Hadapi Era 4.0, Penyuluh Pertanian Wajib Lakukan Transformasi

Rabu, 26 Januari 2022 – 22:35 WIB
Ngobras edisi khusus Penyuluhan, dengan tema Transformasi Sistem Penyuluhan Pertanian Era TIK, Rabu (26/1). Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Menghadapi era industri 4.0 seluruh insan pertanian tak terkecuali penyuluh harus dapat ikut mempermudah dan mensinergikan interaksi hulu dan hilir dalam sistem agrobisnis atau agroindustri.

Hal ini sejalan dengan upaya pembenahan sektor pertanian yang harus dilakukan pemerintah dan stakeholder terkait.

BACA JUGA: Riko Silalahi Akan Dijebloskan ke Nusakambangan

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengutarakan bahwa pertanian harus terus bersinergi dengan kemajuan teknologi.

"Di era 4.0, semua sektor telah menerapkan teknologi, termasuk juga pertanian. Kita tidak mungkin menghindar, justru harus beradaptasi. Utamanya, informasi dengan memanfaatkan komunikasi digital yaitu dengan mengemas pesan materi penyuluhan. Karena itu, penyuluh harus menguasai akses komunikasi digital dan mengembangkannya kepada petani secara verbal serta visual," pesan mentan.

BACA JUGA: Mata 58 Napi Ditutup Lakban, Dikawal Brimob Bersenjata, Lalu Dijebloskan ke Nusakambangan

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengungkapkan sepuluh tahun lalu tidak bisa membayangkan seminar, rapat, pelatihan, dan penyuluhan, dapat dilakukan secara virtual dan bisa diakses dari mana saja asalkan ada internet.

"Dalam sepuluh tahun terakhir, perkembangan Iptek sangat luar biasa. Terutama dalam hal TIK, perkembangannya begitu pesat. Kemampuan Iptek untuk mendukung menggenjot produktivitas pertanian juga luar biasa, ada bioscience bioteknologi, varietas tinggi, dan lainnya," ungkap Dedi saat mengisi program Ngobras edisi khusus Penyuluhan, dengan tema Transformasi Sistem Penyuluhan Pertanian Era TIK (26/01).

BACA JUGA: Pertanian Berperan Penting dalam Proses Pemulihan Ekonomi Nasional Pascapandemi

Dia menyampaikan kalau dulu penyuluh hanya bicara masalah on farm atau budi daya, Tetapi kini penyuluhan juga harus ada di off farm, di hulu dan upstream. Ada juga down stream, atau menjadikan produk-produk turunan, termasuk juga packaging atau kemasan dan lainnya.

"Yang tidak kalah penting ialah membangun subsistem institusi pendukung untuk mendukung subsistem yang lainnya. Sehingga, dapat tercipta sebuah agribisnis yang bernilai tinggi," katanya.

Untuk beradaptasi dengan kemajuan iptek dalam mendukung pertanian, Dedi meminta penyuluh menguasai smart farming.

"Pertanian sekarang harus memanfaatkan teknologi, termasuk internet of thing. Saya yakin paradigma penyuluhan harus berubah, kita harus lakukan transformasi. Namun, penyuluh tetap harus menguasai prinsip-pronsip dasar peyuluhan," katanya

Dalam kesempatan ini hadir pula penulis buku Transformasi Sistem Penyuluhan Pertanian Era TIK yang juga Dosen Polbangtan Bogor Momon Rusmono.

Memiliki pengalaman serta kedekatan dengan dunia penyuluhan, Momon Rusmono menyampaikan lima poin utama terkait penyuluh pertanian.

"Pertama, penyuluhan merupakan hal yang sangat penting dalam mensejahterakan petani, akses modal dan koperasi belum optimal bisa diselesaikan oleh para penyuluh. Kedua, penyuluhan bisa menyasar segala macam aspek," katanya.

Poin selanjutnya adalah UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, di dalam UU tersebut tidak menyebutkan penyuluhan perkembangan IPTEK, penyuluh harus adaptif, dan kemajuan IPTEK luar biasa, penyuluh harus dekat dengan IPTEK.

"Itu semua yang memotivasi saya untuk menulis transformasi, bagaimana upaya-upaya perubahan mendudukan, memerankan dan memfungsikan kembali peran penyuluhan sehingga terwujud satu kesatuan arah dan kebijakan," kata Momon Rusmono. (rhs/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler