jpnn.com, SUKOHARJO - Hama tikus mengancam produksi tanaman padi di Desa Tegalsari, Sidoharjo, Sukoharjo.
Pertanaman padi di Kabupaten Sukoharjo, tepatnya di Desa Tegalsari Kecamatan Sidoharjo.
BACA JUGA: Gubernur Jatim Mendukung Kementan Percepat Produksi Vaksin PMK
Karena itu, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama petugas organisme pengganggu tanaman (POPT) melakukan gerakan pengendalian (gerdal) OPT dengan melibatkan jajaran TNI, Polri, penyuluh, dan warga sekitar.
Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Takdir Mulyadi mengatakan, tikus merusak seluruh fase pertumbuhan tanaman padi hingga penyimpanan.
BACA JUGA: Jelang Lebaran Iduladha, Kementan Lakukan Pengawasan Terhadap Hewan Ternak
Kerusakan terparah terjadi pada fase generatif karena padi tidak mampu lagi membentuk anakan baru.
“Kami terus menanggulangi permasalahan tikus dengan mencari inventor yang ramah lingkungan,” ujar Takdir.
BACA JUGA: Kementan Luruskan Informasi 5,4 Juta Sapi Terjangkiti PMK
Hal itu dikatakannya dalam Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani dengan menyiarkan secara langsung gerdal tikus di Desa Tegalsari, Sidoharjo, Kamis (26/5).
Menurut Takdir, solusi terbaik yang bisa dilakukan adalah pelestarian musuh alami.
Bukan hanya hama tikus, pengendalian OPT lain diharapkan memperhatikan keselamatan pengguna dan lingkungan.
"Pemakaian pestisida kimia seperti insektisida, fungisida, rodentisida sebisa mungkin ditekan dan beralih ke arah pengendalian yang ramah lingkungan," jelasnya.
Pada webinar ini hadir pula Mbah Yoso, petani yang menemukan teknik alami mengendalikan tikus dengan gadung, kayu kamboja, dan bekatul.
Ia mengatakan seminggu sebelumnya mencoba. Hasilnya, tikus yang diberi umpan dengan pakan gadung, kayu kamboja, bekatul, dan ikan akhirnya mati.
"Namun,, pakan yang diberikan harus berseling dengan gabah atau pakan lainnya agar mengelabui tikus," katanya.
"Tikus selalu melewati jalan yang sama dan tikus tidak akan berpindah tempat sebelum pakan yang ada habis. Dari perilaku tersebut, dapat dijadikan umpan untuk menempatkan pakan yang dibuat tadi," sambung Mbah Yoso.
Guru Besar UGM Edhi Martoni menjelaskan percobaan yang dilakukan merupakan sebuah inovasi yang memanfaatkan bahan sekitar.
Dalam praktiknya, bahan-bahan yang ada dapat dimodifikasi sesuai kondisi di wilayah tersebut.
"Pada intinya, kami harus mengendalikan tikus, bukan membasminya. Sebab, kami harus memelihara rantai makanan, jangan sampai ada rantai makanan yang dirugikan,” tegas Edhi.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Tanaman Pangan Suwandi mengatakan, apa yang dilakukan Mbak Yoso merupakan inovasi terkini.
Harus ada teknik dalam pengendalian tikus melalui pendekatan pengendalian hama tikus terpadu (PHTT) dari pratanam sampai dengan pascapanen.
"Saya berharap OPT, termasuk tikus, perlu dikendalikan dengan ramah lingkungan. Aman untuk tanaman, ternak, manusia, dan lingkungan. Utamakan pengendalian mekanik, memanfaatkan musuh alami tikus seperti ular sawah, burung hantu, musang, dan garangan," tutur Suwandi. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi