jpnn.com - JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sedang mencari solusi minimnya guru dan dosen produktif untuk SMK dan politeknik. Melalui mekanisme KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia), perekrutan guru dan dosen produktif tidak terpaku dari pendidikan formal saja.
Wamendikbud Bidang Pendidikan Musliar Kasim mengatakan, pemenuhan guru atau dosen produktif memang tidak bisa mengandalkan total pada pendidikan formal. "Misalnya menunggu sarjana keahlian tertentu, belum tentu ada kampus yang mencetak sarjana di bidang itu," katanya di sela pameran Lomojari (Lomba Motivasi Belajar Mandiri) Jakarta, Selasa (26/8).
BACA JUGA: Tujuh Ribu Guru Belum Miliki Nomor Identitas
Dia mencontohkan kebutuhan guru produktif bidang atau keahlian pelayaran atau perikanan. Musliar menuturkan memang ada sekolah kejuruan yang mencetak ahli dua bidang itu, tetapi jumlahnya terbatas.
Kemudian untuk mencetak dari jenjang pendidikan tinggi, Musliar mengatakan pendirian prodi baru tidak bisa seketika jadi. "Alternatif melalui KKNI, bisa merekrut ahli-ahli pelayaran. Ya para nelayan yang jago urusan pelayaran dan perikanan," tandasnya.
BACA JUGA: Wali Murid Protes Jadi ATM Sekolah
Dengan standar keahlian tertentu, mereka boleh menjadi guru atau bahkan sampai menjadi dosen setara lulusan doktor. Dalam skema KKNI, Musliar mengatakan pemerintah menetapkan sembilan tingkatan atau level keterampilan yang disetarakan dengan pendidikan formal. Contohnya untuk level 6 disetarakan dengan lulusan S1.
Kemudian untuk level 8 dan level 8 sama dengan lulusan S2 dan S3. Sedangkan level 7 sama dengan lulusan pendidikan profesi.
BACA JUGA: Wamendikbud Segera Atasi Keterlambatan Pengiriman Buku Kurikulum 2013
Dengan adanya skema KKNI ini, Musliar juga memberikan semangat kepada anak-anak yang kebetulan tidak mengakses pendidikan pada umumnya. Contohnya anak-anak yang belajar di sekolah terbuka. Menurut Musliar, anak-anak di sekolah terbuka justru lebih ditekankan urusan penguatan keterampilan.
"Keterampilannya beragam sekali. Mulai dari industri tekstil, makanan, dan lain-lainnya. Berbekal keterampilan itulah, anak-anak dari sekolah terbuka bisa menggerakkan ekonomi dirinya sendiri. Selain itu, pada level keahlian tertentu, mereka bisa menjadi guru untuk menularkan keterampilannya,” sambungnya.(wan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidak Bayar Buku, Dana BOS Ditahan
Redaktur : Tim Redaksi