Gunung Rokatenda Meletus, 2.000 Mengungsi

Senin, 04 Februari 2013 – 06:56 WIB
JAKARTA - Sedikitnya 2.000 warga Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), diungsikan ke pulau Flores Minggu (3/2) dini hari akibat Gunung Rokatenda meletus. Gunung berapi setinggi 875 meter itu meletus Sabtu (2/2) jelang tengah malam. Meski begitu, status gunung tersebut masih dalam level siaga tiga. Belum ada laporan korban jiwa akibat meletusnya gunung tersebut.

Berdasar informasi, Gunung Rokatenda yang terletak di pulau Palue meletus pukul 23.45 WITA. Gunung yang oleh masyarakat setempat disebut Gunung Palue itu menyemburkan abu vulkanik hingga ketinggian empat kilometer. Angin mengarahkan abu vulkanik tersebut ke dua kabupaten di NTT, yakni Sikka dan Nagekeo.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi NTT Tini Thadeus menyatakan, saat menyembur kali pertama terdengar dua kali ledakan. Ledakan itu terdengar hingga radius 17 kilometer dari puncak gunung. Kondisi tersebut sebenarnya belum dianggap membahayakan karena status gunung masih siaga tiga. Karena itu, tidak ada perintah melaksanakan evakuasi.

Meski begitu, ledakan dan semburan abu vulkanik membuat warga kecamatan Palue, yang terdekat dengan gunung tersebut panik. Ditambah lagi petugas pos pantau gunung Rokatenda melihat lava pijar ikut mengalir dari puncak gunung. Khawatir akan dampak lebih jauh, setidaknya 2.000 orang berinisiatif meninggalkan pulau Palue dengan puluhan perahu motor menuju Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, dan dan Maurole, bagian utara Kabupaten Ende.

Tini mengatakan, semburan abu vulkanik mengarah ke selatan pulau Palue dan membawa dampak hingga sekitar 200 kilometer jauhnya. "Tapi, sebagian besar abu jatuh ke laut sebelum sampai ke pulau Flores," terangnya. Sekitar pukul 16.00 waktu setempat, semburan abu berhenti dan menyisakan letupan-letupan kecil yang tidak berdampak pada aerea sekitarnya.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pengungsi hanya berasal dari kecamatan Palue. Sedangkan warga di 20 kecamatan lain di Sikka dan tujuh kecamatan di Nagekeo memilih bertahan di rumah masing-masing. "Pemerintah Kabupaten Sikka sudan mendistribusikan 11 ribu masker untuk warga yang wilayahnya terkena abu vulkanik," terangnya. Selain itu, logistik berupa makanan dan minuman juga telah tersedia di lokasi pengungsian.

Intensitas gempa hingga semalam terus menurun. Saat gunung yang terakhir meletus pada 1985 itu menyemburkan abu, terjadi gempa vulkanik dengan durasi 120-260 detik. Disusul gempa tremor selang setengah jam sekali. "Yang kami khawatirkan justru semburan setelah ini. Kami belum bisa memprediksi kapan terjadinya dan berapa banyak material yang dimuntahkan," tambah Tini. Yang jelas, letusan susulan diperkirakan berlangsung dalam waktu dekat.

Di tempat terpisah, upaya evakuasi korban longsor di kabupaten Agam, Sumatera barat, berakhir kemarin siang. Tim gabungan BPBD, TNI, Polri, Basarnas, Tagana, relawan, dan masyarakat setempat telah menemukan korban hilang terakhir, yakni bocah berusia sembilan tahun bernama Pardi. Dia ditemukan dalam kondisi tewas sekitar pukul 11.30 waktu setempat.

Peristiwa longsor sendiri terjadi pada Minggu (27/1) pukul 04.45 WIB di Desa Kampung Dukuh Nagari Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Mutiara. Akibat longsor tersebut, sedikitnya 15 rumah tertimbun tanah. Jumlah korban jiwa mencapai 20 orang. Sebagian besar masih tidur saat terjadi longsor, sehingga tidak mampu menyelamatkan diri. Sedangkan korban luka tercatat sembilan orang. (byu/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bandara TNI AU akan jadi Komersil

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler