jpnn.com, TRENGGALEK - Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid mengatakan budi daya tanaman porang belakangan menjadi tren baru di dunia pertanian. Sejumlah kisah sukses petani yang membudidayakannya juga telah menginspirasi masyarakat luas.
Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong agar ke depan porang bisa menjadi makanan pengganti beras karena rendah kalori, karbohidrat, serta rendah kadar gula sehingga lebih menyehatkan.
BACA JUGA: Bertandang ke Madiun, Presiden Jokowi Dorong Industri Porang Siap Ekspor Produk Olahan
Menurut Gus Jazil -sapaan Jazilul, porang merupakan satu komoditas pinggiran yang kini mulai mendapatkan perhatian. Terlebih lagi permintaan ekspor produk itu kini makin tinggi dan menjanjikan.
"Kalau kita lihat datanya, pada 2020 saja, nilai ekspor porang kita mencapai hampir Rp 1 triliun atau tepatnya Rp 923,6 miliar. Ini tentu sangat menjanjikan," kata Gus Jazi.
BACA JUGA: Ferdinand Kaget Mahfud MD Disebut Merestui Deklarasi FPI Versi Baru
Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara pada Focused Group Discussion (FGD) Panen Raya Porang Nasional 2021 bertajuk Porang Komoditas Nusantara Menembus Pasar Dunia, di Pendopo Pemkab Trenggalek, Jawa Timur, Selasa malam (24/8).
Gus Jazil menjelaskan, selama ini porang belum menjadi komoditas yang populer di tanam di Indonesia layaknya padi, jagung, dan berbagai komoditas pertanian lainnya.
BACA JUGA: Mantap! BNI Alokasikan KUR untuk Petani Porang
Oleh sebab itu, butuh keterlibatan banyak pihak, utamanya Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Perhutani dan berbagai pihak lain. Sebab, tanaman porang cukup baik dibudidayakan di lahan-lahan hutan yang menjadi wilayah Perhutani dan KLHK.
Hal itu menurutnya menjadi pekerjaan rumah bagi Kementan untuk membuat porang bisa ditanam di lahan persawahan seperti menanam padi.
"Catatan kami belum ada budi daya porang di lahan seperti padi, baru di lahan yang ada tegakannya. Nah, itu butuh dorongan dan dukungan KLHK, Perhutani, karena kita punya cukup luas lahan hutan yang belum termanfaatkan dengan cukup baik," tutur waketum PKB itu.
Dewan Pembina Himpunan Petani dan Pengusaha Porang Nusantara (Hippora) itu menyebut para petani porang juga perlu mendapatkan dukungan para pengusaha yang tergabung dalam asosiasi industri porang. Hal ini diperlukan guna menjaga harga bibit serta stabilitas harga panen komoditas ekspor itu.
"Termasuk dari perbankan, karena petani kita ini butuh dukungan akses permodalan. Porang ini menjanjikan untuk meningkatkan indeks petani, tetapi tanpa diikuti dunia usaha, industri, tanpa dukungan modal, tanpa dukungan pemerintah, petani tidak akan mampu," ucapnya.
Gus Jazil menambahkan, seluruh stakeholder harus berkumpul untuk membangun ketahanan pangan nasional, salah satunya melalui budi daya porang. Dia pun optimistis upaya tersebut akan berhasil.
Politikus asal Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur itu mengapresiasi Pemkab Trenggalek yang menjadikan daerahnya sebagai sentra budi daya porang. Apalagi, kabupaten itu memiliki wilayah perhutanan yang cukup luas dan potensinya yang cukup bagus untuk membudidayakannya.
"Jadi, kalau sering kita dengar istilah membangun Indonesia dari pinggiran, kini kita mulai membangun ketahanan pangan nasional melalui budi daya porang dari Trenggalek," ujar Jazilul Fawaid. (*/jpnn)
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi, M. Fathra Nazrul Islam