jpnn.com, CIAMIS - Selepas asar, ratusan masyarakat terdiri dari mahasiswa, pemuda, pelajar, santri, dan petani memenuhi aula Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Bangunsirna, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, 28 April 2021.
Mereka memenuhi aula itu dengan protokol kesehatan yang ketat, untuk mengikuti Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika atau yang popular disebut Empat Pilar MPR RI dan buka puasa bersama.
BACA JUGA: Gus Jazil Ajak Lestarikan Budaya Pewayangan, Begini Alasannya
Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid bersama para pimpinan pondok pesantren, jajaran Muspida Ciamis, serta anggota DPRD Jawa Barat, Ciamis, dan Tasikmalaya hadir dalam sosialisasi tersebut.
“Hari ini kita bersyukur dapat bersilaturahmi apalagi di bulan suci Ramadan,” ujar Wakil Ketua Umum DPP PKB itu.
BACA JUGA: Poros Partai Islam, Gus Jazil: Bagus sebagai Wacana tetapi Sulit Terwujud
“Saat ngabuburit, menunggu buka puasa, ini kita mendapat banyak ilmu, setelah mengaji, selanjutnya mendapat pemaparan mengenai Empat Pilar,” ujarnya.
Menurut pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu dirinya ke Ciamis dengan kapasitas sebagai pimpinan MPR.
BACA JUGA: TNI AL Terima 53 Dokumen Akta Kematian Prajurit KRI Nanggala-402
“Nah, salah satu tugas MPR adalah menyosialisasikan Empat Pilar,” ungkapnya.
Gus Jazil menyampaikan kepada para peserta sosialisasi, Empat Pilar ada karena Indonesia merdeka. Bila bangsa ini belum merdeka maka Empat Pilar tidak ada. Ia mengajak kepada semua untuk bersyukur bahwa bangsa ini sudah merdeka pada 17 Agustus 1945.
Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia itu mengungkapkan salah satu kelompok masyarakat yang mempunyai andil besar dalam ikut memerdekakan bangsa Indonesia adalah kaum ulama.
“Ulama mempunyai peran besar dalam ikut merebut dan mempertahankan kemerdekaan,” ucapnya dengan tegas.
Untuk itu, dirinya mengingatkan agar kita jangan sekali-kali melupakan peran dan jasa para ulama.
“Jas Hijau, jangan sekali-kali melupakan jasa dan peran ulama,” tuturnya.
Koordinator Nasional Nusantara Mengaji itu tidak hanya mengingatkan peran ulama dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Dirinya juga mengingatkan bahwa bangsa ini merdeka pada saat bulan Ramadan.
“Kita merdeka pada 9 Ramadan Tahun Hijrah,” ungkapnya.
Menurut pria yang akrab dipanggil Gus Jazil, saat itu ummat Islam melaksanakan ibadah puasa.
“Bung Karno, Bung Hatta, dan yang lainnya saat itu tengah menjalankan ibadah puasa,” ucapnya.
Merdekanya Indonesia pada bulan Ramadan menurut Jazilul Fawaid memiliki spirit yang besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Merdeka di bulan puasa membuat bangsa ini memiliki spirit keagamaan yang kuat,” tuturnya.
Merdeka di bulan puasa menurutnya bukan suatu kebetulan namun merupakan desain dari Allah SWT. Dari sinilah ia mengatakan di Indonesia antara kehidupan keagamaan dan kebangsaan tak dapat dipisahkan.
“Sayangnya kemerdekaan di bulan Ramadan ini tidak diperingati oleh bangsa Indonesia,” ucapnya.
Saat ini Indonesia sudah merdeka meski demikian Gus Jazil mengingatkan apa tujuan Indonesia merdeka.
Menurut Gus Jazil, ketika bangsa ini merdeka maka ia harus bisa mensejahterakan rakayatnya serta mampu menciptakan rasa aman, tentram, dan damai.
“Indonesia lahir dengan harapan tidak ada rakyat kelaparan,” ujarnya. “Bila ada rakyat kelaparan lalu di mana peran negara?" tanyanya.
Dalam kemerdekaan ini ditegaskan negara harus memperkuat keberadaan masyarakat. Negara membutuhkan masyarakat yang kuat. Untuk membentuk masyarakat yang demikian perlunya pendidikan. Pentingnya pendidikan inilah maka dalam konstitusi ada pasal yang menyebutkan besarnya anggaran pendidikan.
“Hanya Indonesia yang mempunyai aturan anggaran pendidikan yang termuat dalam konstitusi,” paparnya.
Gus Jazil kembali menegaskan kembali bahwa kita mendorong adanya masyarakat yang maju.
“Untuk menciptakan masyarakat yang maju perlu pendidikan,” tuturnya.(jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi