Guru Honorer Kirim Surat Terbuka Jilid 2 Kepada Presiden Jokowi

Senin, 22 November 2021 – 09:58 WIB
Perwakilan guru honorer yang tergabung dalam FGHNLPSI menuntut keadilan. Foto dokumentasi FGHNLPSI for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Para guru honorer negeri yang lulus passing grade di seleksi PPPK tahap I, tetapi tidak mendapatkan formasi kembali mengirimkan surat terbuka. Ini merupakan surat terbuka jilid dua yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo.

Dalam surat terbuka ini guru-guru honorer negeri yang tergabung dalam FGHNLPSI (Forum Guru Honorer Negeri Lulus Passing grade Seluruh Indonesia) meminta Jokowi untuk mengangkat mereka menjadi PPPK.

BACA JUGA: Kabar Baik dari Kemendikbudristek Buat Peserta Seleksi PPPK Guru Tahap II

"Kami butuh telunjuk Pak Jokowi untuk mengangkat kami menjadi PPPK seperti saat telunjuknya memerintahkan harga tes PCR diturunkan, pembangunan Sirkuit Mandalika, dan infrastruktur lainnya yang menelan anggaran triliunan rupiah," kata Ketum FGHNLPSI Heti Kustrianingsih kepada JPNN.com, Senin (22/11).

Dia berharap lewat surat terbuka ini, pintu hati Presiden Jokowi bisa terbuka dan melihat fakta ada banyak guru honorer negeri yang butuh uluran tangan pemerintah. (esy/jpnn)

BACA JUGA: Beberapa Pemda Tidak Membuka Seleksi PPPK Guru Tahap II, Honorer Gempar

Berikut surat terbuka guru honorer Indonesia yang dikirimkan lewat JPNN.com

 

BACA JUGA: TNI Sebut Pelaku Penyerangan Koramil Suru-suru Adalah KKB Pimpinan Tendius Gwijangge 

Jakarta, 20 November 2021

Yth. Presiden Repubiik lndonesia

Bapak Joko Widodo

di Tempat

 

Dengan segala hormat kami haturkan surat ini teruntuk Bapak Presiden Republik lndonesia.

Perkenalkan kami dari Forum Guru Honorer Lulus Passing Grade Seluruh lndonesia (FGHNLPSI). Kami beranggotakan kurang lebih 4.000 guru honorer dari Sabang sampai Merauke.

Perlu Bapak ketahui bahwa butuh hati malaikat untuk mau jadi guru honorer di negeri ini. Belasan bahkan puluhan tahun kami mengabdi pada negeri yang dikenal adil makmur, gemah ripah loh jinawi. 

Namun kehidupan kami jauh dari kata makmur. Dengan gaji tidak manusiawi Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu per bulan kami mengabdi pada negara yang sedang royal melakukan percepatan pembangunan. Dikungkung oleh ketidaksejahteraan, kami harus mendukung program "Merdeka Belajar". Dengan mata kepala sendiri kami menyaksikan matinya sila ke-5 Pancasila dan ketidakadilan pada seleksi PPPK tahun 2021. 

Namun, di sekolah kami harus mendukung program "Profil Pelajar Pancasila". ltulah derita lahir dan batin pahlawan tanpa tanda jasa di negara yang Bapak pimpin.

Bapak sering melakukan blusukan tidakkah Bapak dengar jeritan perihnya hidup kami? Bapak sering melakukan negosiasi pada warga yang hendak digusur, tetapi Bapak tidak pernah mengajak kami berkompromi dengan kebijakan-kebijakan yang rnelupakan pengabdian karni.

Pembangunan sirkuit Mandalika, pengadaan kereta api cepat menunjukkan betapa royalnya negara ini pada pembangunan infrastruktur. Namun, bagaimana cara negara ini mengapresiasi pengabdian para guru honorer? Masih tiarap, Pak. Gaji karni masih kalah jauh dengan gaji kuli bangurnan.

Kami sudah mengabdi belasan bahkan puluhan tahun di negeri, kami sudah ujian seleksi PPPK, kami juga sudah lulus passing grade. Lalu apalagi Pak? Mengapa sulit sekali telunjuk Bapak membantu kami untuk diangkat sebagai PPPK? Puluhan tahun kami mengisi kekosongan guru di sekolah negeri, tetapi apa balasannya? Setelah kami lulus passing grade kami harus dites lagi tahap 2 bersaing dengan guru swasta dan lulusan PPG yang tidak ada kontribusi sama sekali pada sekolah-sekolah negeri. 

Apakah kami akan disingkirkan pelan-pelan dari sekolah tempat kami mengabdi selama ini? Sakit meski tak berdarah, Pak, pengabdian kami kepada negeri ini bagaikan air susu dibalas air tuba.

Ketika Bapak Presiden berkali-kali menaikkan gaji PNS tidakkah Bapak tahu hati kami menangis. Jangankan gaji naik, Pak, gaji dibayar tepat waktu saja itu sudah luar biasa. Ketika Bapak bisa mendatangkan kereta api cepat dengan dana triliunan tidakkah Bapak tahu kami kecewa? Seialu ada dana untuk pembangunan fisik, tetapi untuk mengangkat guru honorer macam kami selalu dibilang tidak ada anggaran.

Cukup dengan jari telunjuk Bapak Presiden, harga tes PCR bisa turun drastis dari harga Rp 950 ribu menjadi Rp 200 ribu. Cukup dengan telunjuk Bapak Presiden maka bimsalabim jadilah satu ikon baru pembangunan di negeri ini, yaitu Sirkuit Mandalika di Lombok.

 Sekarang karni juga memohon kekuatan telunjuk Bapak untuk mau mewujudkan mimpi guru honorer di segala penjuru negeri ini, Pak. 

Kami menantikan Bapak Jokowi yang terhormat mengeluarkan telunjuk sekali lagi seraya berkata "Angkat seluruh honorer di sekolah negeri." Masih ingat bahwa setiap warga negara berhak atas penghidupan yang layak.

Hormat kami,

Guru Honorer Indonesia

 

Heti Kustrianingsih

Ketum FGHNLPSI


Redaktur : Friederich
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler