Haedar Nashir Sampaikan Ini di Depan Pemuka Agama se-Dunia

Jumat, 12 Oktober 2018 – 15:21 WIB
VI Congress of the Leaders of World & Traditional Religions di Kazakhsztan pada 10 hingga 11 Oktober 2018. Foto: Istimewa for JPNN.com

jpnn.com, KAZAKHSTAN - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menghadiri VI Congress of the Leaders of World & Traditional Religions di Kazakhsztan pada 10 hingga 11 Oktober 2018.

Hadir juga Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dan Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Siti Noordjannah.

BACA JUGA: Ketum Muhammadiyah Minta PSSI dan Kemenpora Bekukan Liga

Kegiatan ini dihadiri 82 negara perwakilan, yang terdiri dari pemimpin organisasi agama Islam, Kristen, Hindu, serta perwakilan organisasi internasional, seperti Aliansi Peradaban PBB, OSCE , UNESCO.

Pertemuan ini membahas peran para pemimpin agama dalam menjaga dunia yang aman. Serta melibatkan pemangku agama dalam membangun kepercayaan dan saling menghormati, memerangi ekstremisme agama dan menciptakan dunia yang aman.

BACA JUGA: Soal Vonis Meiliana, Ini Kata Ketum PP Muhammadiyah

Dalam kongres yang dihadiri presiden Kazakhsztan dan presiden Serbia Aleksandar Vu?i?, Haedar menyampaikan materi terkait Religion and Globalization:Challenges and Responses.

Menurut Haedar, pada dasarnya agama tidak selalu menentang globalisasi. Islam khususnya, sejak awal berkembangnya telah mensyiarkan dari dunia tanpa batas.

BACA JUGA: Pujian Jokowi untuk Saran dan Masukan dari Muhammadiyah

“Islam secara konsisten menyerukan pesan universal yang tidak terbatas suku tertentu dan etnis, geografi dan daerah. Islam telah menyerukan persaudaraan universal dan kerja sama antara orang-orang dari elemen penting dunia,” tutur Haedar.

Selain memberikan dampak positif, Haedar juga mengatakan globalisasi bisa memberikan dampak yang negatif. Dalam hal ini peran agama Islam sangat dibutuhkan dalam memerangi dampak negatif globalisasi, seperti yang tertuang dalam surah al-Maidah ayat 2 dan surah al-A’raf ayat 56.

“Islam harus memposisikan diri dalam proses yang tak terelakkan globalisasi. Agama harus tetap sebagai sumber dorongan untuk globalisasi yang akan membawa kebaikan bersama, tapi pada saat sama, harus berfungsi sebagai pengingat dan alarm bagi umat manusia untuk tidak terlibat dalam perbuatan yang merusak,” jelas Haedar.

Haedar mengatakan, pengaruh globalisasi tidak hanya berada di tangan para ulama atau pemimpin agama dalam arti konvensional, tetapi juga menjadi kewajiban atas semua umat manusia untuk selalu waspada bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena, yang terkadang memiliki sisi yang baik maupun buruk, dan karena itu agama tidak bisa berperan sendiri.

Disampaikan Haedar, Muhammadiyah yang merupakan organisasi Islam modern terbesar di Indonesia secara konsisten menyerukan masyarakat dunia untuk pengembangan spiritual yang berpengaruh terhadap globalisasi.

Dikatakan, Muhammadiyah sejauh ini telah banyak terlibat aktif dalam isu perdamaian, diantaranya Muhammadiyah berperan dalam dialog konflik yang terjadi di Philipina Selatan, mengirim tim emergency ke bencana Nepal, dan juga terlibat aktif dalam membantu menangani pengungsi Rohingnya di Myanmar dan Bangladesh.

“Muhammadiyah mendesak anggotanya pada khususnya, dan muslim di seluruh dunia pada umumnya, untuk selalu melakukan ijtihad menghadirkan Islam yang berkemajuan, dan sesuai dengan kebutuhan modernitas saat ini, serta mencegah bencana efek samping dari globalisasi yang terjadi,” pungkas Haedar. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekjen PDIP Puji Gagasan Muhammadiyah untuk Nawacita II


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler