jpnn.com, JAKARTA - Profesor Gunawan Wibisono dikukuhkan sebagai guru besar tetap dalam bidang ilmu divais sistem telekomunikasi Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI), setelah menyampaikan orasi ilmiah “Peranan Teknologi Komunikasi Radio Frequency untuk Kesejahteraan”.
Gunawan menyebutkan bahwa kelahiran teknologi bergerak 1G, 2G, 3G, 4G, dan 5G membutuhkan perangkat radio frequency (RF) pemancar dan penerima (transceiver).
BACA JUGA: Daftar Nama 16 Guru Besar & Pengajar Hukum yang Melaporkan Paman Gibran, Lihat Nomor 10
Hal itu memungkinkan perangkat gawai pengguna bisa berkomunikasi dengan user lain melalui keberadaan perangkat operator telekomunikasi berupa perangkat base transceiver station (BTS).
Agar dapat beroperasi, perangkat RF tersebut dirancang menggunakan konsep multiband dan konsep resonator supaya dapat bekerja sesuai dengan frekuensi yang dijalankan.
BACA JUGA: IPDN Mengukuhkan 7 Guru Besar, Ada Nama Prof Hadi Prabowo
Perangkat komunikasi bergerak dapat dibagi dalam 3 bentuk, yakni objek untuk ditingkatkan kinerjanya, pengembang dengan menggunakan perangkat untuk membantu kerja sistem internet of things (IoT), serta pengguna perangkat.
Gunawan menyebutkan bahwa IoT adalah konsep yang menghubungkan semua perangkat ke internet dan memungkinkan perangkat IoT berkomunikasi satu sama lain melalui internet.
BACA JUGA: Guru Besar FKM UI: Kebakaran di Museum Nasional Seharusnya Tidak Berdampak Besar
“Dengan perangkat tersebut, masyarakat dapat berinteraksi melalui gawai dari jarak jauh,” ucap Gunawan, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (3/11).
Menurut Gunawan, pemanfaatan teknologi IoT memberikan efisiensi yang besar karena bertumpu pada konektivitas sebagai enabler komunikasi dari device atau sensor pada perangkat elektronik.
Dengan adanya peningkatan konektivitas, terjadi penurunan jumlah waktu untuk melakukan tugas yang sama, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Saat ini, teknologi IoT telah dikembangkan untuk kehidupan sehari-hari.
“Beberapa di antaranya adalah fishery untuk mengatur pemberian pakan pada ikan, Covid-19 Detection untuk memantau pergerakan pasien Covid-19, alat monitor bagi petugas jaga Covid-19, serta Elder People Detection untuk mendeteksi keberadaan pasien orang tua yang tinggal sendirian,” jelasnya.
Berdasarkan riset yang yang dilakukan McKinsley Global Institute pada 2020, nilai ekonomi yang dapat dibuka oleh IoT sangat besar dan terus berkembang.
McKinsey memperkirakan bahwa pada 2030, IoT secara global dapat menghasilkan nilai 5,5 hingga USD 12,6 triliun termasuk nilai yang ditangkap oleh konsumen dan pelanggan produk dan layanan IoT.
Layanan-layanan seperti perindustrian, kesehatan, perkantoran, smart city hingga smart building menjadi potensial bisnis dari pemanfaatan IoT.
Indonesia sendiri diestimasikan akan mendapatkan nilai total produktivitas hingga USD 120 miliar pada 2025, dengan sektor pendapatan mayoritas dari manufaktur, ritel, transport, mining, agrikultur, telekomunikasi dan media, serta kesehatan, dengan jumlah koneksi device IoT mencapai hingga 678 miliar perangkat.
“Selain itu, pengembangan teknologi 5G juga berpotensi meningkatkan PDB Indonesia pada tahun 2030. Perekonomian Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan eksponensial pada 2024,” kata dia.
PDB diperkirakan sebesar Rp 2,802 triliun pada 2030 dan Rp 3,533 triliun pada 2035. Diperkirakan 5G akan memberikan kontribusi sebesar 9,3 persen terhadap PDB Indonesia pada 2030 dan 9,8 persen pada 2035.
“Teknologi 5G juga akan meningkatkan keuntungan bagi berbagai sektor, yaitu sektor jasa, sektor manufaktur, serta teknologi digital akan membuka 20–40 juta lapangan pekerjaan baru,” tambah Gunawan. (mcr4/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi