jpnn.com, JAKARTA - Sekum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) mengapresiasi warga yang membubarkan pengajian bertema Khilafah di Desa Sumbersuko, Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, baru-baru ini.
Dalam kegiatan 'pengajian' itu, terpampang banner 'Khilafah Mengakhiri Hegemoni Dolar dengan Dinar dan Dirham'.
BACA JUGA: Gus Falah Apresiasi Upaya SKK Migas Dorong Regulasi Sumur Minyak
Gus Falah menegaskan, propaganda paham khilafah yang berhasrat menghancurkan negara-bangsa seperti Indonesia yang berdasar Pancasila, tidak boleh diberikan ruang.
"Pengajian itu hanya 'kedok' saja, padahal sebenarnya mereka mempropagandakan paham khilafah yang anti Pancasila dan anti kebangsaan," ungkap Gus Falah dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/6).
BACA JUGA: Gus Falah Optimistis MIND ID Mempercepat Penetrasi Kendaraan Listrik
"Maka warga Desa Sumbersuko, Pasuruan patut kita apresiasi, mereka bergerak karena meyakini bahwa mencintai negara adalah bagian dari iman," tambah Ketua Tanfidziyah PBNU itu.
Gus Falah melanjutkan bahwa propaganda paham anti-Pancasila seperti khilafah tak boleh diberikan peluang dengan alasan demokrasi atau kebebasan berpendapat.
BACA JUGA: Gus Falah: Besarnya Kontribusi Bukti SKK Migas Taat Konstitusi
Dia menegaskan, demokrasi yang diterapkan di Indonesia harus selaras dengan Pancasila. Bukan demokrasi liberal yang memberi ruang bagi gerakan yang mengancam negara atau Pancasila.
“Tidak boleh organisasi atau individu diberikan ruang mengancam negara maupun Pancasila dengan alasan demokrasi atau kebebasan. Sebab bila mereka menjamur apalagi berkuasa, bukan hanya Pancasila yang terancam, tapi juga demokrasi dan kebebasan itu sendiri karena sistem Khilafah itu totaliter,” tegas Gus Falah.
"Maka negara juga harus mempunyai regulasi yang melarang semua ideologi yang anti Pancasila, termasuk khilafah, agar bisa mengambil tindakan preventif secara hukum terhadap individu atau kelompok penganut ideologi tersebut. Sehingga kedepannya yang menindak gerakan khilafah adalah aparat, bukan lagi warga sebagaimana terjadi di Pasuruan itu," tambahnya. (dil/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif