Hanif Dhakiri, Tahu Betul karena Ibunya Enam Tahun jadi TKI

Minggu, 09 November 2014 – 07:02 WIB
Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri melompati pagar saat inspeksi mendadak (Sidak) di sebuah rumah yang dijadikan penampungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal di Jalan Asem Baris Raya, Jalan F Gang Z, Nomor 24 Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (5/11) Foto: getty images

jpnn.com - SEHARI setelah dilantik menjadi Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri langsung blusukan ke Bandara Soekarno-Hatta. Di lounge TKI Terminal 2D, Hanif berbincang-bincang dengan sejumlah tenaga kerja Indonesia yang baru saja pulang ke tanah air.

Dia ingin memastikan di bandara para TKI tersebut tidak mendapat perlakuan atau sejumlah pemerasan seperti yang santer diberitakan.

BACA JUGA: Inap di Pesantren, Anggaran Tidur di Hotel Disumbangkan

Aksi koboi Hanif dilakukan saat melakukan sidak ke sebuah penampungan TKI ilegal di bilangan Tebet, Jakarta Selatan.

Dalam kesempatan itu, Hanif terlihat mengamuk pada sejumlah pegawai Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) Elkari Makmur Sentosa karena tidak mau membukakan pagar.

BACA JUGA: PNS Dilarang Gelar Acara di Hotel, PHRI Komplain

Kesal karena tak juga digubris, mantan anggota komisi IX DPR RI 2009-2014 ini pun akhirnya mengambil inisiatif untuk melompati pagar setinggi kurang lebih 1,5 meter itu. Usai berhasil masuk, Hanif sendiri terlihat tidak begitu kaget dengan kondisi penampungan yang cukup buruk. Yakni dengan menempatkan hampir 50 calon TKI dalam satu kamar dengan satu kamar mandi.

Ternyata, sebelum menjadi menteri, Hanif sudah pernah masuk dalam penampungan TKI ilegal. Pengalaman itu terjadi tahun 2006 lalu, saat dia membebaskan saudaranya yang disekap di salah satu penampungan TKI. Dia mengaku  ide sidak ini pun muncul dari pengalamannya tersebut.

BACA JUGA: KPK Tunggu Laporan Kemendagri Kasus RAPBD Riau

Sadar akan sorotan masyarakat atas aksi koboinya tersebut, Hanif mengaku tidak mempermasalahkan apa pandangan mereka. Pria kelahiran Brebes 53 tahun lalu itu mengatakan bahwa dirinya hanya menjalankan apa kewajibannya.

"Saya rasa yang perlu diperhatikan bukan caranya tapi apa hasilnya dan tindak lanjutnya," ungkap Hanif saat ditemui di Jakarta, kemarin (8/11).

Pada Jumat lalu, dia mengumpulkan seluruh pengurus PJTKIS untuk membicarakan hasil sidaknya. Dia pun mengundang mitra kerja Kementerian tenaga kerja (Kemnaker) seperti Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) untuk membicarakan terkait penempatan TKI di luar negeri.

"Kami lakukan audit. Kami minta paling lambat Desember sudah ada hasilnya. Saya katakan pada mereka, kita harus masuk surga bersama-sama karenanya mari kita urus dengan baik masalah ini," tuturnya.

Sejak pertama dilantik ia memang terlihat sangat konsen mengurus masalah TKI. Bukannya tanpa alasan, ibu Menaker ke 24 ini ternyata seorang TKI. Sang ibu adalah mantan TKI yang dulunya bekerja di Arab Saudi.

Di sana, sang ibu bekerja dalam waktu yang tidak sebentar. "Ibu saya enam tahun bekerja sebagai TKI di Saudi," akunya.

Berbekal hal itu, alumnus IAIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah ini mengaku telah memiliki gambaran-gambaran dalam membenahi program-program TKI. baik saat masih di tanah air atau ketika telah di negara orang. (mia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Golkar Butuh Sosok Pemimpin Baru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler