jpnn.com - JOGJA - Lepas dari mitos dan kepercayaan seputar fenomena alam Gunung Merapi, juru kunci gunung teraktif di dunia yang juga putera almarhum Mbah Marijan, Ki Lurah Surakso Sihono, mengingatkan adanya etika yang harus dipahami dan dijalani setiap pendaki gunung.
Menurut pria yang akrab di sapa Asih itu, tutur kata yang baik, tingkah laku sopan, dan menghindari perbuatan negatif, merupakan hal penting. Itu syarat pokok untuk kulonuwun atau izin permisi masuk di tempat asing.
BACA JUGA: Adakah Hal Mistis di Balik Tragedi Kawah Merapi? Berikut Kata Putra Mbah Marijan
Bahkan waktu mulai mendaki pun ada saatnya. Tidak asal mendaki sesuka hati. Saat Mbah Marijan masih menjadi juru kunci, setiap pendaki selalu diingatkan tentang kapan waktu terbaik memulai pendakian.
Istilahnya, ada petung-nya, ada hitung-hitungan tanggal dan jamnya. Tak jarang, pendaki harus menunggu berjam-jam untuk memperoleh lampu hijau. “Istilahnya empan papan,” jelas Asih, kemarin.
BACA JUGA: Ternyata, seperti Inilah Kondisi Luka Erri Yunanto
Penuturan Mbah Marijan bukan tanpa alasan. Itu dimaknai agar para pendaki memiliki kesiapan lahir dan batin sebelum memulai aksi. Dan, tak memaksakan diri untuk menuju puncak. “Kalau capek, ya, harus istirahat. Jangan ngoyo,” ingatnya.
Filosofi itu, lanjut Asih, seperti pesan para orang tua kepada anaknya agar tidak keluar malam atau waktu Magrib, agar tak terkena sawan.
BACA JUGA: Beginilah Suasana Haru saat Jenazah Erri Yunanto akan Dimakamkan
Itu diartikan, anak-anak diimbau tetap berada di rumah dan mengisi waktu untuk belajar atau berdoa. (yog/laz/ty/Jawa Pos Group)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Segera Sosialisasikan Bedanya Beras Plastik dengan yang Asli
Redaktur : Tim Redaksi