jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid mengimbau masyarakat tidak lengah dan tak mengendorkan kedisiplinan dalam melaksanakan protokol kesehatan.
Kasus Covid-19 di Indonesia masih menjadi ancaman serius. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan jumlah kasus Covid-19 atau pasien positif corona per Senin (3/5) mencapai 1.682.004 orang. Sementara itu, penambahan kasus harian dalam 24 jam terakhir mencapai 4.730 orang.
BACA JUGA: Gus Jazil: Pemimpin Bangsa Harus Memiliki Jiwa Sesuai Empat Pilar
Saat ini, ada varian baru virus corona yang sudah masuk Indonesia yakni varian virus B.1.1.7 asal Inggris, varian mutasi ganda B.1.617 asal India, serta B.1.351 yang berasal dari Afrika Selatan.
Varian B.1.617 ditemukan pada dua kasus positif Covid-19 di Jakarta, sedangkan varian B.1.351 ditemukan pada satu kasus di Bali. Selain itu, belajar dari kasus di India yang mengalami lonjakan kasus Covid-19 secara signifikan.
BACA JUGA: Gus Jazil: Manfaatkan Bulan Ramadan untuk Memperdalam Al-quran
"Semua harus sadar bahwa Covid-19 ini masih menjadi musuh. Jangan takut, tetapi juga jangan meremehkan,” ujar Gus Jazil–sapaan akrab Jazilul Fawaid–dalam diskusi 4 Pilar MPR bertajuk ”Antisipasi Klaster Baru Covid-19 Jelang Lebaran” di Media Center DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Selasa (4/5).
Gus Jazil mengatakan, kebijakan pemerintah yang melarang mudik Lebaran sebagai upaya mencegah terjadinya lonjakan kasus Covid-19 harus didukung.
BACA JUGA: Gus Jazil Ajak Lestarikan Budaya Pewayangan, Begini Alasannya
Sebab, migrasi masyararakat secara besar-besaran berpotensi memungkinkan terjadinya klaster baru Covid-19.
Menurutnya, kebijakan pemerintah terkait dengan larangan mudik ini sudah benar dalam konteks antisipasi.
Namun, jangan sampai kebijakan tersebut juga menjadi gejolak dalam konteks penanganannya.
”Terkadang namanya rindu itu enggak pakai aturan. Namanya kangen, cinta, itu sudah enggak ada aturan. Nanti pasti ada yang melanggar karena saking rindunya. Yang kayak begitu bagaimana cara pemaklumannya, bagaimana cara memberikan sanksinya supaya terasa adil karena Lebaran itu ada kaitannya dengan rasa rindu, dan mengatur rasa rindu itu memang sulit,” katanya.
Wakil Ketua Umum DPP PKB itu mengatakan bahwa dalam teori Islam ada kaidah dar’ul mafasid muqoddamu ala jalbil masholih, yakni menolak keburukan harus didahulukan daripada mengambil manfaat atau kemaslahatan.
”Jadi kemaslahatan mudik itu dinomorduakan, yang dinomorsatukan adalah mencegah terjadinya wabah klaster dan makin banyaknya orang yang terkena Covid-19, apalagi meninggal. Tolak dulu apa yang mendatangkan keburukan, baru berpikir mencari maslahat. Jadi istilahnya rindu ditahan dulu daripada celaka,” katanya.
Hal ini juga sejalan dengan semangat konstitusi bahwa negara harus melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Hal itu juga sejalan dengan kerangka Pancasila untuk mendahulukan atau meninggalkan sesuatu yang buruk daripada memperoleh manfaat.
”Jadi protokol kesehatan itu adalah upaya pelindungan,” tuturnya.
Gus Jazil juga mengaku prihatin karena bagi sebagian masyarakat, seperti para pedagang, Lebaran seharusnya menjadi kesempatan untuk menjalankan roda perekonomian.
”Nah sekarang tidak ada lagi, bahkan kami saja yang di DPR untuk melakukan misalkan open house, pertemuan relawan, juga kesulitan. Padahal aktivitas inilah yang akan menggerakkan roda ekonomi. Covid-19 ini pertama menghantam sektor kesehatan yang kedua sektor ekonomi,” katanya.
Karena itu, Gus Jazil meminta pemerintah juga mencari solusi bagaimana kebijakan yang dibuat, misalnya adanya larangan mudik yang juga secara ekonomi berdampak bagi para sopir, pedagang dan lainnya, agar roda perekonomiannya masih tetap bisa berputar.
”Bagaimana pemerintah mencari cara misalnya untuk orang-orang yang tidak punya kemampuan untuk berdagang secara online atau bagaimana produknya supaya terjual, ini yang menjadi soal dan harus dicarikan solusinya,” tuturnya. (*/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi