Habiskan Rp 1,9 Triliun, Penyakit Ginjal Dinilai Jadi Beban BPJS Kesehatan

Jumat, 13 Desember 2024 – 09:45 WIB
Ki-Ka: Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay berfoto bersama Managing Director Good Doctor, Danu Wicaksana seusai penandatanganan kerja sama antara PT AstraZeneca Indonesia dan PT Good Doctor Technology Indonesia dalam transformasi pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan kesehatan digital. Foto dok. AstraZeneca

jpnn.com - Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Clinico Economics and Outcomes Research menyatakan, pembiayaan penyakit ginjal kronis menduduki peringkat ke-2 dalam BPJS Kesehatan sebagai pembiayaan tertinggi. Menghabiskan anggaran sekitar Rp 1,9 triliun lebih dan menjadi beban di masa depan.

Penelitian lainnya pada enam rumah sakit di Indonesia selama 14 bulan (Oktober 2019—Desember 2020) dengan 582 sampel menunjukkan biaya pengobatan ginjal kronis sebesar Rp 840.132.546 untuk hemodialisis, Rp 423.156.000 untuk tindakan berat, dan Rp 792.155.000 untuk jasa penelitian.

BACA JUGA: Analisis Reza soal Hukuman Agus Buntung, Pria Disabilitas Pemerkosa Mahasiswi di NTB

“Sebagai perusahaan biofarmasi global yang berfokus pada kardiovaskular, ginjal, dan metabolisme, kami berkomitmen untuk mendorong diagnosis dan intervensi lebih awal sehingga dapat membantu mencegah atau memperlambat perkembangan penyakit tersebut," kata Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay, Jumat (13/12).

Melansir data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) dalam laporan Global Burden of Disease (GBD) 2019, penyakit ginjal kronis termasuk dalam 10 besar penyakit dengan kematian tertinggi di Indonesia. Angka kematian mencapai lebih dari 42 ribu jiwa setiap tahunnya, dan prevalensinya terus meningkat, dengan lebih dari 700 ribu orang terdiagnosis menderita kondisi ini. 

BACA JUGA: Indonesia Re-BPJS Kesehatan Bahas Pencegahan Kecurangan Klaim dan Penanganan Fraud

"Beban penyakit ini akan bertambah besar seiring dengan peningkatan stadium dan komorbiditas dengan diabetes dan gagal jantung," ujarnya.

Penyakit ini tidak memiliki gejala yang signifikan pada tahap awal penyakit (silent disease). Namun, apabila dibiarkan tanpa penanganan tepat, konsekuensinya bisa sangat merugikan baik pasien, keluarga maupun negara. 

BACA JUGA: BKD Tolak Honorer Non-Database BKN Ikut Pendaftaran PPPK 2024 Tahap 2

Dari sisi penderita, hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mengungkapkan, prevalensi penyakit ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ? 15 Tahun adalah 0,18%. Sementara, di seluruh dunia, sebagaimana dilansir International Society of Nephrology, penyakit ginjal kronis merupakan penyebab kematian dengan pertumbuhan tercepat ketiga dan diperkirakan akan menjadi penyebab kematian kelima tertinggi di dunia pada tahun 2040.

"Perlu pengelolaan penyakit ini sejak awal yang meliputi diagnosis hingga pengobatan termasuk modifikasi gaya hidup dan itu sangat krusial dilakukan," ucapnya.

Oleh karena itu, AstraZeneca bermitra dengan Good Doctor dalam pengelolaan penyakit ginjal kronis dengan memanfaatkan aplikasi kesehatan digital.

Kolaborasi antara Good Doctor dan AstraZeneca ini diharapkan dapat mempermudah serta mendorong lebih banyak masyarakat Indonesia untuk melakukan skrining penyakit ginjal kronis. 

"Sehingga deteksi dini dapat dilakukan, yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan efektivitas pengobatan," terangnya.

VP of Medical Operations PT Good Doctor Technology, dr. Ega Bonar Bastari menambahkan, sebagai penyedia layanan kesehatan terpadu berbasis teknologi, pihaknya menyambut baik kepercayaan yang diberikan AstraZeneca untuk melakukan transformasi layanan digital dalam penyakit ginjal kronis. 

Good  Doctor menyediakan tautan “Yuk, Cek Risiko Penyakit Ginjal Anda” di mana pada tautan itu terdapat sejumlah pertanyaan yang wajib diisi pasien. Dari jawaban-jawaban pasien, dokter dapat mengetahui risiko mereka karena sekumpulan pertanyaan yang baik bisa memberikan diagnosis yang akurat. 

"Langkah ini sebagai deteksi dini yang sangat perlu dilakukan mengingat penyakit ginjal kronis merupakan silent disease. Setelah itu, dokter akan merekomendasikan tata laksana yang sesuai dengan kondisi pasien baik dari sisi medis maupun gaya hidup," katanya.

Kolaborasi ini sekaligus membuktikan manfaat layanan telemedisin untuk penyakit kronis yang membutuhkan perawatan yang berkesinambungan. Studi mengenai manfaat layanan telemedisin untuk penyakit kronis telah dilakukan Good Doctor dengan merintis sebuah studi percontohan untuk mendorong penggunaan telemedisin dalam pengobatan diabetes. (esy/jpnn)


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler