jpnn.com, JAKARTA - Relawan Forum Malaka Bangkit (FMB) merayakan Hari Pendidikan Nasional dengan mendata dan membagikan paket sembako kepada para guru honorer di Kabupaten Malaka Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Relawan FMB besutan Emanuel Bria dan Roy Tei Seran ini membagikan sebanyak 100 kantong berisikan beras dan mie instant kepada para guru honorer di kabupaten yang berbatasan dengan Republik Demokratik Timor Leste itu.
BACA JUGA: Demokrat Ingin Jadi Bagian Solusi Bagi Masyarakat Terdampak Covid-19
“Para relawan FMB membantu para guru honorer karena sudah dua bulan ini mereka libur akibat upaya pemerintah memutuskan rantai penyebaran Covid-19. Otomatis, penghasilan mereka tidak ada untuk sementara waktu,” kata Emanuel Bria, motor penggerak FMB dalam keterangan persnya, Sabtu (9/5).
Menurut Emanuel, pembagian sembako ini merupakan salah satu cara FMB memberikan kado kepada para guru honorer yang bertepatan dengan momen peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada 2 Mei lalu.
BACA JUGA: Bamsoet dan SOKSI Gelar Rapid Test, Suntik Vitamin C dan Bagikan Sembako
Relawan FMB membagikan sembako kepada guru honorer di Kabupaten Malaka, NTT. Foto: FMB
BACA JUGA: Emanuel Bria Berbagi Kasih untuk Korban Bencana Saat Hari Valentine
Sebelumnya, para relawan yang terdiri dari anak-anak muda ini sudah mendata identitas para guru honorer itu yang mana hidupnya masih belum terbilang sejahtera. Ada yang sudah belasan tahun lamanya mengabdi menjadi guru dengan upah yang tidak pasti. Keadaan miris kesejahteraan para pendidik di Malaka ini membuat relawan FMB ini melakukan aksi minggu ini menyasar pada guru-guru honorer.
Menurut Emanuel Bria, indicator kemajuan suatu daerah dilihat dari tingkat Sumber Daya Manusianya. Oleh karena itu, menurut Emanuel Bria, harus dibekali dengan ilmu pengetahuan yang cukup. Tetapi untuk mewujudkan itu, pemerintah harus mengutamakan memajukan program pendidikannya.
“Bukan hanya gedung megah saja yang dibangun, tetapi isi dalamnya juga harus dibangun. Para siswa harus dibekali ilmu dan disiplin yang baik sejak di usia sekolah. Tetapi, ada hal yang paling penting yang sering terlupakan yakni kesejahteraan guru honorernya. Mereka ini, tanpa kenal lelah mengajarkan anak-anak kita menjadi pintar," kata Emanuel Bria, salah satu putra Malaka yang berprestasi di bidang pendidikan ini.
Hasil pemantauan Relawan FMB menunjukkan banyak guru honorer yang hidupnya masih jauh dari sejahtera. Hidup mereka tidak pasti arahnya. Upah yang ßeharusnya menjadi tumpuan hidup mereka, jauh dari harapan.
Menurut pengakuan mereka, upah mereka tergantung pencairan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang juga tak tentu cairnya. Untungnya, hampir semua dari mereka itu, ada kebun jagung untuk bisa bertahan hidup bersama keluarga.
Di kecamatan Weliman ada guru SDN Beistaek bernama Ernalinda Yosefa Ade Bria. Dia mengaku sudah mengajar dan masih honor di SDN Beistaek ini sejak tahun 2011 hingga sekarang.
Ernalinda menyampaikan dirinya dan beberapa temannya sudah tidak menerima upah sejak tahun 2018.
“Kepala sekolah sudah tidak mengadakan rapat bersama guru. Saya dan beberapa teman lainnya sudah 2 tahun tidak terima gaji. Kami pasrah saja, karena pada prinsipnya, semua demi anak-anak didik kita. Tetapi kami mohon, setidaknya Pemda Malaka memperhatikan nasib kami,” ujar Ernalinda setelah menerima Sembako dari FMB.
Terpisah, di Desa Rabasa Hain, Kecamatan Malaka Barat ada Yani Yovita Seran. Guru honorer yang mengajar di SDK Rabasa Hain dari tahun 2006 hingga sekarang ini juga nasibnya tidak jauh beda dengan Ernalinda Yosefa Adi Bria.
Dia juga mengaku menerima upah yang sangat minim dan tidak bisa dijadikan sandaran hidup yang pasti. Harapannya ada pada pencairan dana BOS yang menurutnya kadang tidak tepat waktu.
“Biasanya per 3 bulan. Tetapi kadang bisa lebih, bahkan sampai 6 bulan macetnya. Artinya selama itu, kami setengah mati hidupnya,” ungkap Yani Yovita Seran.
Di Desa Rabasa Biris, Silvester Seran, guru SMA 17 Agustus Woee itu sudah belasan tahun menjadi guru honorer sekolah. Silvester Seran yang nampak sudah tua dengan rambutnya yang beruban ini sudah dari tahun 2005 menjadi guru honorer di SMA 17 Agustus Weoe. Mengalami keadaan yang tidak jauh beda dengan guru honorer di Kabupaten Malaka, Silvester Seran mengaku sudah pasrah.
“Sudah dari tahun 2005 mengajar di sana. Nasib menjadi guru honorer ya seperti itu. Tetapi karena cinta akan profesi ini, saya tetap semangat mengajar," kata Silvester Seran.
Para guru honorer ini mengaku simpati dengan aksi FMB besutan bakal calon Bupati dan wakil Bupati, Emanuel Bria dan Roy Tei Seran. Mereka menilai FMB datang memberi harapan hidup yang baru.
Sedikit bingkisan di Hari Pendidikan Nasional ini menurut mereka adalah luar biasa dari tokoh muda yang peduli dengan kesejahteraan hidup para guru honorer.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich