jpnn.com, JAKARTA - Pakar Hubungan Internasional Iniversitas Indonesia (UI) Prof Evi Fitriani mengapresiasi peran Presiden Jokowi di panggung dunia.
Salah satunya adalah Presiden Jokowi mengunjungi Ukraina dan Rusia dengan misi perdamaian.
BACA JUGA: Kemendagri Bantah Ucapan Andi Arief soal Manuver Utusan Jokowi
“Presiden Jokowi mengambil satu langkah berani, karena kondisi Ukraina masih dalam perang dan sangat berbahaya bagi keselamatan,” kata Profesor Evi, Sabtu (24/9).
Profesor Evi menilai Presiden Jokowi memang layak mendapatkan penghargaan dan pengakuan dunia. Salah satunya ‘Global Citizen Award’ dari lembaga think-tank Atlantic Council, yang berbasis di Amerika Serikat.
BACA JUGA: Jokowi Dinilai Bawa Pemulihan Ekonomi Lebih Cepat
Penghargaan itu diberikan di sela-sela rangkaian Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB) belum lama ini.
Dia menjelaskan penghargaan tersebut diberikan setiap tahunnya bagi para pemimpin negara maupun figur-figur individual yang dianggap telah memberikan kontribusi besar bagi kemanusiaan.
BACA JUGA: Jokowi Diminta Berhentikan Suharso Monoarfa
Presiden Jokowi dinilai memiliki peran besar dalam menjembatani dialog untuk mengakhiri perang di Ukraina.
“Terus terang waktu beliau (Jokowi) pergi ke Ukraina, saya termasuk yang surprise juga bahwa Presiden berani melakukan itu pergi ke zona perang. Itu kan negara sedang berperang, membawa istrinya pula. Berarti ini kan memang bisa berbahaya, bisa kena peluru nyasar dan sebagainya,” kata Prof Evi.
Gurus Besar Hubungan Internasional perempuan pertama di Indonesia itu memuji keberanian Jokowi dan membuat dirinya takjub dengan keputusan tersebut.
Padahal, kata Evi, ada negara-negara Eropa yang dekat dengan Rusia dan Ukraina yang bisa datang berdialog untuk mengakhiri peperangan, tetapi itu tidak terjadi dan Presiden Jokowi yang melakukan hal tersebut.
“Saya termasuk yang mengapresiasi dengan langkah tersebut. Presiden bisa sampai ke situ. Banyak yang surprise juga dari seluruh dunia. Pemimpin Eropa bisa lakukan itu karena wilayah dekat situ, sementara ini kan jauh-jauh dari Indonesia,” ucapnya.
Prof Evi menjelaskan langkah Presiden Jokowi ini tak lepas dari kepentingan Indonesia sebagai tuan rumah Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang sedang berlangsung di Indonesia. Jokowi berkepentingan agar acara ini berhasil tanpa ada kendala akibat perang di Ukraina.
“Jauh-jauh dari Indonesia, dari Asia sampai ke sana untuk mengurusi perang, walaupun memang kepentingan beliau kita paham. Beliau ingin menyelamatkan G20 dan sebagainya,” kata Evi.
“Kalau Presiden Indonesia bisa sampai ke sana menembus wilayah perang, suatu yang memang menurut saya, layak dihargai,” ujar Evi.
Dari kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia itu, menurut Evi, menjadi cikal bakal keberhasilan Rusia dan negara-negara tetangga membuka jalur ekspor-impor bahan pangan dan lainnya ke negara lain.
Sayangnya, kata Prof Evi, nama Indonesia tidak disebutkan dalam keberhasilan itu dan malah negara Eropa lain yang disebut.
“Kunjungan Presiden itu kurang memberikan dampak terhadap Rusia, buktinya sampai hari ini serangan Rusia tidak berhenti walaupun tempo hari memang ada pintu koridor ekspor-impor bahan pangan dibuka oleh Rusia,” bebernya.
Menurut Evi, Rusia sudah membuka boikot lautnya sehingga kapal dari Ukraina yang mau menjual biji-bijian gandum keluar negeri sudah bisa berjalan.
“Namun, kita belum tahu dari berita yang saya baca itu karena lobi negara lain. Kok Indonesia enggak disebut sama sekali di berita itu,” kata Evi.
Lebih lanjut, Prof Evi mengakui peran Indonesia dalam menyukseskan KTT G20 sangat besar. Kepentingan Indonesia dan kepentingan semua negara terakomodasi dengan baik acara tersebut.
“Nah, Indonesia berhasil mendorong atau menjaga proses G20 pada treknya, menyelesaikan isu-isu yang memang dianggap strategis,” ujar Evi.
Kemudian, kata dia, mengejar kesepakatan-kesepakatan yang fundamental di bidang maupun jalur surfa track atau finance track kita.
“Dua-duanya aktif dan dua-duanya itu berjalan sesuai dengan jalur,” ujar Evi.(fri/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Friederich Batari