jpnn.com - Cara unik dilakukan oleh Pemkab Malinau, Kalimantan Utara, dalam memperingati Hari Kartini.
Sebagai penghormatan kepada para perempuan, diadakan lomba merias istri.
BACA JUGA: Keluarga Besar Wanita TNI Menyemarakkan Hari Kartini
AGUSSALAM SANIP, Malinau
PERINGATAN sosok yang memperjuangkan emansipasi wanita, RA Kartini, tentu berbagai kegiatan dan lomba dilakukan nyaris di seluruh nusantara. Tak terkecuali di Kabupaten Malinau.
BACA JUGA: Syahrini: Kartini Masa Kini Itu Harus Sering...
Cara berbeda dilakukan oleh Pemkab Malinau dengan menggelar lomba merias istri. Melalui pengeras suara, panitia penyelenggara memanggil bupati, sekretaris kabupaten para asisten serta FKPD untuk hadir ke lapangan mengikuti lomba mendandani istri.
Di lapangan, panitia menyediakan sudah menyiapkan selempang, bros dan kutek (cat kuku) untuk dipasangkan sebagai aksesoris di pakaian dan rambut serta mewarnai kuku.
BACA JUGA: Suara Kaum Perempuan Harus Didengar dan Diaktualisasikan
Lomba ini sengaja digelar untuk memberikan pemahaman bagi para suami, betapa susah dan ribetnya para istri saat berdandan.
Inilah yang kerap menjadi penyebab istri telat saat akan menghadiri undangan.
Bupati Malinau, Yansen TP yang juga turut serta dalam lomba, mengaku, memang secara kasat mata, dandanan sang istri terasa semuanya biasa-biasa saja.
Tetapi ketika dicoba pada lomba tersebut, ia tak menampik jika semuanya tak semudah itu. “Ternyata tidak semudah yang kita bayangkan,” ungkapnya tertawa.
Menurutnya, terkadang kaum adam hanya mencari mudahnya saja. Tetapi bagi kaum hawa, tentu mengerjakannya tidak semudah yang dibayangkan. Saat wanita tidak tampil cantik, pria sebagai pendamping pun akan protes.
”Melakukan (merias, Red.) itu tidak mudah karena saya juga merasakan itu saat memasangkan ibu (istri) selempang. Kemudian aksesoris lainnya seperti mengecat kutek tadi di kuku ibu,” ujarnya seraya berpesan sudah seharusnya pria menghargai wanita yang kerap selain sebagai penolong, juga merupakan kekuatan bagi pasangannya.
Apakah selama dua periode menjadi bupati dia pernah meminta istrinya untuk cepat-cepat berdandan agar tidak terlambat saat akan menghadiri sebuah acara. Yansen mengaku hal itu sudah pastil pernah terjadi dan itu dinilainya sesuatu yang lumrah.
Bahkan, kata dia, nyaris para suami peranh melakukan hal itu. Meminta istri menyegerakan dandanannya ketika waktu kian mepet saat akan menghadiri sebuah acara.
“Ibu cepat, waktu sudah mepet begini,” ujarnya menirukan ucapan yang kerap ia sampaikan ke istrinya jika menunggu lama.
Walaupun didesak waktu, kata Yansen, wanita tetap berusaha untuk tampil sebaik mungkin.
Banyak orang yang mungkin tidak berpikir jika yang dilakukan istri itu semata-mata untuk suami.
Karena kesempurnaan laki-laki juga terletak pada wanita selaku pendampingnya. Maka dari itu, jika ada yang menilai istri tampil anggun, tentu suami juga akan merasa bangga.
Sementara, terkait dengan lomba rias, Ny Ping Yansen mengungkapkan jika suaminya sudah mengambil aksesoris yang tepat untuk dipasangkan ke pakaiannya. Walupun pada warna yang dipasangkan sedikit kontras.
“Tadi kan warnanya tabrakan tapi tabrakannya pas.Dalam etika berbusana itu benar, tabrakan warna yang pas itu dibenarkan. Saya anggap bapak sudah lulus,” ujarnya tertawa.
Ia juga berharap, agar para suami lebih memahami apa yang dilakukan istri yang memang terkesan agak rumit.
“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada suami yang mengingatkan kami tentang waktu untuk lebih disiplin dan proses penyiapan kami harus lebih awal,” ucap wanita yang juga tercatat sebagai anggota DPRD Malinau Fraksi Demokrat ini.
Sementara itu, salah saorang anggota DPRD Malinau, Ibau Ala yang juga turut serta dalam lomba mengaku, saat merias istrinya tidak terlalu sulit.
Ini dikarenakan ia kerap kali membantu istrinya berdandan apalagi saat waktu yang kian mepet untuk menghadiri acara. “Saya sering bantu ibu pasangkan aksesoris,” akunya.
Kepala Kejaksaan Negeri Malinau, Yudi Triadi. SH, MH yang juga ikut ambil bagian dalam lomba mengaku kesulitan saat merias istrinya. Sebab ini untuk pertama kalinya merias istri tercintanya.
“Yang jelas sih memang agak sulit ya karena seumur-umur baru ini saya dandanin ibu,” ujarnya.
Selain dirasakan sulit, juga perlu kehati-hatian, kecermatan dan keterampilan. Ia pun mengaku kerap meminta istrinya agar mempercepat berdandan ketika akan menhadiri sebuah undangan. “Bukan pernah lagi, sering sekali,” akunya.
Sementara, Ketua DPRD Malinau Wempi W. Mawa, SE mengaku, sebagai wujud perhatian para pejabat Malinau di Hari Kartini, pihaknya mengikuti lomba rias secara dadakan.
Diakuinya tidak mudah. Suami acap kali hanya bisa mengeluhkan istri yang lambat dalam bersolek.
“Terkadang kita bisa lepas dari jadwal yang sudah direncanakan ya karena tidak sama waktunya untuk berdandan. Tadi (kemarin, Red.) hanya beberapa aksesoris saja yang dipasang membutuhkan waktu puluhan menit. Nah, untuk itu kita memohon maaf sebagai suami selama ini menganggap apa yang mereka lakukan yang terbaik bagi suami ini sederhana, tapi luar biasa,” katanya.
Menimpali apa yang dikatakan sang suami itu, Meylen Wempi mengaku suaminya sedikit mengerti dalam memasang aksesoris saat lomba.
Ini karena sang suami sudah sering melihat di mana saja aksesoris dipasang. Juga sudah pernah melihat bagaimana dirinya mewarnai kuku menggunakan kutek.
“Bapak sedikit agak pintar lah,” pujinya. (keg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hari Kartini, Djarot Sebut Perempuan Tak Sekadar Konco Wingking
Redaktur & Reporter : Soetomo