jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Mudrajad Kuncoro mendukung langkah Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Bahlil Lahadalia mengajak investor dari Dubai untuk berinvestasi ke Indonesia.
Menurut Mudrajad, Indonesia memiliki potensi nilai ekonomi yang besar ke depan untuk terus berkembang menjadi pasar potensial masa depan di Asia Tenggara.
BACA JUGA: DPR Dukung Langkah Menteri Bahlil Dorong Investor Berinvestasi ke Indonesia Tanpa Perantara
Dia menyebut dua hal potensi nilai ekonomi yakni dari kepadatan jumlah penduduk dan kedua Sumber Dalam Alam (SDA).
“Satu market potensial biasanya itu di Pulau Jawa. Biasanya investor berburu wilayah yang banyak penduduknya dan kedua yang kaya akan sumber daya alamnya misalnya di Kaltim dan Riau,” ujar Mudrajad, Kamis (8/6/2023).
BACA JUGA: Menteri Bahlil Ajak Pengusaha Amerika Serikat Berinvestasi ke Indonesia
Dia menyebut mereka datang ke situ atau ada tambangnya. Kalau tidak ada tambang maka mereka mencari wilayah yang padat dengan kaya sumber daya alam.
“Nah, kalau ke IKN kan berarti tadi pasti akan ikut membangun Ibu Kota Negara,” imbuhnya.
BACA JUGA: Seberapa Penting Whitepaper Kripto Bagi Investor? Begini Tanggapan CEO Indodax
Mudrajad menambahkan Indonesia memiliki daya tarik bagi Penanaman Modal Asing (PMA) untuk menjadi tempat berinvestasi seiring dengan bonus demografi yang diperkirakan akan terjadi sekitar tahun 2030-2045.
Dia mengatakan biasanya yang menjadi pertimbangan para investor berani untuk berinvestasi yakni kepadatan jumlah penduduk.
“Kalau kita lihat di Jawa, orientasinya penduduk. PMA enggak mungkin investasinya di pulau terluar, terdepan, dan terpencil. Pasti, mencarin yang banyak penduduknya,” tuturnya.
Lebih lanjut, Mudrajad mengatakan begitu juga di Ibu Kota Negara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur meski masih memiliki jumlah penduduk sedikit karena masih baru, namun dia optimistis perlahan akan berkembang dan akan menarik minat investor.
“Nanti, berdasarka penuturan dari Menteri Bappenas maupun Presiden pada tahap awal akan ada eksodus dari ASN, TNI, dan Polri untuk ke IKN,” tuturnya.
Lebih lanjut Mudrajad mengatakan dari sisi sumber daya alam Indonesia tentunya membuat investor tertarik atau betah menempatkan dananya di tanah air.
“Kalau enggak prospek kenapa Honda, Toyota, Nestle, Freeport, Newmont itu tetap di Indonesia. Artinya apa pun yang terjadi misalnya meskipun korupsi tetap ada tetapi mereka tetap berinvestasi karena mereka punya kepentingan. Kepentingan untuk mendapatkan bahan mentah dengan bahan baku dari tambang. Jelas mereka mencari sumber bahan mentah,” urainya.
Untuk lebih meyakinkan investor datang ke Indonesia, Mudrajad mendorong pemerintah melakukan reformasi birokrasi secara konkret serta memberikan perizinan yang mudah atau tidak berbelit-belit terutama Pemerintah Daerah (Pemda).
“Kalau saya sederhana saja, yaitu mempermudah perizinan untuk investor asing. Kedua, dokumennya juga disederhanakan, dipercepat dan dipermudah,” katanya.
“Hal yang penting investasi itu harus menjadi salah satu main streaming kebijakan baik pusat maupun daerah untuk menarik investor agar mau masuk ke daerahnya. Namun, daerah perlu promosi diferensiasinya apa dibandingkan dengan negara lain,” tukas Mudrajad.
Sebelumnya, Bahlil Lahadalia mengajak investor Dubai untuk berinvestasi di tanah air.
Dia mengatakan Indonesia merupakan negara dengan pasar masa depan terbaik di Asia Tenggara (ASEAN).
“Tidak salah kalau teman-teman Kadin dari Uni Emirat Arab khususnya Dubai membuka kantor di sini (Indonesia), karena ini pasar terbaik untuk masa depan di Asia Tenggara," kata Bahlil.
Bahlil menjelaskan Indonesia sebagai pasar yang baik dapat terlihat dari pendapatan PDB terus meningkat.
Selain itu, diiringi dengan bonus demografi yang akan terjadi pada 2035 di mana saat itu Indonesia telah menargetkan menjadi negara dengan PDB terbesar nomor empat atau nomor lima di dunia.
"Kalau mau fair, melihat negara di Asia Tenggara yang masuk di G20 sekarang pendapatan PDB terbesar itu bukan Vietnam bukan Thailand bukan Singapura, tapi Indonesia. Kita punya pertumbuhan kelas menengah 102 juta. Jadi sesungguhnya pasar kita ke depan, ini adalah pasar bagus," ucap Bahlil.
Guna mendorong minat investasi dari investor Uni Emirat Arab, Bahlil bahkan menjamin bahwa proses perizinan dan investasi akan dipermudah dan investor hanya perlu membawa teknologi dan modal.
Menurut dia, kerja sama dan kolaborasi yang baik antar Indonesia dan Uni Emirat Arab diyakininya akan menjadikan kedua negara sebagai pemain baru di dunia pada masa mendatang.
“Saya ingin mengajak teman-teman dari Uni Emirat Arab, ayok masuk ke sini. Izinnya pemerintah yang urus. Insentifnya pemerintah yang urus, kalian cukup membawa teknologi, modal dan sebagian pasar. Selebihnya tanggung jawab saya, saya yang atur," pungkas Bahlil.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari