Gunung Marapi Masih Waspada, Sudah Berapa Kali Meletus? Ini Datanya

Jumat, 09 Juni 2017 – 05:04 WIB
Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam Provinsi Sumbar terlihat mengeluarkan abu vulkanis. Foto: Istimewa

jpnn.com, BUKITTINGGI - Gunung Marapi di Sumatera Barat, sejak Minggu (4/6) kemarin hingga Kamis (8/6) sore pukul 18.00 wib, tercatat 89 kali erupsi.

Artinya, jika dirata-rata, ada sebanyak 20 kali letusan setiap hari, mulai dari amplitudo 1 milimeter hingga 13 milimeter, dengan lontaran erupsi sampai hingga ketinggian 700 meter.

BACA JUGA: Video Detik-Detik Gunung Marapi Meletus

Dengan kondisi ini, menunjukan aktifitas Marapi masih belum stabil. Data tersebut dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Bukittinggi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Gelologi (PVMBG).

Petugas PGA Marapi, Hartanto Prawiro, Kamis sore kemarin mengungkapkan, sejauh ini meski kondisi Marapi belum stabil, namun masyarakat yang tinggal disekitar Marapi belum perlu mengungsi.

BACA JUGA: 13 Pendaki Gunung Marapi Belum Turun, 5 di Cadas, 8 Tersesat

“Marapi masih berstatus waspada level II. Pada level ini, masyarakat dilarang beraktifitas di radius tiga kilometer dari puncak. Nah, di kawasan Marapi, tidak ada pemukiman warga di zona tiga kilometer dari puncak. Pemukiman warga terdekat berjarak lebih dari lima kilometer dari puncak,” jelas Hartanto.

Hartanto menjelaskan, jika status Marapi nantinya menunjukkan peningkatan, barulah kecemasan akan ancaman turut meluas.

BACA JUGA: Gunung Marapi Kembali Meletus

Menurut Hartanto, ancaman gunung yang dimaksud berupa lontaran batu pijar, gas beracun serta bom vulkanik (lontaran batu besar).

“Kalau sudah berstatus siaga, radius lima kilometer dari puncak harus disterilkan dari aktivitas masyarakat. Ada sebagian kecil masyarakat di kawasan Kecamatan X Koto Tanah Datar yang bermukim di radius lima kilometer dari puncak,” terang Hartanto, seperti diberitakan Padang Ekspres (Jawa Pos Group).

Dengan status waspada saat ini, Hartanto berharap kepada pendaki untuk tidak beraktivitas di radius tiga kilometer dari puncak atau tidak mendekati kawasan cadas hingga puncak Marapi.

Menurut Hartanto, Erupsi Marapi yang terjadi pada Minggu kemarin itu, bukanlah erupasi perdana yang pernah terjadi.

Sepanjang sejarah yang dicatat oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Marapi sudah berulang kali meledak. Bahkan, dari catatan yang ada erupsi Marapi terjadi pada tahun 1807 silam.

Selanjutnya, di tahun 1822, Marapi kembali bergejolak, dengan mengeluarkan lelehan lava disertai hembusan asap dan awan debu berikut dengan sinar api dari arah Puncak.

Dilaporkan, letusan ini sedikit menimbulkan kerusakan. Namun tak disebutkan kerusakannya seperti apa.

Lalu, sepanjang 1833-1834, Marapi kembali lagi bertingkah, beberapa kali letusan terjadi dalam skala kecil. Dikatakan, abu hitam terlihat keluar dari kawah dan malamnya, terlihat bara api.

Sebelas tahun vakum, tepatnya tahun 1845, Marapi mengamuk, dari puncak, terdengar suara bergemuruh dan terlihat api dalam skala besar.

Pada 29 Agustus 1854, Marapi meletus setelah cukup lama padam, terjadi hujan abu selama beberapa hari, tapi tak disebutkan wilayah mana yang terkena hujan abu.

Selanjutnya, Marapi juga meletus dalam skala kecil pada tahun 1855,1856, 1861, dan 1863. Di tahun 1871, terjadi letusan yang cukup menyita perhatian, sebab dampak letusan itu disebutkan menyebabkan hujan abu dengan intensitas cukup tebal hingga mencapai wilayah Bukittinggi. 4 April 1876, awan asap besar terlihat.

Aktivitas Marapi dilaporkan meningkat sejak saat itu, pada bulan Agustus, satu bongkah lava sebesar 10-12 Meter Kubik terlempar ke udara sejauh 280 meter. Periode Agustus-Desember ini, aktifitas Marapi sangat tinggi sebab sering teramati letusan lava dan abu.

Berikutnya, pada 1878 tepatnya di bulan Desember, terdengar gemuruh selama 10 menit. Di tahun 1883, Marapi kembali erupsi, kali ini terjadi letusan abu dalam skala kecil.

Begitupun di tahun 1885, terlihat asap kembali mengepul dari puncak. 31 Maret 1886, terjadi letusan besar. Suara gemuruh dari kepundan terdengar sebanyak lima kali.

Akibat dari letusan ini, Sumpu dan Simawang dihantam hujan abu. Dua tahun kemudian, tepatnya 19-20 Februari 1888, terjadi letusan stromboli. Ini cukup besar, sebab abu letusannya mengepung sampai ke wilayah Tiku Agam selama dua jam.

Lalu, periode selanjutnya hingga tahun 1913 tak diketahui, sebab tak ada keterangan tentang aktifitas Marapi.

Tahun 1916, tepatnya 5 Mei pukul 14.30-14.44 wib dan 7 Mei pukul 13.14 wib kembali terdengar suara gemuruh.

Setahun berikutnya, Marapi mengamuk hebat. Tanggal 16 September 1917, letusan besar terjadi, hujan abu dilaporkan mendera Bukittinggi.

Pada 8 Maret 1918 kembali terjadi letusan. Dua hari selanjutnya, seorang ahli asal Belanda yang bernama Justesen, melihat jika dasar kawah berwarna merah darah disertai kepulan asap warna biru.

Berikutnya, 1919, terjadi ledakan kuat. Disebutkan, ada sebongkah lava terlempar ke arah barat daya.

Pada 1925, tepatnya 12-13 April, aktifitas vulkanik Marapi kembali meningkat ditandai dengan munculnya sumbat lava dari dasar kawah. Lalu, di tahun 1927, serentetan letusan yang mengeluarkan abu hitam tebal berbentuk kembang kol terjadi dengan hebatnya.

Tinggi asap mencapai 2-3 km yang mengakibatkan Padang Panjang terkena hujan abu. Selanjutnya hingga tahun 1951, beberapa kali tercatat peningkatan aktifitas Marapi dengan mengeluarkan berbagai letusan dengan skala kecil yang diikuti dengan gempa.

Tahun 1952, Marapi kembali erupsi dengan dahsyat, tepatnya tanggal 29 Mei-6 Juni, letusan abu berbentuk cendawan dengan ketinggian mencapai 2-3 km mengakibatkan wilayah Padang Panjang terkena hujan abu.

Pada tanggal 7-14 Juni letusannya berangsur melemah. Kemungkinan, letusan di tahun inilah yang menjadi salah satu letusan terbesar yang tercatat selama sejarah Marapi.

Setelahnya, letusan eksplosif kembali terjadi pada 26-28 Maret 1975, yang disertai dengan suara gemuruh dan lontaran material lava pojar yang terjadi pada kawah. Tinggi asap berkisar antara 1000-1500 meter, hujan abu menyentuh Batu Sangkar.

Begitupun pada tahun 1977, letusan juga terjadi hingga mengeluarkan asap putih tebal setinggi 1000 meter.

Pada 8 September 1978, letusan besar yang berasal dari kawah verbeek dan kawah C, asap letusan berbentuk kembang kol membumbung tinggi lebih kurang 1500 meter di angkasa.

Hujan abu menyebar sejauh 25 km hingga melingkupi sejumlah daerah di dalam Kabupaten Tanah Datar.

Pada 1980, tanggal 8 Mei dan 14 Oktober, letusan eksplosif disertai suara gemuruh pada kawah Verbeek. Tinggi asap mencapai 1000 meter, dan dilaporkan terjadi hujan abu di wilayah Tanah Datar dengan ketebalan 1 milimeter.

Kemudian, di tahun 1987, Marapi tampak begitu sibuk beraktifitas. Serangkaian letusan besar disertai suara gemuruh dengan lontaran lava pijar terjadi dari dalam kawah.

Tinggi asap letusan bervariasi antara 600-1500 meter, serentetan letusan itu membuat sebaran abu mencapai wilayah Bukittinggi, Tanah Datar, dan Pariaman.

Periode 1988-1990, Marapi masih bergejolak. Rentetan letusan eksplosif kadang disertai suara gemuruh dan sinar bara api terjadi secara sporadis sepanjang tahun.

Pusat letusan masih di kawah utama atau populer disebut kawah Verbeek. Tinggi asap antara 400-2000 meter dengan warna hitam tebal berbentuk cendawan, hujan abu menyebar hingga 6-10 km dari pusat kegiatan,

Selanjutnya hingga tahun 2010, teramati sejumlah letusan kecil dengan ketinggian asap antara 200-1500 meter.

Pada 3 Agustus 2011, letusan eksplosif disertai suara gemuruh terdengar dari kawah. Tinggi asap mencapai 1000 meter yang menyebabkan hujan abu dengan ketebalan kurang dari 1 mm. Sejak saat itu, status Marapi naik dari Normal level I menjadi Waspada Level II hingga sekarang.

Pada 26 September 2012, letusan besar kembali terjadi dengan suara bergemuruh dari kawah yang memaksa keluarnya asap warna kelabu tebal dengan ketinggian lebih kurang 1500 meter.

Selanjutnya, 2014, tercatat sejumlah letusan sebanyak 18 kali dengan warna asap kelabu dengan ketinggian 100-700 meter.

Terakhir, Minggu 4 Juni 2017, terjadi letusan sebanyak 6 kali pada kawah Verbeek . Tinggi asap mencapai 700 meter yang menyebabkan hujan abu jatuh di Tanah Datar dengan ketebalan kurang dari 1 milimeter.

Hingga Kamis 8 Juni, Marapi tercatat sudah mengeluarkan hampir 90 kali letusan sejak terbangun pada Minggu 4 Juni 2017 lalu. (st)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gunung Marapi Meletus Dua Kali, Waspada!


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler