Hamil 6 Bulan Dibantai 7 Liang

Kamis, 19 April 2012 – 11:26 WIB

SIANTAR- Siti Nurcahaya br Siagian alias Ester  (38), ibu yang tengah mengandung 6 bulan ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan. Tujuh bekas tusukan ditemukan di tubuhnya. Jasad korban ditemukan di dapur rumahnya di Jalan Aman, Kelurahan Siopat Suhu, Kecamatan Siantar Timur, Rabu (18/4) pukul 10:30 WIB.

Jasad ibu 5 anak ini pertama ditemukan anak ketiganya bernama Cinta (3). Melihat ibunya terkapar di lantai dapur bersimbah darah, Cinta berlari ke warung bakso milik neneknya, Kulkul (72), sekitar 50 meter dari rumahnya. Cinta menberitahu neneknya bahwa ibunya terkapar di dapur. Korban ditusuk benda tajam sebanyak 7 liang.

Tiga tusukan di leher, dua tusukan di tangan kiri, satu tusukan di pinggang kanan dan perut. Dari kondisinya, diduga korban sempat melakukan perlawanan. Hanya hitungan menit, warga sekitar berbondong-bondong berdatangan ke rumah berdinding papan berukuran 3 meter kali 6 meter tersebut. Tak berapa lama, polisi dari Polsek Siantar Timur tiba di lokasi dan langsung melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

Kepada Metro Siantar (Grup JPNN), Cinta menceritakan, saat itu dia sedang bermain di ruang tamu. Sedangkan ibunya memasak di dapur dan mencuci pakaian. Saat itu datang seorang pria berjaket hitam, kulit hitam, tak berkumis dan tak berjenggot, masuk ke rumah. Diduga pria itu berinisial ES yang sering datang ke rumah korban yang berada tepat di belakang PT STTC itu. “Om itu mengasih saya uang Rp1000 untuk jajan. Saya disuruhnya jajan ke warung tempat nenek. Pulang saya membeli roti, saya lihat Om itu sudah tidak ada lagi. Tapi ibu sudah berdarah-darah di dapur,” ujar bocah berambut lurus pendek itu.

Lebih lanjut Cinta bercerita, melihat ibunya terkapar di dapur bersimbah darah, dia ke tempat neneknya yang sedang jual miso, memberitahukan ibunya terkapar di dapur. “Saya lihat ibu berdarah-darah di dapur dan tidak bisa diajak bicara. Saya panggil nenek ke warung miso. Datang lagi saya ke rumah sama-sama dengan nenek. Mau sampai ke rumah, saya lihat Bang Rangga sudah pulang dari sekolah dan mau masuk ke rumah. Tapi saya tidak lihat Om yang tadi memberi uang jajan itu lagi,” ungkapnya.

Sesuai pengakuan Cinta, saat AS memberikan uang jajan, hal itu tidak diketahui ibunya. Namun Cinta mengaku, ES sebelumnya pernah datang ke rumah mereka. “Om itu sudah pernah datang ke rumah. Tapi saya tidak tau nama Om itu siapa. Waktu Om itu memberikan uang jajan, ibu sedang mencuci di kamar mandi,” kata Cinta sambil melalap roti. Di tengah keramaian warga yang datang hendak melihat kejadian itu, Cinta mengatakan sudah mengetahui ibunya meninggal karena dibunuh. “Ibu sudah mati (meninggal) dibunuh. Saya tidak tau siapa yang membunuh Ibu. Nggak ada lagi Ibu. Ibu baik, tidak suka memukul,” katanya sambil duduk di samping rumahnya.

Sementara itu, Ponijo (38), suami korban, mengaku mengetahui kejadian tersebut setelah ditelepon keluarganya. Saat kejadian itu, dia mengaku bekerja di Yayasan USI sebagai supir. “Saya dapat telepon dari keluarga, katanya istriku dibunuh dan berdarah-darah di dapur. Saya permisi dari kantor pulang ke rumah. Sampai di rumah, saya lihat istri saya sudah terkapar di lantai bersimbah darah dalam kondisi tidak bernyawa. Dia bercerita, sekitar pukul 8:00 WIB, seperti biasa dia mengantarkan dua anaknya ke sekolah, Kiki kelas 5 SD dan Rangga sekolag TK Stadion. Usai mengantarkan anaknya, dia langsung berangkat kerja ke USI.

“Tadi pagi waktu saya tinggalkan masih sehat-sehat saja. Kondisi ruang tamu dan barang-barang rumah pun masih begini, belum ada yang dirubah. Kalau pelakunya perampok, pasti sudah ada yang hilang barang-barang. Tapi sampai detik ini belum ada barang-barang yang diketahui hilang,” katanya. Masih kata Ponijo, istrinya sedang mengandung 6 bulan anak keenamnya. Sementara lima anaknya, yakni anak pertama Rizki alias Kiki kelas 5 SD, anak kedua Reja (9) kelas 3 SD tinggal dengan oppungnya di Kisaran, anak ketiga Rangga (5) TK, anak keempat Cinta (3) dan anak kelima, Cindy (2) tinggal dengan oppungnya juga di Kisaran.

Sopir Yayasan USI ini mengaku tidak ada masalah dengan istrinya, demikian juga kepada orang lain. Selama belasan tahun mereka berkeluarga, akur-akur saja. Dia berharap polisi dapat mengungkap kasus itu dan mengungkap pembunuh istrinya. Dia mengaku ingin sekali tau apa maksud pelaku membunuh istrinya.
Sementara, Andi Siahaan (49), tetangga satu dinding dengan rumah korban, mengatakan, tidak mengetahui kejadian tersebut. Guru salah satu SMP di Bangun ini setiap hari keluar rumah pukul 08:00 WIB dan pulang pada malam hari.

“Saat kejadian itu saya ngajar di Bangun. Kalau saya tau, keluarga mereka akur-akur saja. Namun utang sewa rumah kontrakan mereka sudah menunggak 2 tahun tidak dibayar, janjinya selalu nanti-nanti. Setiap tahunn mereka membayar sewa kontrak rumah Rp1,3 juta. Selama 4 tahun mereka tinggal di rumah kontrakan saya ini, masih 2 tahun bayar kontrakannya,” ujarnya. Kapolresta Siantar AKBP Alberd TB Sianipar melalui Kasat Reskrim AKP Azaruddin membenarkan kejadian tersebut. Diduga korban dibunuh menggunakan benda tajam.

Janin Meninggal

dr Reinhard Hutahaean, dokter Forensik RSUD dr Djasamen Saragih mengatakan, Siti br Siagian kena tusukan benda tajam sebanyak tujuh liang, dengan rincian, 3 tusukan pada leher, 2 tusukan pada tangan kiri, 1 tusukan pinggang kanan, 1 tusukan pada perut. Diduga korban sempat melakukan perlawanan. Sebab, bekas tusukan sangat banyak di tubuh korban. Masih menurut dr Reinhard, anak dalam kandungan korban juga ikut meninggal. Karena tali pusatnya nyaris putus. 

"Anak yang di kandungan korban meninggal setelah tali pusatnya nyaris putus terkena tusukan benda tajam. Setelah diotopsi, sekitar pukul 16:30 WIB, korban disemayamkan di rumahnya," ujarnya.
Posisi Telentang Amatan METRO, korban pertama kali ditemukan dalam posisi telentang di lantai dapur tepatnya di samping meja tempat kompor masak. Kedua tangan korban diletakkan di bagian dada dan wajah korban menghadap ke pintu ruang tamu. Korban saat itu memakai baju kaos warna putih dan celana pendek berwarna putih.

Di kamar mandi, polisi menemukan sebilah pisau runcing, tetapi tidak ada darah di pisau itu. Di atas meja kompor juga ada pisau dapur warna putih terletak. Saat penemuan mayat, darah dari leher korban masih mengalir kencang. Rumah korban tidak memiliki pintu belakang, hanya memiliki ventilasi ukuran 20 cm terbuat dari papan. Diduga usai menghabisi nyawa korban, tersangka kabur dari pintu depan dan melewati jemuran.

Di bawah jemuran sekitar 5 meter dari pintu rumah korban ditemukan sarung pisau yang terbuat dari kayu. Dekat sarung pisau tersebut ditemui sarung tangan warna merah kotak-kotak. (MS/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Unas, Pelajar Bajak Bus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler