jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo optimistis perekonomian nasional akan meningkat setelah Pemilu 2024.
Hal ini seiring kepercayaan investor yang berbanding lurus keamanan dan kondusifitas nasional pascapesta demokrasi lima tahunan tersebut.
BACA JUGA: Pakar Ingatkan Kondisi Ekonomi Sulit Menanti Pemerintah Terpilih
Terlebih angka ekonomi makro Indonesia masih menunjukkan hasil yang baik.
Ekonomi Indonesia masih bisa mencapai 5,05 persen pada 2023, dengan tingkat inflasi sebesar 2,61 secara year on year (YoY).
BACA JUGA: IAEI UK Ajak Semua Pihak Siapkan Strategi Menghadapi Gejolak Ekonomi Global
"Para elite politik dan pendukungnya jangan sampai melakukan tindakan yang membuat situasi menjadi tidak stabil sehingga dapat menyebabkan ketidakpercayaan para investor apalagi sampai membuat investor lari," kata Bamsoet yang akrab disapa seusai menghadiri Pertemuan Tahunan Industri Jasa keuangan 2024 di Jakarta, Senin (20/2).
Dia pun mengingatkan stabilitas politik merupakan modal utama bagi pembangunan ekonomi nasional sekaligus modal utama stabilnya industri jasa keuangan.
BACA JUGA: Perputaran Ekonomi Selama Pemilu 2024 Ditaksir Lebih dari Rp 1 Triliun
Ketua ke-20 DPR RI menilai pemerintahan pengganti Presiden Joko Widodo telah memiliki pondasi kuat dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional.
Antara lain dengan positifnya kinerja industri jasa keuangan yang membaik.
Salah satunya ditunjukan dengan kredit perbankan yang bisa tumbuh double digit dan ekonomi Indonesia juga tumbuh masih sangat baik yaitu 5,05 persen.
Selain itu cadangan devisa mencapai USD 145 juta, serta neraca dagang surplus Rp 570 triliun.
"Dengan modal ini, Indonesia di bawah kepemimpinan Pak Prabowo yang telah memenangkan Pemilu presiden berdasarkan quick count berbagai lembaga survei, nantinya bisa langsung tancap gas," ujar Bamsoet yang juga menjabat sebagai Waketum Partai Golkar itu.
Bamsoet menyampaikan pemerintahan yang akan datang masih memiliki pekerjaan besar, yakni mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi megara maju.
Untuk dapat dikategorikan sebagai negara maju, pendapatan perkapita yang harus dicapai oleh suatu negara adalah minimal sebesar 11.906 dolar AS per tahun.
Tingginya pendapatan per kapita ini juga dibarengi dengan angka kemiskinan yang relatif rendah.
Bamsoet mencontohkan setiap warga di negara maju yang berusia produktif memperoleh jaminan mendapatkan pekerjaan.
Beberapa contoh negara maju dengan tingkat pengangguran terendah di antaranya Singapura dan Swiss dengan tingkat pengangguran dua persen, serta Jepang dan Korea Selatan dengan tingkat pengangguran 2,5 persen.
"Sementara di Indonesia, tingkat pengangguran terbuka (TPT) saat ini mencapai 5,32 persen per Agustus 2023. Butuh kerja keras untuk menurunkannya seperti di berbagai megara maju," pungkas Bamsoet. (mrk/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi