BOGOR - Kekerasan di sekolah kembali terjadi. Seorang guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 3 Kota Bogor menganiaya enam siswanya. Mereka adalah, FR (15), RY (15), PJ (16), SI (15) dan LF (15), YP (15) dari kelas 10, jurusan pemasaran. Kenamnya ditampar seorang guru bernama Deden Irawan, kemarin.
Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 8:00 itu bermula, saat Deden mengajar pelajaran seni budaya menanyakan foto kopian pelajaran kepada enam siswa tersebut.
Namun, mereka tidak membawa foto kopi pelajaran itu. Alhasil, kondisi ini memicu kemarahan sang guru dan terjadi pemukulan pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung di kelas 10.
"Saat itu mau ulangan lisan mata pelajaran Seni dan Budaya dengan pak Deden, saya nggak bawa foto kopian bahan ulangan lisan, ditegur dan langsung ditempeleng," kata FR.
Menurut FR, empat orang rekannya selain ditempeleng, ada yang dilempar tas, dipukul dan ditendangi. "Teman saya ditendang dan dijambak rambutnya mau dijedotin ke meja," katanya.
YP siswa lainnya mengatakan, mereka lupa membawa foto kopi seni budaya, terus sang guru marah dan semua siswa yang lupa membawa foto kopi ditampar Pak Deden.
Setelah menampar YP dan lima siswa lainnya, Deden Irawan memberikan uang Rp20.000 untuk uang foto kopi. "Tapi uang itu enggak kami gunakan, " ucapnya.
Para murid yang tidak terima dengan perlakuan gurunya itu kemudian melaporkan kejadian tersbeut kepada orang tuanya. Sejumlah orang tua siswa mendatangi SMK PGRI 3 di Komplek PDK, Kelurahan Kedung Halang, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor meminta pertanggung jawaban guru tersebut.
"Anak saya ngadu ditampar sama gurunya hanya karena lupa membawa fotokopi pelajaran seni budaya," ujar Ny Eti Susanti orang tua murid YP (15), salah satu siswa yang ditampar.
Suparli orang tua SI tidak terima anak ke duanya dianiaya di sekolah oleh gurunya. "Saya saja belum pernah menempeleng atau memukul wajah anak saya. Ini guru seenaknya saja. Kalau memang anak saya nakal ya tegur saja, dengan cara yang baik, bukan menempeleng," katanya emosi.
Terkait kejadian itu, pihak sekolah melakukan pertemuan dengan perwakilan orang tua murid. Dalam pertemuan secara tertutup di ruang kepala sekolah itu, pihak SMK PGRI 3 menyampaikan permintaan maaf atas perlakuan kurang terpuji yang dilakukan salah satu gurunya.
Usai pertemuan, Deden Irawan guru mata pelajaran seni dan budaya yang melakukan penganiayaan, mengaku emosi karena enam siswanya, karena sering mengabaikan tugas.
"Saya terpaksa melakukan itu kepada mereka, karena ini sudah berkali-kali ditugaskan untuk memfotocopy dan menghapal bahan mata pelajaran, tapi tidak dilaksanakan," terangnya.
Dia menyesal dan tidak akan mengulangi perbuatannya. "Ya saya sudah minta maaf kepada orang tua siswa dan siswanya dan berjanji tidak akan mengulangi," ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMK PGRI 3 Bogor Ujang Abdurohim mengatakan, akan mengevaluasi kinerja guru-guru yang kerap melakukan tindak kekerasan dalam proses KBM.
"Setiap guru memang punya cara masing-masing untuk mendidik siswanya. Tapi saya tidak membenarkan dengan cara-cara kekerasan," tegasnya. Dia mengaku akan mempertimbangkan Deden untuk dikenakan sanksi.
Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor Ipendi S mengatakan akan menyiapkan sanksi. Kekerasan di sekolah sangat memalukan. Tenaga pendidikan melakukan perbuatan tidak terpuji terhadap anak didiknya di sekolah. "Jika itu benar adanya, kami akan berikan sanksi melalui kepala sekolahnya," ujarnya.
Ipendi tidak bisa berbicara banyak, karena belum menerima laporan dari sekolah mengenai permasalahan tersebut. Disdik akan mengintruksikan kepada sekolah membuat laporan tertulis.
"Seharusnya sebagai seorang guru tidak berbuat seperti itu. Tapi memberikan contoh baik, bisa lebih sabar dan jika ada kesalahan cukup memberikan peneguran saja," katanya.
Dia mengungkapkan, jika yang bersangkutan terbukti bersalah, akan jadi sorotan serius disdik, karena selama ini di Bogor baru kali ini terjadi, hingga menyebabkan banyak korban.
Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Kota Bogor Ferro Sopacua mengatakan, menyerahkan permasalahan kepada sekolah agar mengambil tindakan kepada oknum guru.
Menurut dia, pasti ada alasannya seorang guru melakukan hal tersebut, karena murid yang menjadi anak didiknya tidak menaati aturan. "Kita harus bersikap realistis, dengan tidak bisa memojokan seseorang atas kesalahan itu," ungkapnya.
Dia mengimbau sekolah memberikan pembinaan kepada para pendidiknya, agar tidak ada lagi tindak kekerasan terhadap siswanya. "Karena ini lembaga pendidikan, yang harusnya memberi contoh baik dan mengayomi anak didiknya agar tidak berbuat negatif," tandasnya.(bac/c)
Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 8:00 itu bermula, saat Deden mengajar pelajaran seni budaya menanyakan foto kopian pelajaran kepada enam siswa tersebut.
Namun, mereka tidak membawa foto kopi pelajaran itu. Alhasil, kondisi ini memicu kemarahan sang guru dan terjadi pemukulan pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung di kelas 10.
"Saat itu mau ulangan lisan mata pelajaran Seni dan Budaya dengan pak Deden, saya nggak bawa foto kopian bahan ulangan lisan, ditegur dan langsung ditempeleng," kata FR.
Menurut FR, empat orang rekannya selain ditempeleng, ada yang dilempar tas, dipukul dan ditendangi. "Teman saya ditendang dan dijambak rambutnya mau dijedotin ke meja," katanya.
YP siswa lainnya mengatakan, mereka lupa membawa foto kopi seni budaya, terus sang guru marah dan semua siswa yang lupa membawa foto kopi ditampar Pak Deden.
Setelah menampar YP dan lima siswa lainnya, Deden Irawan memberikan uang Rp20.000 untuk uang foto kopi. "Tapi uang itu enggak kami gunakan, " ucapnya.
Para murid yang tidak terima dengan perlakuan gurunya itu kemudian melaporkan kejadian tersbeut kepada orang tuanya. Sejumlah orang tua siswa mendatangi SMK PGRI 3 di Komplek PDK, Kelurahan Kedung Halang, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor meminta pertanggung jawaban guru tersebut.
"Anak saya ngadu ditampar sama gurunya hanya karena lupa membawa fotokopi pelajaran seni budaya," ujar Ny Eti Susanti orang tua murid YP (15), salah satu siswa yang ditampar.
Suparli orang tua SI tidak terima anak ke duanya dianiaya di sekolah oleh gurunya. "Saya saja belum pernah menempeleng atau memukul wajah anak saya. Ini guru seenaknya saja. Kalau memang anak saya nakal ya tegur saja, dengan cara yang baik, bukan menempeleng," katanya emosi.
Terkait kejadian itu, pihak sekolah melakukan pertemuan dengan perwakilan orang tua murid. Dalam pertemuan secara tertutup di ruang kepala sekolah itu, pihak SMK PGRI 3 menyampaikan permintaan maaf atas perlakuan kurang terpuji yang dilakukan salah satu gurunya.
Usai pertemuan, Deden Irawan guru mata pelajaran seni dan budaya yang melakukan penganiayaan, mengaku emosi karena enam siswanya, karena sering mengabaikan tugas.
"Saya terpaksa melakukan itu kepada mereka, karena ini sudah berkali-kali ditugaskan untuk memfotocopy dan menghapal bahan mata pelajaran, tapi tidak dilaksanakan," terangnya.
Dia menyesal dan tidak akan mengulangi perbuatannya. "Ya saya sudah minta maaf kepada orang tua siswa dan siswanya dan berjanji tidak akan mengulangi," ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMK PGRI 3 Bogor Ujang Abdurohim mengatakan, akan mengevaluasi kinerja guru-guru yang kerap melakukan tindak kekerasan dalam proses KBM.
"Setiap guru memang punya cara masing-masing untuk mendidik siswanya. Tapi saya tidak membenarkan dengan cara-cara kekerasan," tegasnya. Dia mengaku akan mempertimbangkan Deden untuk dikenakan sanksi.
Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor Ipendi S mengatakan akan menyiapkan sanksi. Kekerasan di sekolah sangat memalukan. Tenaga pendidikan melakukan perbuatan tidak terpuji terhadap anak didiknya di sekolah. "Jika itu benar adanya, kami akan berikan sanksi melalui kepala sekolahnya," ujarnya.
Ipendi tidak bisa berbicara banyak, karena belum menerima laporan dari sekolah mengenai permasalahan tersebut. Disdik akan mengintruksikan kepada sekolah membuat laporan tertulis.
"Seharusnya sebagai seorang guru tidak berbuat seperti itu. Tapi memberikan contoh baik, bisa lebih sabar dan jika ada kesalahan cukup memberikan peneguran saja," katanya.
Dia mengungkapkan, jika yang bersangkutan terbukti bersalah, akan jadi sorotan serius disdik, karena selama ini di Bogor baru kali ini terjadi, hingga menyebabkan banyak korban.
Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Kota Bogor Ferro Sopacua mengatakan, menyerahkan permasalahan kepada sekolah agar mengambil tindakan kepada oknum guru.
Menurut dia, pasti ada alasannya seorang guru melakukan hal tersebut, karena murid yang menjadi anak didiknya tidak menaati aturan. "Kita harus bersikap realistis, dengan tidak bisa memojokan seseorang atas kesalahan itu," ungkapnya.
Dia mengimbau sekolah memberikan pembinaan kepada para pendidiknya, agar tidak ada lagi tindak kekerasan terhadap siswanya. "Karena ini lembaga pendidikan, yang harusnya memberi contoh baik dan mengayomi anak didiknya agar tidak berbuat negatif," tandasnya.(bac/c)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gadis Diikat, Lalu Diperkosa Ramai-Ramai
Redaktur : Tim Redaksi