Guru di Wamena Siap Mengajar Meski Masih Trauma

Minggu, 06 Oktober 2019 – 09:39 WIB
Anak-anak korban kerusuhan Wamena yang mengungsi di Kodim 1702/Jayawijaya, Sabtu (5/10/2019). Foto: ANTARA/Desi Purnamawati

jpnn.com, JAYAWIJAYA - Aktivitas belajar mengajar di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, akan kembali dimulai pada Senin (7/10) usai peristiwa kerusuhan pada 23 September lalu.

Damaris salah seorang guru sekolah dasar di Wamena mengatakan ingin kembali mengajar setelah peristiwa kerusuhan. Namun dia mengaku membutuhkan pemulihan trauma.

BACA JUGA: Mayoritas Warga Lokal Wamena tak Ingin Pendatang Pulang Kampung

"Karena tugas, tanggung jawab. Sebenarnya belum siap mengajar karena masih trauma," kata Damaris yang mengungsi di Kodim 1702/Jayawijaya, Minggu.

Damaris mengatakan, meski kondisi masih mengalami trauma tetapi jika sudah diminta untuk kembali beraktivitas mengajar tentunya akan dilakukan agar pendidikan anak-anak tidak terhambat.

BACA JUGA: Jumlah Pengungsi Korban Kerusuhan Wamena menurut Panglima TNI

"Kita buka sekolah tunggu anak-anak," kata perempuan asal Toraja yang sudah mengajar sejak 2005 itu.

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan, sekolah akan kembali dimulai pada Senin (7/10).

BACA JUGA: Tukang Pijit Selamat dari Kerusuhan Wamena, Sempat Sembunyi di Kandang Babi

Nantinya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Kemensos akan mendukung kembali aktivitas pendidikan di daerah itu.

Koordinator Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kemensos Milly Mildawati mengatakan sangat wajar warga ketakutan karena baru mengalami kejadian traumatis.

"Kami akan bertemu dan mengumpulkan guru-guru, karena bagaimanapun jika mereka akan kembali mengajar anak-anak, tentunya trauma mereka dulu yang harus dipulihkan," kata Milly.

Kemensos memberikan Layanan Dukungan Psikososial kepada anak-anak dan orang dewasa yang terdampak kerusuhan Wamena. Kegiatan yang diberikan antara lain bermain, bernyanyi, menari dan lainnya untuk anak.

Sementara untuk orang dewasa berupa kegiatan percakapan sosial yang bertujuan memberikan ruang komunikasi, mendengarkan keluhan dan harapan mereka. (Antara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler