JPNN.com

Guru Besar IPB Sebut Rencana Peluasan Kawasan Sawit jadi Ide Positif

Senin, 13 Januari 2025 – 18:17 WIB
Guru Besar IPB Sebut Rencana Peluasan Kawasan Sawit jadi Ide Positif - JPNN.com
Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Yanto Santoso menilai rencana pemerintah Indonesia memanfaatkan kawasan hutan yang terlanjur rusak. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Yanto Santoso menilai rencana pemerintah Indonesia memanfaatkan kawasan hutan yang terlanjur rusak untuk ditanamkan sawit adalah ide yang positif.

Pemerintah dinilai tak perlu khawatir soal opini negara lain, karena selama ini ada diskriminasi terhadap tanaman sawit yang tumbuh di negara tropis.

BACA JUGA: Moratorium Sawit Hasilkan Kontribusi Ekonomi Rp 28,9 Triliun Pada 2045

“Ada perang dagang nih minyak nabatinya internasional. Coba kalau sawit tumbuh di Eropa sama Amerika, mereka [pihak asing] enggak akan mempersoalkan,” kata Yanto kepada wartawan, Senin (13/1).

Diskriminasi itu, lanjut Yanto, karena sawit memiliki banyak manfaat mulai dari pangan hingga energi, dan merupakan tanaman yang produktivitasnya mencapai empat sampai delapan kali lipat daripada bunga matahari dan kedelai, yang menjadi andalan minyak nabati Eropa dan Amerika Serikat.

BACA JUGA: Sultan Sebut Sawit Bisa Jadi Modal Soft Power Indonesia Dalam Geopolitik Global

“Jadi, memang Amerika Serikat dan Eropa, boleh dikatakan dalam bahasa agamanya, mereka iri lah dengan sawit kita yang sangat penuh. Karena kita kan matahari penuh tiap hari, kan? Jadi, memang produk sawit di kawasan tropis ini luar biasa,” lanjutnya.

Menurut Yanto, diskriminasi terhadap sawit berujung pada penilaian negatif dari segelintir Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing terhadap tanaman sawit, yang kerap dinilai menyebabkan deforestasi.

“Itu lah mereka iri. Disuruh lah para LSM. Sekarang mikir deh nih, Ketika orang mau nanam tebu atau nanam aren di kawasan hutan, ada yang ribut nggak? Tidak ada. Begitu sawit, ada kata-kata sawit, langsung ribut kan LSM, kan? Karena mereka dibiayai oleh asing untuk menghantam kita Enggak boleh maju,” jelas Yanto.

Yanto pun mengajak LSM, para peneliti atau para guru besar yang lain tidak melulu berpikir antisawit dan beranggapan bahwa pihak yang peduli sawit tak sayang dengan hutan Indonesia.

“Semua bangsa ini sayang sama hutan Indonesia. Kami juga sangat sayang sama hutan, hutan geledegan kita, rimba raya kita, sangat sayang,” ucapnya.

Oleh karena itu, Yanto mengatakan dirinya mendukung rencana Presiden RI Prabowo Subianto memperluas lahan sawit di Indonesia di kawasan hutan yang terlanjur rusak atau terdegradasi karena akan menambah produktivitas kawasan tersebut.

Yanto menjelaskan perluasan lahan sawit di kawasan hutan rusak terdegradasi sendiri bukan deforestasi, melainkan upaya menambah produktivitas lahan yang sudah terlanjur rusak untuk keperluan swasembada pangan dan energi terbarukan.

“Kalau kebun sawit yang ditanamkan Bapak Presiden itu, akan ditanam di kawasan hutan yang sudah rusak, maka itu bukan deforestasi. Karena enggak ada tumbuhan pohon. Sebaliknya akan meningkatkan produktivitas kawasan tersebut,” terangnya.

Adapun ia menilai saat ini sejumlah pihak nampak salah paham dengan rencana pemerintah tersebut, di mana pemerintah disangkakan akan membuka hutan rimba raya untuk dijadikan kebun sawit.

“Saya yakin ada misunderstanding tentang pengertian hutan dan kawasan hutan. Semua yang tidak setuju tampaknya berpikiran bahwa Bapak Presiden atau Menteri LHK akan membuka hutan rimba raya. Dibongkar, dijadikan kebun sawit,” pungkas Yanto.(mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
IPB   sawit   Menteri Lhk   Hutan  

Terpopuler