Hah, Pesona Brigitta di Paripurna

Rabu, 02 Oktober 2019 – 22:44 WIB
Wakil Ketua MPR Sementara dari unsur DPR termuda, Hillary Brigitta Lasut. Foto M Fathra Nazrul Islam/JPNN

jpnn.com - Nama Hillary Brigitta Lasut selama dua hari ini mencuri perhatian publik. Setelah jadi sorotan pada Sidang Paripurna DPR pada Selasa (1/10), legislator Partai NasDem itu kembali membetot perhatian publik dalam Sidang Paripurna MPR, Rabu (2/10).

M Kusdharmadi, Jakarta

BACA JUGA: Baru Hari Pertama jadi Anggota DPR, Hillary Brigitta Lasut Sudah Berani

Brigitta merupakan anggota termuda di DPR periode 2019-2024. Sebagai legislator di DPR, secara otomatis wakil rakyat asal Sulawesi Utara itu juga menjadi anggota MPR.

Konvensi di DPR ataupun DPR sebelum ada pimpinan definitif maka anggota tertua dan termuda memimpin persidangan. Sebelumnya Brigitta berduet dengan Abdul Wahab Dalimunthe untuk memimpin Sidang Paripurna DPR.

BACA JUGA: Pose Hillary Brigitta Lasut, Anggota Termuda DPR 2019-2024

Duet itu berlanjut. Dalimunthe dan Brigitta memimpin Sidang Paripurna II MPR.

Sebelumnya, Brigitta sendirian memimpin Sidang Paripurna MPR sesi pertama. Sebab, anggota DPD Sabam Sirait yang sedianya memimpin Sidang Paripurna MPR berhalangan hadir karena sakit.

Meski sempat sendirian memimpin Sidang Paripurna MPR, Brigitta tampak memahami tata tertib dan aturan persidangan. Sesekali dara kelahiran 22 Mei 1996 di Manado, Sulut itu menenangkan suasana paripurna yang riuh, sekaligus menyodorkan solusi agar persidangan tak buntu.

Awalnya Brigitta memimpin Sidang Paripurna II MPR pukul 10.30 WIB. Satu per satu anggota MPR yang terdiri dari DPR dan DPD memasuki Ruang KK, Gedung Kura-Kura, Nusantara I, Kompleks Parlemen, Jakarta.

Namun, tidak semua anggota hadir. Meski demikian lagu Indonesia Raya sebagai pembuka sidang tetap dikumandangkan.

Brigitta duduk sendirian di kursi pimpinan sidang. “Asalamu alaikum wa rahmatullahhi wa barakatuh. Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua. Om swastiastu, salam kebajikan,” ucap Brigitta.
 
Selanjutnya, anak buah Surya Paloh di Partai NasDem itu memulai persidangan dengan dengan membacakan daftar hadir anggota. Pandangan putri Bupati Kepulauan Talaud Elly Engelbert Lasut itu terlihat fokus pada sebuah kertas.

“Saudara-saudara anggota majelis dan hadirin yang terhormat. Sesuai catatan daftar hadir yang disampaikan Sekretariat Jenderal MPR, sampai saat ini  telah hadir 376 anggota dari 711 anggota MPR yang telah menandatangani daftar hadir,” sebutnya.
 
Brigitta yang dalam kesempatan itu mengenakan baju batik biru dongker menyatakan, berdasar Pasal 66 Ayat 5 Peraturan MPR Nomor 1 Tahun 2019 tentang Tata Tertib MPR, sidang itu memenuhi syarat untuk dibuka karena telah mencapai kuorum.

“Oleh karena itu dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Sidang Paripurna MPR dengan agenda pengesahan jadwal acara sidang pembentukan fraksi-fraksi dan kelompok DPD kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum,” ucap Brigitta sembari mengetuk palu sidang.

Syahdan, Brigitta pun meneruskan sambutannya. Namun, tiba-tiba ada interupsi dari anggota MPR Ario Bimo.

Anggota Fraksi PDI Perjuangan itu meminta penjelasan karena tidak melihat adanya pimpinan tertua duduk di samping Brigitta. Merujuk Undang-Undang MD3, sebelum ada ketua dan wakil ketua definitif di MPR maka pimpinan sidangnya diambil dari anggota termuda dan tertua.

Sementara pada persidangan itu cuma ada Brigitta dari anggota termuda. “Yang satunya di mana, pimpinan?” kata anak buah Megawati Soekarnoputri di PDI Perjuangan itu.
 
Interupsi dadakan tam membuat Brigitta tidak panik. Dengan tenang, dia menjawab interupsi yang disampaikan mantan anggota Tim Kampanye Nasional  Joko Widodo – KH Ma’ruf Amin di Pilpres 2019 itu.

Brigitta menjelaskan, berdasarkan UU MD3 memang paripurna MPR dipimpin oleh pimpinan sementara yang terdiri anggota tertua dan termuda. Kebetulan anggota MPR yang tertua dan termuda ada dari unsur DPD.

Namun, kata Brigitta, ada aturan yang mengharuskan dua pimpinan sementara dari fraksi berbeda. “Sehingga diambil tertua Pak Sirait dari DPD yang kebetulan hari ini berhalangan karena masalah kesehatan. Jadi, karena mungkin tidak enak badan hari ini dan sudah izin sekjen juga, saya rasa tidak masalah,” kata Brigitta.
 
Dia menjelaskan, sebelum paripurna itu pimpinaan sementara MPR telah melakukan rapat konsultasi. Namun, interupsi kembali datang.

Brigitta tetap melanjutkan pembicaraannya sampai selesai. “Sebentar, pak. Saya lanjutkan. Sebentar ya, pak. Setelah ini diberikan waktu,” ucapnya.
 
Brigitta menjelaskan dalam rapat konsultasi itu disepakati sejumlah jadwal acara yang akan dimintai persetujuan dalam Sidang Paripurna MPR hari ini. Susunan rencana jadwal juga sudah disampaikan oleh Setjen MPR ke seluruh anggota sebelum sidang paripurna.

Brigitta menyampaikan susunan acara itu adalah pengesahan jadwal sidang, pembentukan fraksi dan kelompok DPD untuk hari ini. Selanjutnya Brigitta membacakan agenda untuk persidangan Kamis (3/10), yakni rapat gabungan pimpinan sementara dengan pemimpin fraksi dan kelompok DPD untuk membahas pimpinan MPR, batas waktu dan mekanisme pengusulan nama bakal calon pimpinan dari masing-masing fraksi dan kelompok DPD, serta musyawarah menetapkan ketua dan wakil ketua.

“Sidang majelis yang kami hormati apakah terhadap rancanagan acara tersebut dapat disetujui?” ucap Brigitta.
 
Hanya saja interupsi kembali muncul. Kali ini interupsi datang dari anggota Fraksi Partai Golkar MPR RI Adies Kadir.

“Pimpinan tadi menyampaikan karena situasional salah satu pimpinan yang sudah ditunjuk tidak hadir, kami mohon ditunjukkan aturannya secara konstitusi. Di mana aturan apabila situasional yang bersangkutan tidak hadir bisa dilanjutkan dengan satu pimpinan,”  katanya.
 
Menurut Adies, sebaiknya ada pimpinan lain untuk mendampingi Brigitta. “Konstitusi  mengatur bahwa  harus dua pimpinan, tertua dan termuda. Mesti ditunjuk lagi salah satu yang tertua, apabila pimpinan  berhalangan. Kami mohon ditunjukkan aturannya di mana secara konstitusi”.
 
Brigitta kemudian memberikan jawaban lugas. Dia merujuk Tatib MPR dan hasil konsultasinya dengan pihak sekretariat jenderal.

“Jadi, pada dasarnya tidak ada yang mempermasalahkan, kalau salah satunya tentatif,”  tegas Brigitta.

Adies menginterupsi lagi. Menurut dia, penjelasan Brigitta itu hanya ketika kondisi sudah berjalan normal.

Sementara persidangan itu masih awal dan belum ada pimpinan definitif. “Jadi, kami mohon ditunjukkan Tatib MPR di mana, pasal berapa,” ujarnya.

Brigitta menjelaskan, satu-satunya ketentuan yang mengatur hal itu ini adalah Pasal 20 Ayat 3 Tatib MPR. Isinya adalah jika pimpinan tidak bersedia atau sakit atau berhalangan, diganti yang lain tetapi dari yang sudah disahkan.
?“Sehingga pilihannya adalah Pak Wahab (Dalimunthe, red), Pak Sirait, Saya dan Jialyka (Maharani),” paparnya.

Jawaban Brigitta dijawab lagi Adies Kadir. “Pimpinan, kami sarankan sebaiknya sesuai konstitusi, diganti saja. Karena bila ini dilanjutkan, besok-besok atau di belakang hari ada keberatan, ada gugatan, kita bisa disalahkan satu ruangan ini,” ucap Adies.

“Baik, kalau memang usulan begitu, nanti kami berikan masing-masing perwakilan fraksi atau partai, atau kelompok DPD memberikan pendapat. Nanti dibahas satu per satu,” jawab Brigitta.
 
Hanya dalam hitungan detik, interupsi datang lagi. Kali ini dari anggota MPR Fraksi PAN Yandri Susanto.

Yandri menyebut hal itu merupakan persoalan serius yang membutuhkan kemufakatan di antara anggota MPR agar tidak terjadi hal yang tak diiginkan. Yandri mengusulkan pimpinan menskors sidang.

“Kalau memang harus diganti, sepakat diganti. Kalau mau diteruskan, cari celah hukumnya. Jadi, Fraksi PAN mengusulkan sidang diskors dengan forum lobi-lobi,” katanya.
 
Brigitta yang melenggang ke Senayan setelah meraup 70.345 suara pada Pileh 2019 itu memberikan jawaban. Meski ada teriakan untuk menginterupsi dari anggota lain, Brigitta tetap melanjutkan penjelasannya.

“Sebentar, satu per satu. Sebentar pak. Apakah kalau memang nanti disetujui, kan diberikan satu per satu dari wakil masing-masing partai dan wakil kelompok DPD, untuk memberikan usulan. Jadi nanti akan diberikan waktu satu per satu berdasar (urutan) partai pemenang (pemilu) dan daftar yang sudah diberikan,” papar Brigitta.
 
Dia kemudian memberikan kesempatan kepada anggota MPR Fraksi PAN Syarifuddin Suding untuk menympaikan interupsi. Sudding menjelaskan, sidang paripurna itu menyangkut masalah legitimasi.

“Jadi, sebaiknya sidang diskors dalam rangka mencari pimpinan baru (untuk memimpin sidang),” katanya.
 
Brigitta pun menimpali. “Jadi, memang saya ingin melakukan itu (skors),” katanya.
 
Brigitta ingin persetujuan wakil masing-masing partai dan kelompok DPD untuk kemudian memberikan masukan dan usulan dalam forum lobi-lobi. Namun, dia terlebih dahulu mendaftar semua perwakilan partai dan DPD yang akan memberikan usulan serta masukan dan menskors sidang selama 15 menit.

“Jadi, untuk menentukan itu, saya akan berikan 15 menit dari masing-masing berdiskusi supaya bisa memberikan usul. Jadi dengan ini kami memutuskan skors 15 menit,” kata Brigitta sembari mengetuk palu.
 
Setelah skors sidang selesai, Brigitta kembali duduk di kursi pimpinan. Dia masih sendiri. Belum ada pimpinan lainnya.

Brigitta pun mencabut skors dan melanjutkan persidangan. “Dalam kesempatan ini saya persilakan dari Sekjen (MPR Ma’ruf Cahyono) untuk mengumumkan hasil rapat gabungan,” kata Brigitta.
 
Ma’ruf lantas naik ke podium untuk menyampaikan hasil rapat konsultasi pimpinan sementara MPR dengan perwakilan partai politik dan perwakilan dari DPD terkait soal pemimpin sidang paripurna. “Berdasar permusyawaratan tadi bahwa pimpinan sementara yang tertua dan termuda saat sidang paripurna lalu telah ditetapkan, urutan tertua kedua adalah Abdul Wahab Dalimunthe dari Fraksi Partai Demokrat. Itulah yang nanti mendampingi pimpinan sementara termuda (Brigitta) memimpin sidang hari ini,” kata Ma’ruf.
 
Selanjutnya, Brigitta menanyakan kepada forum apakah hasil rapat itu dapat disetujui. “Apakah agenda ini bis disetujui?” kata Brigitta.

“Setuju,” jawab anggota. Brigitta pun tampak tersenyum lebar, bertepuk tangan sembari menghela napas panjang. “Hah,” katanya lega.

Tidak lama kemudian Abdul Wahab Dalimunthe datang. Anggota pun bertepuk tangan. Brigitta tersenyum dan kembali menghela napas. “Hah,” ucap Brigitta, sembari tersenyum lebar.

Sebelum melanjutkan sidang, Wahab menyampaikan sambutan singkat. “Mohon maaf, jangan dianggap saya ada ambisi memimpin sidang sementara ini. Pendeknya saya prinsip mau di sini 'apa yang kau cari Palupi, biar gersang tapi damai. Itulah yang saya cari. Saya akan bekerja sama dengan cucu saya ini (Brigitta), untuk memimpin sidang ini. Jangan ada pandangan lain-lain,” kata Wahab memantik tawa seisi ruang paripurna.(***)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler