jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Fakultas Keokteran Universitas Indonesia (UI) Cissy Kartasasmita menyebutkan, mitos yang berkembang seputar vaksin untuk Covid-19 cukup banyak.
Dari mitos itu, tidak sedikit masyarakat yang meragukan keamanan dan kemanjuran vaksin Covid-19 yang masih dalam proses pembuatan.
BACA JUGA: Jangan Anggap Remeh! Ini 4 Gejala Ringan yang Dialami saat Awal Positif Covid-19
Cissy mengungkapkan itu saat menghadiri dialog produktif bertema Keamanan Vaksin dan Menjawab Mitos dengan Fakta, yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (16/11).
“Mitos seputar vaksin cukup banyak, masyarakat harus pandai memastikan informasi yang benar. Hal yang tidak masuk akal, harus ditinggalkan. Terutama harus hati-hati untuk membagikannya dengan orang lain," ujar Cissy.
BACA JUGA: Doni Monardo: yang Mengumpulkan Massa Akan Dimintai Pertanggungjawaban oleh Allah
Menurut Cissy, vaksinasi merupakan cara terampuh mencegah infeksi penyakit tertentu dengan efisien dan efektif. Vaksin terbukti mampu mencegah banyak penyakit seperti BCG, Polio, Hepatitis B, Campak, Rubela, Hib, PCV, Influenza, Dengue, HPV.
Dia pun mengatakan, penolakan terhadap vaksin Covid-19, menghambat terciptanya kekebalan kelompok.
BACA JUGA: Kabar dari RS Darurat Wisma Atlet: yang Dirawat Inap Bertambah jadi 1.569
Minimal cakupan imunisasi Covid-19 mencapai 70 persen dari jumlah populasi, sehingga bisa disebut terciptanya kekebalan kelompok.
“Yang perlu diketahui pula, apabila melakukan imunisasi pada banyak orang, akan timbul yang disebut dengan imunitas populasi atau dikenal dengan herd immunity. Ini akan melindungi orang lain yang belum atau tidak bisa diberi vaksin seperti, bayi atau orang dengan penyakit gangguan imun," ujar dia.
Di sisi lain, Cissy tidak memungkiri proses pembuatan vaksin begitu cepat. Proses ini berbeda dengan pembuatan vaksin lain.
Namun, dia mengatakan, teknologi dan sumber daya saat ini sudah sangat maju, sehingga pembuatan vaksin Covid-19 bisa disegerakan.
Dia meyakini pembuatannya tetap memperhatikan sisi keamanan.
“Teknologi dan kemampuan sumber daya yang maju, serta ketersediaan biaya, mempercepat proses penemuan vaksin COVID-19, di mana fase-fase yang harus dilalui dilakukan secara paralel," ujar dia.
Dia menjelaskan, laporan keamanan uji klinik vaksin Covid-19 fase satu dan dua telah dipublikasikan secara internasional dengan hasil yang baik.
Hasil tersebutlah yang menarik minat lebih dari 2.000 sukarelawan untuk berpartisipasi pada uji klinik fase tiga di Bandung, Jawa Barat.
Dari 2.000 sukarelawan tersebut, 1.620 di antaranya memenuhi syarat untuk berpartisipasi.
Hingga kini, kata Cissy, tidak ditemukan efek samping vaksin Covid-19 yang telah diuji coba pada ribuan sukarelawan di Indonesia.
“Tidak ditemukan efek samping yang berat, informasi atau berita mengenai adanya yang meninggal, sakit berat, sakit punggung, itu tidak terbukti dari hasil uji klinik vaksin Covid-19. Setelah dilakukan penelitian, kejadiannya ternyata tidak berhubungan langsung dengan vaksinasi," beber dia. (ast/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan