Guru Honorer Wilfridus Harus Putar Otak karena Rumah Siswa Sering Kosong

Kamis, 26 November 2020 – 02:05 WIB
Seorang guru di Ende, Nusa Tenggara Timur, Wilfridus Kado, di Jakarta, Rabu (25/11). (ANTARA/Indriani)

jpnn.com, JAKARTA - Wilfridus Kado, seorang guru di Ende, Nusa Tenggara Timur terpaksa memanfaatkan media sosial dalam melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) di pandemi Covid-19.

Hal itu setelah Wilfridus menemukan kendala ketika berkunjung ke rumah-rumah siswa untuk mengajak, seringkali dia mendapati rumah dalam kondisi kosong.

BACA JUGA: Mas Nadiem Sebut Semua Guru Honorer Berpeluang Menjadi P3K pada 2021

“Awalnya, saya berkunjung ke rumah-rumah siswa. Tetapi banyak yang rumahnya kosong karena pergi ke kebun membantu orang tua," ungkap Wilfridus.

Pengalaman itu disampaikan dalam dialog yang diselenggarakan Satgas Covid-19 memperingati bertajuk "Hari Guru Nasional: Garda Guru Perangi Covid-19” di Jakarta, Rabu (24/11).

BACA JUGA: Menteri Edhy Prabowo Kena OTT, Ali Ngabalin Ungkap Isyarat dari Penyidik KPK

Wilfridus yang saat ini masih berstatus guru honorer itu mengatakan bahwa setiap berkunjung ke rumah siswa, dia selalu membawa modul pembelajaran yang dibagikan ke mereka.

Namun, karena seringkali siswa yang dia datangi tidak ada di rumah, Wilfridus pun Harus putar otak supaya KBM tetap bisa berjalan.

BACA JUGA: Kabar Gembira dari Bu Sri Mulyani untuk Guru Honorer, Tahun Depan akan Diangkat

"Akhirnya kami gunakan media sosial, yakni Facebook gratis. Di situ kami bisa melakukan pembelajaran," jelasnya.

Meskipun demikian, Wilfridus tetap melakukan kunjungan ke rumah siswa.

Bila bertemu orang tua murid, dia menitipkan tugas tersebut kepada mereka. Selain itu, dia juga menyelenggarakan pembelajaran di rumahnya.

Karena itu, Wilfridus menyambut baik adanya kebijakan pemerintah yang memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk membuka sekolah.

Pembukaan sekolah untuk KBM tatap muka dapat dilakukan asalkan dengan menerapkan protokol kesehatan, yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun dan menghindari kerumunan.

Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengatakan, selama pandemi Covid-19, perlu komunikasi yang intensif antara guru dan orang tua.

Hal itu menurut Salim sangat bermanfaat untuk mengurangi dampak psikologis anak akibat kondisi KBM yang tidak normal selama pandemi.

“Selain itu, guru hendaknya jangan memberikan tugas yang banyak, karena ini merupakan situasi yang tidak normal," ucap Satriwan.(antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler