jpnn.com, JAKARTA - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden KH Yahya Cholil Staquf menilai, selama 50 tahun terakhir perjalanan bangsa, berbagai ikhtiar dan strategi yang dikembangkan untuk memecahkan masalah bangsa lebih banyak terkungkung pada perspektif yang terbatas pada konteks domestik.
Menurut pria yang karib disapa Gus Yahya itu, kalaupun ada pertimbangan atau langkah yang terkait dengan dinamika internasional, lebih banyak bersifat pragmatis dan sempit di seputar aspek teknis dari permasalahan yang ditangani.
BACA JUGA: Harapan dan Ajakan PDI Perjuangan di Hari Lahir Pancasila
Karena itu, perlu dibangkitkan kesadaran bahwa Indonesia memiliki gudang raksasa kekayaan peradaban yang diwariskan nenek moyang.
"Presiden pertama Sukarno senantiasa menggaungkan bahwa Pancasila adalah sari pati kekayaan yang digali dari bumi pertiwi. Di saat yang sama dia juga tak kenal lelah menyeru kepada dunia agar menengok Pancasila sebagai persembahan bangsa Indonesia bagi peradaban dunia," kata Khatib Aam PBNU ini.
BACA JUGA: Pengamat: Anak Milenial Tidak Butuh Teori Pancasila
Dia menambahkan, Presiden Keempat Indonesia Abdurrahman Wahid pun berjuang sekuat tenaga menghadirkan Indonesia dalam kancah pergaulan internasional dengan identitas dan karakter Pancasila.
Gus Yahya mengatakan, di tengah kemelut bangsa yang diwarnai berbagai perbenturan antaridentitas dan antarperadaban, visi para pendiri bangsa adalah wawasan yang sangat dibutuhkan dunia.
BACA JUGA: Jokowi Lantik Yahya Cholil Staquf jadi Wantimpres
"Hanya kita, bangsa dalam naungan NKRI yang memiliki warisan visi dan cita-cita agung yang secara gamblang dijabarkan dan secara tegas dikukuhkan sebagai konsensus bangsa seperti itu. Tidak ada yang lain," ujar anggota Watimpres itu.
Gus Yahya berharap kesadaran seluruh anak bangsa, terutama para pemimpin, harus terus ditingkatkan.
"Kita juga memiliki kekayaan dan kekuatan untuk membantu seluruh umat manusia menemukan masa depan yang lebih baik dan mulia bagi peradaban dunia," kata Gus Yahya. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tanpa Digaji Pun Pejabat BPIP Tetap Mengabdi untuk Negara
Redaktur & Reporter : Ragil