jpnn.com - JERUSALEM – Gencatan senjata belum terwujud di Jalur Gaza. Hingga Jumat (25/7), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan militan Palestina masih saling serang. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry pun belum menyerah untuk mewujudkan gencatan senjata. Sebab, korban jiwa terus bertambah.
Dari udara jet-jet tempur Israel membombardir permukiman warga Gaza yang mereka yakini sebagai persembunyian militan. Pagi buta kemarin tidak kurang dari 30 rumah rata dengan tanah. Israel mengklaim bahwa serangan IDF tersebut sukses menewaskan pemimpin Jihad Islam dan dua putranya. Sedangkan lewat jalur darat, pasukan IDF juga terus menggempur sarang-sarang militan.
BACA JUGA: Baju Lebaran Untuk Anak-anak Palestina di Jalur Gaza
’’Kami melakukan serangan di 45 titik di Gaza,’’ terang juru bicara militer Israel. IDF mengklaim salah satu titik adalah pos komando militer Hamas.
Kendati demikian, Hamas dan militan-militan Gaza tidak gentar. Mereka tetap menghujani wilayah perbatasan Israel dengan menggunakan roket. Kemarin salah satu roket mendarat di rumah warga. Beruntung, rumah tersebut sedang kosong.
BACA JUGA: Tak Mau Ketinggakan, Ratu Elizabeth II Ikutan Foto Selfie
Kemarin pertempuran IDF dan militan Gaza memasuki hari ke-18. Belum ada tanda-tanda kedua pihak akan mengendurkan serangan. Proposal Mesir tentang gencatan senjata pun masih terbengkalai. Tapi, Kerry tidak menyerah. Dia terbang kembali ke Mesir untuk membahas gencatan senjata lebih lanjut dengan Menteri Luar Negeri Sameh Shoukri dan Sekjen PBB Ban Ki-moon. (mas)
’’Rencananya, gencatan senjata tahap awal berlangsung lima hari agar organisasi-organisasi kemanusiaan bisa masuk Gaza. Pada masa itu, Israel dan Hamas akan membahas kesepakatan perbatasan yang baru,’’ papar Hana Amireh, politikus senior Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Tepi Barat. Dia berharap, gagasan tersebut menuai dukungan kedua pihak.
BACA JUGA: Prancis Pastikan Seluruh Korban Air Algerie AH5017 Tewas
Kemarin Hamas yang sejak awal tidak antusias menanggapi gencatan senjata yang diprakarsai Mesir itu mengajukan syarat. Organisasi radikal yang menguasai Gaza tersebut meminta Mesir dan Israel membuka perlintasan di sepanjang perbatasan wilayah mereka dengan Palestina. Selain itu, dua negara Palestina tersebut harus mengakhiri blokade Gaza yang sudah berlangsung tujuh tahun.
Bersamaan dengan itu, media Israel melaporkan bahwa IDF akan melanjutkan serangan ofensif atas Gaza. Itu dilakukan karena target mereka untuk memusnahkan terowongan-terowongan militan di sepanjang perbatasan belum tercapai. Hingga kini, IDF telah menemukan 31 terowongan yang menjadi jalur Hamas bertransaksi ilegal dengan pihak luar. Tapi, IDF baru bisa memusnahkan sekitar sepuluh terowongan saja.
Berbanding terbalik dengan pencapaian target yang masih minimal, jumlah korban sipil terus membengkak. Hingga kemarin, korban tewas dari pihak Palestina tercatat 817 jiwa. ’’Sebanyak 115 di antara mereka tewas dalam serangan Kamis lalu (24/7). Itu merupakan hari paling mematikan sepanjang pertempuran berlangsung,’’ kata Ashraf al-Kidra, pejabat kesehatan Palestina.
Sementara itu, pertumpahan darah di Gaza mengundang keprihatinan sekaligus kecaman Iran. Kemarin ribuan warga Negeri Persia itu turun ke jalan sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Aksi nasional tersebut terjadi serentak di lebih dari 700 kota di seantero Iran. Bahkan, Presiden Hassan Rouhani juga terlibat dalam aksi unjuk rasa tersebut.
’’Dunia Islam seharusnya mengumumkan hari ini sebagai hari kemarahan, kengerian, persatuan, dan perlawanan terhadap Israel,’’ papar presiden 65 tahun itu di hadapan para demonstran di Kota Teheran. Dia lantas mengecam masyarakat internasional yang tidak berbuat apa pun untuk membantu Palestina. Khususnya, warga sipil yang justru menjadi korban dalam bentrokan dua kubu tersebut.(AP/AFP/BBC/hep/c4/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prancis: Air Algerie Jatuh Bukan Karena Serangan Udara
Redaktur : Tim Redaksi