jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Ari Junaedi mengatakan, para elite Partai Hanura perlu belajar dari partai-partai lain yang pernah didera konflik internal. Menurutnya, konflik internal di Hanura harus segera diselesaikan daripada bertele-tele dan kubu yang bertikai makin sulit berdamai.
"Pelajaran penting yang bisa diambil, bahwa konflik berkepanjangan akan semakin sulit didamaikan," ujar Ari kepada JPNN, Sabtu (20/1).
BACA JUGA: Konflik Hanura Untungkan Gerindra dan PKS
Pengajar di Universitas Indonesia itu menuturkan, para elite Partai Hanura juga harus menyadari konflik sangat merugikan internal partai. Misalnya, dukungan Hanura pada calon-calonnya di Pilkada 2018 yang digelar di 171 daerah juga terbelah karena konflik internal.
Ari lantas mencontohkan rekomendasi Hanura Kubu Oesman Sapta Odang kepada pasangan Sutarmidji dan Ria Norsan untuk Pemilihan Gubernur Kalimantan Barat. Kemungkinan, kata Ari, rekomendasi itu akan ditolak Hanura kubu Sarifuddin Sudding.
BACA JUGA: Hanura Kubu Daryatmo: Kami Bukan Kekuatan Cek Kosong
“Nah kemungkinan kubu Sudding akan berbelok ke pasangan Karolin Margret Natasa-Suryadman Gidot," katanya.
Selain itu, Ari juga memprediksiHanura bakal mengalami masalah saat proses verifikasi faktual sebagai syarat menjadi peserta Pemilu 2019. Hal itu akan membuat Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang melakukan verifikasi faktual pun akan kerepotan.
BACA JUGA: Pasek Suardika Cs Dikeluarkan dari Kepengurusan Hanura
"Masing-masing kubu jelas akan ngotot dengan kesahihan kepengurusannya masing-masing. Kondisi terburuk, proses keabsahan akan digugat ke pengadilan. Itu tentu memerlukan proses panjang dan energi besar yang terkuras," kata Ari.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Konflik Hanura, Menkumham Jangan Terjebak Kelompok Ambhara
Redaktur & Reporter : Ken Girsang