jpnn.com, JAKARTA - Rusman Ghazali dari FISIP Universitas Nasional (Unas) Jakarta mengatakan, pemerintah harus mendorong kerja sama invetasi dan perdagangan untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Caranya adalah dengan pola partnership yang membuka peluang munculnya kemitraan baru.
BACA JUGA: Emban Tugas Khusus dari Presiden Jokowi, Wamen John Wempi Butuh Staf Mumpuni
“Selama ini perekonomian Indonesia banyak ditopang oleh konsumsi masyarakat,” kata Rusman dalam diskusi bertajuk Menakar Pemerintahan Jokowi- Ma’ruf Amin: Demokrasi dan Pembangunan Ekonomi yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Sosial Politik, Program Studi Ilmu Politik, FISIP Unas) Jakarta, Jumat (1/11).
Namun, Doktor Administrasi Publik Universitas Kebangsaan Malaysia itu memperkirakan ke depan pemerintah dihadapkan masalah akan semakin sulit mencari pinjaman investasi berosiko rendah.
Hal itu merupakan dampak perang dagang dunia yang berkelanjutan, khususnya Amerika Serikat dan Tiongkok.
Karena itulah, lanjut Rusman, pemerintah dituntut terus membuka peluang dan mencari alternatif sumber pertumbuhan ekonomi baru. Sektor perdagangan dengan negara baru harus terus dikembangkan untuk memperkuat ekspor Indonesia.
“Pilihan alternatif yang memungkinkan adalah menggencarkan kerja sama investasi dan perdagangan melalui pola partnership yang memungkinkan terjadinya kemitraan,” ujarnya.
Sementara itu, Syahganda Nainggolan dari Sabang Merauke Circle dan
Mengatakan, masuknya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Gerindra Edhy Prabowo ke dalam kabinet pemerintahan Presiden Jokowi – KH. Ma’ruf Amin telah mengubah dinamika politik bangsa kekinian.
“Pemerintah saat ini menjadi sangat kuat dan hanya meninggalkan ruang sempit untuk berbeda pendapat di parlemen,” kata Rusman.
Dengan kondisi seperti itu, menurut Syahganda, pemerintah mestinya sangat leluasa menjalankan program-programnya.
Salah satunya adalah program ekonomi untuk meningkatkan kemampuan ekonomi warganya.
“Pemerintah perlu mendorong pertumbuhan ekonomi, paling tidak mempertahankan ditengah gejolak ekonomi global,” ujarnya.
Namun, dia mengaku tantangan yang muncul justru tidak berada dalam lingkungan domestik.
“Pemerintahan Jokowi-KH Ma’ruf Amin justru menghadapi tantangan dari luar, yaitu ketidakpastian ekonomi global,” kata dia.
Berhasil tidaknya pemerintah menghadapi tantangan ekonomi global itu, menurut Rusman, tergantung pada kelincahan dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang friendly market.
Selain itu, pemerintah juga harus mengembangkan mitra kerja sama yang lebih produktif.
“Pemerintah Jokowi-KH Ma’ruf Amin memiliki peluang itu karena bisa dikatakan hampir-hampir tidak ada oposisi di dalam negeri,” pungkas Rusman. (jos/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ragil