jpnn.com - JAKARTA – Pemerintah Indonesia diramalkan tidak akan bebas menerbitkan surat utang berdenominasi USD (global bond) pada 2017 mendatang.
Pasalnya, Amerika Serikat diprediksi melakukan ekspansi utang guna membiayai proyek infrastruktur.
BACA JUGA: Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini Sesuai Ekspektasi
”AS pasti akan cenderung memperbesar utang. Maka, kita akan berhadapan dengan AS untuk penjualan surat utang di pasar global. Artinya, kita dapat pesaing yang cukup berat dalam pasar SBN (surat berharga negara),” ujar Ekonom Indef Eko Listiyanto, Senin kemarin (26/12).
Obligasi AS diperkirakan lebih menarik jika dibandingkan dengan surat utang negara-negara berkembang seperti Indonesia.
BACA JUGA: Saatnya Industri Pertahanan Indonesia Berkiblat ke India
Sebab, risikonya lebih kecil. Hal itu otomatis memaksa negara-negara berkembang memberikan yield yang lebih besar.
”Dengan begitu, kita tidak bisa mendapatkan utang yang lebih murah tahun depan,” ungkapnya.
Rencana bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga The Federal Reserve Rate pada tahun depan harus mendapat perhatian.
Sebab, spekulasi kenaikan suku bunga berpotensi berdampak pada gejolak nilai tukar rupiah.
”Tantangan kita, karena kurs berfluktuasi, BI akan prefer menahan atau menaikkan BI rate daripada menurunkannya,” imbuhnya.
Hingga akhir November, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 3.485,36 triliun.
Perinciannya, Rp 2.740,98 triliun berasal dari penerbitan SBN.
Pada 1 Desember lalu, pemerintah merilis global bond senilai USD 3,5 miliar.
Total nilai utang pemerintah tersebut telah mencapai 27 persen terhadap produk domestik bruto.
Pada tahun depan, pemerintah menargetkan penerbitan SBN gross senilai Rp 596,8 triliun.
Nominal tersebut lebih rendah 2,4 persen dibanding target tahun ini sebesar Rp 611,4 triliun. (ken/c21/noe)
Redaktur & Reporter : Ragil