Hadiri Pameran Kemerdekaan RI, Hasto Beli 1 Lukisan Bu Fat yang Dipajang di Sekolah Partai

Selasa, 23 Agustus 2022 – 19:17 WIB
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menghadiri pameran lukisan bertema "Freedom Of Harmony" yang digelar dalam rangka memperingati HUT ke-77 RI di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (23/8). Foto: DPP PDIP

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menghadiri pameran lukisan bertema "Freedom Of Harmony" yang digelar dalam rangka memperingati HUT ke-77 RI di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (23/8).

Pada kesempatan itu, Hasto turut membeli satu lukisan yang akan dipajang di Sekolah Partai PDIP di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

BACA JUGA: Hasto Bilang Bharada E Penembak Brigadir J Berhak Mendapatkan Penghargaan

Hasto membeli sebuah lukisan berjudul Bu Fat karya Harun Al Rasyid yang menggambarkan bagaimana Ibu Fatmawati menjahit bendera Sang Saka Merah Putih.

"Kami menghormati kebebasan berekspresi, menghormati karya seni,” tutut Hasto.

Pameran lukisan ini menampilkan karya 40 pelukis yang tergabung dalam Komunitas K3.

Tampak hadir sejumlah kepala daerah seperti Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bekasi Tri Adhianto, Bupati Majalengka Karna Sobahi, dan Wakil Wali Kota Tegal M. Jumadi.

Pameran lukisan pertama telah diselenggarakan pada 1-10 Agustus 2022 di lokasi yang sama.

Saat menyampaikan pidatonya, Hasto mengatakan lukisan yang ditampilkan di pameran itu menunjukkan semangat nasionalisme dan patriotisme. Ada lukisan tentang Bung Karno, Bu Fatmawati menjahit bendera Merah Putih, dan tentang alam raya Indonesia yang indah.

Hasto lalu menggambarkan bagaimana kemerdekaan Indonesia yang baru dirayakan 17 Agustus lalu, bukanlah sebuah capaian mudah. Hasto menceritakan penuturan dr. Soeharto, dokter pribadi Bung Karno, yang saat ini sedang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional.

“Menurut buku testimoni Dr. Soeharto, saat Soekarno-Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan, ada beberapa pemuda yang semula memaksa kemerdekaan justru tak hadir. Karena memang situasi keamanan pada saat itu sangat genting. Di mana tentara sekutu yang diboncengi NICA berusaha kembali lagi," kata dia.

Suasana kebatinan saat teks Proklamasi dibacakan, lanjut Hasto, sangat mencekam.

Ancaman todongan senjata tentara Jepang dan sekutu ada di depan mata.

"Suasana memang penuh tekanan, suasana kevakuman kekuasaan dan tentara sekutu sudah berdatangan di Jakarta dan itulah yang memberikan ancaman keamanan termasuk ke Bung Karno-Hatta, sehingga membaca proklamasi itu perlu keberanian karena senjata siap ditembakkan,” beber Hasto.

Dan terbukti, seusai pembacaan Proklamasi, beberapa waktu kemudian, dalam upaya konsolidasi negara yang baru saja merdeka, Bung Karno diadang tentara sekutu yang diboncengi NICA di sekitar Kwitang, Jakarta Pusat.

Mereka ingin mengadili dan langsung mengeksekusi Bung Karno di tengah jalan. Mengetahui itu, dr. Soeharto langsung mengontak tentara sekutu yang berasal dari India dan bersimpati pada kemerdekaan Indonesia agar datang.

Mereka cepat bergerak, lalu bernegosiasi dengan tentara sekutu yang berniat melakukan eksekusi.

“Kemudian terjadi perdebatan keras, akhirnya Bung Karno diizinkan meninggalkan mobil itu. Begitu Bung Karno ke luar dari mobil, mobilnya ditembak habis, sehingga ringsek mobil itu,” urai Hasto.

Peristiwa itulah yang kemudian memicu dipindahkannya ibu kota negara dari Jakarta yang dianggap tak aman, ke Yogyakarta. Tak lama kemudian Bung Karno, Ibu Fatmawati, dan Guntur Soekarnoputra ke Yogyakarta.

“Sedikit cerita ini menggambarkan kemerdekaan Indonesia dicapai dengan tidak mudah, dengan pertarungan nyawa,” kata Hasto.

Oleh karena itu, Hasto mengharapkan rakyat Indonesia percaya pada kekuatan sendiri dalam mengisi kemerdekaan ini.

Hasto tidak ingin rakyat Indonesia menggantungkan diri kepada asing.

"Ketika kita mampu memproduksi sendiri, janganlah kita malah tergantung pada produk asing. Lalu untuk apa kita merdeka? Makanya Bung Karno mendorong semangat berdikari,” tegas Hasto. (tan/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler