Guru Besar USU Sebut Teknologi dan SDM Penentu Keberlanjutan FE Humbahas

Rabu, 25 Agustus 2021 – 09:49 WIB
Food Estate di Humbahas. Foto: Hortikultura

jpnn.com, JAKARTA - Program Food Estate (FE) Sumatera Utara berbasis tanaman hortikultura sejak pertengahan tahun 2020 lalu hingga kini terus bergeliat.

Food Estate tersebut digagas pemerintah melalui Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi bersama Kementerian Pertanian dan kementerian terkait.

BACA JUGA: Kementan Gelar Pelatihan Petani Milenial Untuk Percepat Regenerasi

Dari target 1.000 hektar pengembangan pada 2021, telah terlaksana penanaman seluas 215 hektar yang dimulai dari Desa Ria Ria Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan. Tahun ini terus dilakukan upaya pembukaan lahan di area 785 hektar yang meliputi 3 Desa yaitu Hutajulu, Ria Ria dan Parsingguran 1.

Lokasi FE tersebut adalah pemanfaatan lahan tidak produktif bukan dari pembukaan hutan atau deforestri, berada di dataran tinggi, sekitar 1.400 mdpl sehingga secara agroklimat sesuai untuk pengembangan komoditas hortikultura seperti kentang, bawang merah, bawang putih, kobis, dan aneka sayuran dataran tinggi lainnya.

BACA JUGA: Mentan SYL Sebut Kajian dan Sasaran Pembangunan Food Estate Tepat Sasaran

Namun, karena lahan tersebut masih bukaan baru, perlu proses untuk sampai tahap menghasilkan produksi yang optimal.

Berkaitan dengan kelayakan tanah dan agroklimat, kelayakan infrastruktur, kelayakan teknologi, dan kelayakan sosial dan ekonomi telah ditinjau sebelumnya oleh Balitbang Kementerian Pertanian.

BACA JUGA: Akademisi IPB Beberkan Fakta Food Estate Kalimantan Tengah Berhasil Berproduksi

Guru Besar Agroteknologi Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Noverita menyatakan terus mengamati dan mengikuti perkembangan Food Estate Sumatera Utara di Humbang Hasundutan yang dimulai pada 2020 lalu.

Menurutnya, dinamika di lapangan cukup kompleks namun demikian segala kebijakan yang telah dilakukan tetap bermanfaat bagi pengembangan kawasan dengan mempertimbangkan kearifan lokal.

Dia menilai apa yang sudah dimulai dengan pembukaan lahan dan penanaman perdana tahun lalu bukan pekerjaan sia-sia.

"Pada kenyataanya lahan tersebut bisa menghasilkan sekitar 5,7 ton per hektar bawang merah dan 2,7 ton per hektar bawang putih. Sedangkan hasil panen yang diperoleh dari kentang industri varietas Bliss rata-rata 10 - 15 ton per hektar pada pada panen musim tanam awal," ujarnya, Selasa (24/8).

Kendati demikian, menurutnya, harus diakui perlu upaya perbaikan di berbagai aspek, agar lahan tersebut bisa tetap produktif.

"Kuncinya di perbaikan kualitas tanah melalui penambahan unsur organik, penerapan teknologi budidaya hingga pascapanen, peningkatan kapasitas SDM petani serta penataan kelembagaan usaha petani," kata Noverita.

Noverita mengatakan kolaborasi dan koordinasi pengelolaan kawasan perlu terus ditingkatkan. Penataan kawasan perlu memperhatikan aspek kearifan lokal misalnya kebiasaan petani hamijon yang selama ini menggantungkan pendapatannya dari hasil hutan dan kebun seperti kemenyan, andaliman, dan kopi.

"Dibutuhkan pendampingan intensif untuk mengawal petani yang saat ini berbudidaya hortikultura," katanya.

Ke depan pihaknya juga mendorong penataan lahan yang mengedepankan aspek konservasi lahan dan air untuk menjaga keberlanjutan usaha tani.

"Konservasi lahan dan air sangat penting diperhatikan. Teknologi irigasi hemat air seperti irigasi tetes yang saat ini mulai diinisiasi oleh pengelola kawasan, bisa saja diterapkan karena teknologi tersebut bisa menghemat biaya tenaga kerja," tandasnya.

Lembaga riset, badan litbang dan perguruan tinggi disebutnya bisa menjadi agen penting untuk mendorong pengembangan teknologi pangan di kawasan rintisan Food Estate. "Terlebih untuk komoditi hortikultura yang secara karakter memang padat modal dan padat teknologi," imbuh Noverita.

Berdasarkan pengamatan di lapangan di lokasi FE Desa Ria Ria, saat ini beberapa petani tengah mempersiapkan penanaman untuk musim tanam kedua.

Sebagian lahan sudah ditanami berbagai komoditas seperti kentang, bawang merah, kubis, cabai dan jagung.

Menurut penuturan salah seorang petani yang ikut program Food Estate, Jhonles Lumban Gaol mengaku hasil panen di musim pertama lumayan bagus. Bahkan dirinya bisa menjual hasil panen bawang merahnya dalam bentuk benih.

Untuk musim tanam kedua tahun ini, dirinya akan mengembangkan jagung bermitra dengan PT BISI seluas 1 hektar, serta bawang merah dan kentang masing-masing 6 rante (0,24 hektare, red) secara swadaya di lahan miliknya.

"Saya optimis lahan yang telah dibantu pengolahan dan penanaman pertamanya oleh pemerintah ini akan semakin bagus hasilnya nanti," tandas Jhonles semangat.

Sebagaimana diketahui, saat ini pengelolaan kawasan Food Estate Humbang Hasundutan dikoordinir oleh tim transisi yang diketuai Bupati Humbang Hasundutan, Dosmar Banjarnahor, bersama dengan tim dari Kemenko Maritim dan Investasi.

Meski begitu, kementerian lain termasuk Kementerian Pertanian masih terus melakukan aktivitas pengawalan dan pendampingan bersama Tim Transisi. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler