Etnik Tionghoa Sepenuhnya Bagian dari Indonesia, Ketua FSI Beber Sejarahnya

Selasa, 27 Juni 2023 – 08:05 WIB
Ketua FSI Johanes Herlijanto, menyatakan bahwa masyarakat etnik Tionghoa, sepenuhnya bagian dari bangsa Indonesia. Foto: dok. Pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI) Johanes Herlijanto, menyatakan bahwa masyarakat etnik Tionghoa, sepenuhnya bagian dari bangsa Indonesia.

Warga Tionghoa tidak hanya menjalin aliansi dengan masyarakat nusantara lainnya di sepanjang sejarah, tetapi turut berkontribusi dalam aspek politik, budaya, dan ekonomi.

BACA JUGA: FSI: Gagasan GSI dari China Perlu Disikapi dan Diwaspadai, Hati-Hati!

Pernyataan Johanes, itu guna menanggapi isu terkait penguasaan ekonomi para pengusaha Tionghoa yang dalam beberapa waktu terakhir kembali.

"Mereka seutuhnya adalah bagian dari bangsa Indonesia. Mereka memiliki hak untuk berkontribusi pada berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat Indonesia," kata Johanes Herlijanto, di Jakarta, baru-baru ini.

BACA JUGA: FSI Prediksi Gerakan Pro Demokrasi di China Bakal Berlanjut

Etnik Tionghoa, kata Johanes, telah menjalin hubungan erat dengan berbagai kelompok masyarakat lainnya di Nusantara sejak berabad-abad yang lampau.

Salah satu contoh aliansi dengan masyarakat Jawa dibangun tak lama setelah orang-orang Eropa di Batavia melakukan pembantaian terhadap warga Tionghoa pada 1740.

BACA JUGA: FSI: Respons Cepat TNI AL di Natuna Patut Diapresiasi

Berdasarkan penuturannya, mereka yang selamat dari pembantaian itu pergi ke arah timur, dan mengepung benteng-benteng VOC di Semarang, Demak, dan Rembang.

"Pakubuwono II, yang memimpin kerajaan Mataram Islam dengan pusat kekuasaan di Kartasura, mengirimkan 20.000 pasukan dan sejumlah meriam untuk membantu 3.500 pasukan Tionghoa mengepung VOC di Semarang,” papar Johanes.

Selain itu, pada awal abad ke-19, Bupati Madiun Raden rangga Prawiradirja menyatakan sebagai pelindung bagi orang-orang Jawa dan Tionghoa, yang diperlakukan tak adil oleh pemerintahan Eropa.

"Menurut sejarahwan Peter Carey, saat Bupati Madiun, akhirnya tertangkap oleh Belanda, di antara pengikut yang masih setia padanya, terdapat 12 orang Tionghoa,” tutur dosen program magister ilmu komunikasi Universitas Pelita Harapan.

Hubungan Tionghoa dan masyarakat lokal di nusantara tak melulu terkait aliansi dalam perang. Sejak sebelum Indonesia berdiri, Tionghoa turut terlibat dalam membangun kebudayaan yang hingga kini masih dikenal masyarakat. Lenong misalnya, tumbuh dalam interaksi antara Tionghoa dan masyarakat Betawi.

Selain aliansi dalam perang dan kontribusi bagi dunia seni, Johanes menjelaskan bahwa orang Tionghoa juga turut berperan dalam pembangunan kebangsaan Indonesia. Pada 1930-an, berdiri sebuah partai bernama Partai Tionghoa Indonesia (PTI), yang menaruh simpati dan mendukung gerakan nasionalisme Indonesia.

Di antara para pendirinya, Liem Koen Hian dan Kwee Thiam Tjing, menulis sebuah karya kenamaan berjudul Indonesia Dalem Api dan Bara. Di kemudian hari, Liem Koen Hian, menjadi salah satu dari empat tokoh Tionghoa yang turut terlibat dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Johanes pun berharap agar masyarakat Indonesia merespons keberadaan saudara sebangsa etnik Tionghoa ini dengan penerimaan yang utuh, dan tidak lagi mempermasalahkan kalaupun benar mereka memiliki proporsi penguasaan ekonomi yang cukup besar.

Meski demikian, tetap waspada pada hal apa pun yang berpotensi merusak hubungan antara Tionghoa dan Indonesia. Termasuk perubahan kebijakan Tiongkok, yang akhir-akhir ini seolah ingin menegaskan kembali hubungan antara etnik Tionghoa dan Tiongkok.

"Respons penolakan yang tegas, yang telah diperlihatkan oleh beberapa tokoh Tionghoa dan kelompok muda Tionghoa, perlu mendapatkan apresiasi," tuturnya. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler