jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Program Studi China UI Prof. Hermina Sutami studi China atau sinologi saat ini menghadapi banyak tantangan.
Salah satunya bagaimana mempelajari bahasa Mandarin sesuai dengan fungsi mendalami bahasa asing.
BACA JUGA: Massa Berdemonstrasi di Depan Kedubes China, Tuntut Hal Ini ke Pemerintah Tiongkok
Menurut Sutami, fungsi tersebut antara alin sebagai alat komunikasi dengan bangsa lain, mempercepat proses pembangunan bangsa dan negara Indonesia.
"Selain itu, memanfaatkan ilmu dan teknologi negara asing yang bahasanya dipelajari dalam menghadapi persaingan," ujar Sutami, dalam webinar di Jakarta, baru-baru ini.
BACA JUGA: Menko Airlangga dan Delegasi Federasi Industri Tiongkok Bahas Kerja Sama Ekonomi
Tantangan lainnya adalah bagaimana mengembangkan studi China guna memahami negara Tiongkok dari pelbagai bidang ilmu agar terjalin hubungan harmonis dengan Indonesia.
Sutami lantas menjelaskan perbedaan antara studi China, dengan sinologi. Studi China merupakan kegiatan ilmiah yang mempelajari negara Tiongkok di bidang tertentu.
BACA JUGA: Etnik Tionghoa Sepenuhnya Bagian dari Indonesia, Ketua FSI Beber Sejarahnya
Sementara itu, sinologi merupakan ilmu pengetahuan di bidang tertentu mengenai negara Tiongkok atau China.
Keterkaitan sinilogi dan upaya agar terjalin hubungan harmonis antar orang Indonesia keturunan Tionghoa dan non-Tionghoa di Indonesia juga merupakan tantangan yang masih perlu dihadapi.
Dalam konteks pembelajaran bahasa Mandarin, Sutami menekankan pentingnya mengembangkan metode pengajaran untuk pengajar Indonesia dengan memasukan local wisdom.
Guru Besar Purna Bakti Studi China UI, Prof. Abdullah Dahana menambahkan, era kebangkitan China, membuat studi sinologi makin dibutuhkan.
Namun, sinologi di era kebangkitan China justru melemah. Banyak jurusan di perguruan tinggi menakanan program studi China, tetapi hanya menitikberatkan pengajaran bahasa Mandarin.
Selain itu, pengamat-pengamat tertentu cenderung kehilangan sikap kritis dalam melakukan kajian terhadap China. Padahal, penting bagi bangsa Indonesia memperoleh pengetahuan obyektif tentang China.
Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI), Dr. Johanes Herlijanto menekankan pentingnya kesetaraan dalam hubungan Indonesia dengan China. Kesetaraan itu, menurutnya dapat dicapai antara lain dengan terus memperoleh pemahaman yang obyektif dan kritis terhadap China.
Dosen Ilmu Komunikasi UPH ini juga mendorong agar makin banyak pelajar dan kaum terdidik di Indonesia turut serta mengembangkan kajian kritis terhadap China.
Dia berharap makin banyak orang Tionghoa maupun non-Tionghoa yang berminat mempelajari sinologi, kajian akademik yang menjadikan sejarah, sosial, politik, ekonomi, dan prilaku hubungan internasional China sebagai obyek studi. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh