenial Asal Bali Jelajahi Mancanegara

Walakin, Bli Gung percaya dengan kredonya sehingga meyakini masalah air itu bisa diatasi. Solusinya datang pada 2019 dengan pemanfaatan smart farming atau pertanian cerdas.

“Kami mengambil solusi dengan irigasi tetes untuk penyiraman pada lahan. Jadi, bertahap prosesnya, kami kembangkan smart farming sampai sekarang," ucapnya.

Bli Gung memanfaatkan smart farming untuk mengairi dan memupuk tanamannya. Dia menggunakan ponsel pintar atau smartphone untuk menunjang pertaniannya.

“Petani muda itu harus tanggap dan peka terhadap perkembangan. Dengan pemanfaatan smart farming berupa smart irrigation yang dikendalikan Android, sistem operasi smartphone kami menjadwalkan dengan tepat kapan tanaman perlu disiram dan berapa banyak air yang dibutuhkan,” tuturnya.

Duta Petani Milenial (DPM) Kementerian Pertanian 2021 itu menjelaskan pemupukan yang tepat akan berefek pada produktivitas tanaman.

“Hasil pertanian pun meningkat dengan kualitas yang baik pula,” imbuhnya.

Gung Bli menjelaskan smart farming tidak hanya soal teknologi, tetapi juga ada dua hal lain yang harus diterapkan oleh para petani.

"Ada smart culture (budaya pintar), smart farmer, dan smart technology," ucapnya.

Smart culture berarti para petani harus tetap menjaga budaya pertanian di daerah masing-masing.

Adapun smart farmer bermakna petani harus pintar, termasuk menjaga pertanian yang ramah lingkungan, mempertahankan keselarasan dengan alam, dan tidak hanya terpaku pada satu komoditas.

"Baru smart technology dengan digitalisasi," tutur Bli Gung.

Perlahan, usaha Bli Gung berkembang. Buah-buah panenannya mampu menembus pasar mancanegara.

Bli Gung pun bukan hanya menjadi petani, melainkan juga pengekspor buah. Pada usia yang masih muda, dia sukses sebagai petani cum pengusaha.

Menjadi entrepreneur mendorong Bli Gung memikirkan cara menekan biaya operasional. Ibarat pepatah pucuk dicinta ulam pun tiba, PT PLN (Persero) meluncurkan program Electrifying Agriculture atau EA pada 2021.

Bli Gung pun memanfaatkan EA untuk menunjang pertaniannya. Kehadiran EA melengkapi penggunaan smart farming.

Dengan EA, Bli Gung bisa menghemat biaya operasional hingga 70 persen. Bersamaan dengan biaya operasional yang makin efisien, produktivitas tanamannya juga meningkat tiga kali lipat.

EA juga membuat panenan Bli Gung bisa bersaing dengan berbagai hasil pertanian negara lain. Manggis, buah naga, mangga, dan salak hasil panenannya pun menembus pasar Tiongkok, Rusia, Kamboja, Timur Tengah, hingga Eropa.

Keberhasilan Bli Gung membuat petani lain terpikat. Kini, EA terus menular ke petani lain.

“Ini terus berkembang. Di komunitas kami di Desa Gobleg saja ada kurang lebih 120 petani,” ujarnya.

Selain itu, EA juga sudah dipakai petani di daerah lain di Bali. “Ada di Payangan (Gianyar), Sanur (Denpasar), hingga Karangasem," tuturnya.

Oleh karena itu, Bli Gung mendorong petani lain memanfaatkan EA dari PLN. Menurut dia, PLN juga mendampingi para petani dalam pengembangan EA.

"Petani makin well educated (teredukasi baik) soal electrifying agriculture yang sangat membantu kami. PLN benar-benar sudah memberikan support kepada petani-petani kami di Bali,” kata Bli Gung.

Selain itu, Bli Gung juga mengajak anak muda berani menggeluti pertanian. “Ini sektor fundamental yang terus dibutuhkan manusia sampai akhir zaman,” ulasannya.

Electrifying agriculture merupakan terobosan penting bagi sektor pertanian di tanah air. Program yang digagas PT PLN (Persero) pada 2021 itu terbukti mangkus dalam memajukan dan memodern sektor pertanian.

Data PLN menunjukkan petani yang menggunakan EA pada 2021 sebanyak 156.937 pelanggan. Namun, per November 2022, jumlah penggunanya meningkat menjadi 193.058 orang.

Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan EA merupakan program yang didesain untuk mendorong pemanfaatan teknologi energi listrik guna meningkatkan produktivitas petani maupun peternak.

Program itu diharapkan tidak hanya mampu mendongkrak permintaan akan listrik, tetapi juga mendukung kemandirian pangan nasional.

Darmawan menjelaskan Indonesia merupakan negara agraris. Menurut dia, EA yang diluncurkan PLN juga sebagai ikhtiar mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional.

“PLN mendukung penuh cita-cita ketahanan pangan dalam negeri, maka kami meluncurkan program ini untuk bisa mendukung sektor agrikultur di Indonesia,” ucapnya.

Peraih gelar Ph.D dari Texas A&M University, Amerika Serikat (AS), itu menjelaskan EA juga dirancang untuk memudahkan para petani pelanggan PLN. Misalnya, jaringan listrik PLN disalurkan langsung ke lokasi pertanian, perikanan, dan peternakan.

Dengan demikian, petani tidak perlu lagi menaik kabel sendiri dari rumah ke sawah atau ladang pertanian mereka.

“Dengan cara itu, jaringan listrik akan lebih aman untuk mengairi sawah dengan mesin pompa air, memberantas hama dengan lampu penjebak hama, atau menerangi ternak dan lahan yang memerlukan pengawasan intensif,” tutur Darmawan.(Mcr8/JPNN.com)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler