jpnn.com - JAYAWIJAYA – Perbedaan memang selalu indah. Seperti yang dilakukan belasan ’’mama’’ warga Kampung Tulima, Distrik Walesi, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua. Sebelum Lebaran mereka terlihat sibuk mencari hipere atau ubi jalar sayur-sayuran untuk acara bakar batu. Lokasi acara sudah disepakati.
Yakni, halaman belakang Masjid Al-Muksin. Masjid itu belum lama selesai dibangun oleh warga. Bahkan, tahun ini merupakan kali pertama digunakannya masjid tersebut untuk menunaikan salat Id.
BACA JUGA: Berkah Lebaran, Tujuh Napi Rutan Pakjo Bebas
’’Setelah salat Idul Fitri, kami bersama saudara kami yang beragama Kristen menggelar bakar batu di belakang masjid,’’ ungkap Ustad Muhammad Yalipere kepada Cenderawasih Pos.
Dia bersama sejumlah warga lain, termasuk anak-anak, baru saja menggelar karpet di dalam masjid untuk salat Id pagi tadi.
BACA JUGA: Yakinlah, Warga Susup sudah Sepakat Tak Akan Golput
Yalipere menjelaskan, acara bakar batu merupakan tradisi asli masyarakat Pegunungan Papua. Namun, untuk acara itu, bahan utamaya menyesuaikan. Daging babi diganti dengan daging ayam.
’’Nanti kaum pria yang membakar batu sampai panas, kemudian dimasukan ke dalam lubang sebagai fondasi,’’ jelasnya.
BACA JUGA: Gubernur Bengkulu Kutuk Aksi Bom Madinah
Setelah itu, semua bahan yang akan dimasak, mulai daging ayam, ubi, jagung, hingga sayur-sayuran, dimasukkan, lalu ditutup dengan daun pisang dan alang-alang. Kemudian, ditindih dengan batu panas. Terakhir, ditutup lagi dengan dedaunan.
’’Setelah matang, baru bahan makanan yang ada di dalam lubang diangkat dan disajikan untuk disantap bersama,’’ kata Yalipere.
Tidak seperti umat muslim di daerah lain di Indonesia yang biasanya saling berkunjung dan bersilaturahmi, warga Kampung Tulima biasanya hanya berkumpul di masjid. Saling bersalam-salaman dan meminta maaf langsung dilakukan dengan seluruh kerabat, termasuk yang beragama Kristen.
’’Saat Idul Fitri, kami dari pengurus masjid yang menyediakan hidangan, termasuk kue yang akan disantap bersama setelah salat Idul Fitri,’’ jelasnya.
Untuk diketahui, di Distrik Walesi, terdapat dua kampung yang penduduknya mayoritas memeluk agama Islam. Yaitu, Kampung Walesi dan Kampung Tulima.
Dua kampung yang letaknya bersebelahan itu hanya berjarak 4 kilometer dari Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya. Kampung Tulima dihuni 27 kepala keluarga. Tercatat 76 orang di antaranya memeluk agama Islam.
Di Kampung Walesi juga terdapat masjid. Namanya Masjid Al-Aqsha. Masjid itu setiap tahun digunakan warga Kampung Walesi dan warga di kampung lain, termasuk Kampung Tulima, untuk menunaikan salat.
Ridwan, salah seorang pengurus Masjid Al-Aqsha memperkirakan, salat Idul Fitri diikuti sekitar 700 jamaah. Selain warga asli Kampung Walesi dan pengurus pesantren, ada aparat TNI dan Polri yang bertugas di Distrik Walesi.
Kemarin lembaga kemanusiaan Bulan Sabit Indonesia Cabang Kabupaten Jayawijaya juga terlihat menyalurkan zakat ke umat muslim di Kampung Tulima dan Walesi. Ada juga bantuan seperti pakaian dan kerudung buat ibu-ibu dan beberapa anak perempuan.
Andi Ode, penanggung jawab Bulan Sabit Indonesia Kabupaten Jayawijaya, mengatakan, dalam tiga tahun terakhir pihaknya fokus menyalurkan bantuan kepada umat muslim Jayawijaya.
’’Kami juga memberikan pendidikan keagamaan seperti mengajari mengaji dan pelajaran agama Islam,’’ tandasnya. (*/JPG/c7/pri/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Maaak! Harga Daging Sapi Tembus Rp 150 Ribu
Redaktur : Tim Redaksi