Gus Muhaimin: Teknologi, Agama, dan Pasar Jadi 3 Kekuatan Dahsyat

Minggu, 29 Agustus 2021 – 23:38 WIB
Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 mengubah berbagai tatanan dan pola kehidupan masyarakat hari-hari ini.

Wakil Ketua DPR Bidang Korkesra Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) mengatakan, kehidupan manusia menghadapi tantangan perubahan yang luar biasa. Keadaan dan kondisi dunia mengalami perubahan terus-menerus.

BACA JUGA: TNI AL Gelar Serbuan Vaksinasi di Pulau Terluar, Nih Targetnya

”Tahun ini kita harus benar-benar menyiapkan diri sebaik-baiknya, bukan hanya masyarakat, jamaah, semua aspek kehidupan kita tata ulang sebaik-baiknya. Kenapa? Karena hari ini semuanya sedang berubah. Semuanya serba tidak menentu, serba mencari model dan pola baru, sedang berubah segala-galanya,” ujar Gus Muhaimin saat memberikan pengarahan pada Acara Gebyar Muharram 1443 H Halaqah Majelis Taklim Bersama Gus Muhaimin dan Anak-anak Yatim secara virtual, Minggu (29/8/2021).

Menurut Gus Muhaimin, pola hidup yang berubah akibat pandemi Covid-19 ini kemungkinan akan berlangsung panjang. Kebiasaan masyarakat memakai masker dan menjaga jarak akan terus berlangsung hingga nantinya pandemi benar-benar berakhir.

BACA JUGA: Ibu Ana Curhat ke Gus Muhaimin Perihal Beratnya Pendidikan di Masa Pandemi, Mengharukan

“Paling pokok semuanya ini sedang menyesuaikan. Ekonominya menyesuaikan, pola hubungan antar negara, cara kerja masyarakatnya, dunia dan bangsa menyesuaikan karena sedang menyalami pencarian bentuk baru,” tuturnya.

Ketua Umum PKB inin mengatakan ada tiga hal yang menyebabkan perubahan terjadi setidaknya dalam 10 tahun terakhir.

BACA JUGA: Merespons Keluhan Guru Inpassing, Gus Muhaimin: Mereka Ujung Tombak, Harus Diperhatikan

Pertama, banyak temuan teknologi baru, terutama teknologi informasi yang benar-benar mengubah cara hidup, cara berbelanja maupun cara berkomunikasi masyarakat.

”Pertemuan-pertemuan dengan Zoom kini banyak yang ikut. Belum lagi cara menyajikan pencerdasan, menyajikan pola pikir, majelis taklim berubah. Kalau tidak ikut berubah bisa ditinggal,” tuturnya.

Gus Muhaimin mencontohkan sosok yang sukses di Indonesia karena menguasai teknologi, yakni Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Perguruan Tinggi (Mendikbudristek), pendiri Gojek.

”Namanya Nadiem Makarim, penemu Gojek, jadi menteri saja milih. Ditanya Pak Jokowi, Nadiem mau jadi menteri apa? Karena dia memang hebat, menemukan Gojek, bisa membuat jutaan orang bekerja langsung dalam sehari. Bikin perusahaan dua tahun nilainya sudah puluhan triliun. Bisa membuat orang tergantung. Sekarang makan nggak pakai Gojek rasanya belum kenyang. Kalau enggak pesan pakai Gojek belum puas. Nah, Nadiem berhasil sebagai orang yang menguasai teknologi,” tuturnya.

Kedua, dalam kondisi sekarang, kata Gus Muhaimin, agama menjadi kekuatan yang sangat dahsyat di seluruh dunia. Agama menjadi tempat berlindung atas semua yang terjadi.

”Kegiatan keagamaan subur di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Para pengamat menyampaikan agama adalah kekuatan yang nyata,” katanya.

Oleh karena itu, Gus Muhaimin mengingatkan dengan menguatnya agama, jika tidak cerdas dan benar dalam memahami agama maka bisa malah menjadi radikalis ataupun fundamentalis.

”Kesalahpahaman dalam beragama menyebabkan pertikaian, pertentangan, salah paham. Halaqah Majelis Taklim seperti ini akan menjadi kekuatan yang menyatukan umat dan bangsa,” tuturnya.

Gus Muhaimin mencontohkan, di era pandemi, di Amerika Serikat (AS) saat Idul Adha lalu, kegiatan salat Id bisa diikuti hingga 100.000 jamaah. ”Agama menjadi kekuatan baru yang luar biasa dahsyat,” katanya.

Kekuatan sekaligus tantangan ketiga adalah kekuatan pasar. Menurut Gus Muhaimin, saat ini kekuatan pasar telah mendikte seluruh kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat dunia.

”Kehidupan kita ditentukan oleh pasar. Misalnya kita mencari barang di Instagram, kita akan dimonitor oleh pasar. Kita akan terus disuguhi barang-barang yang kit acari itu, misalnya kaus,” katanya.

Oleh karena itu, menurut Gus Muhaimin, tidak ada pilihan lain kecuali mencerdaskan dan menyiapkan diri secara intelektual, menguatkan pondasi keagamaan, dan menyiapkan keahlian generasi muda untuk kehidupan di masa depan yang lebih baik.

”Dengan menyiapkan diri sebaik mungkin insyallah kita akan memberikan maslahat. Caranya, usaha keras dan berdoa terus menerus sambil berjuang,” urainya.

Gus Muhaimin mengatakan Tahun Baru Muharram 1443 H harus menjadi momentum untuk melakukan evaluasi untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik.(jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler