jpnn.com, JAKARTA - Menghadapi revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi belum diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM).
Program pemerintah yang mengarahkan pola pembelajaran dari manual ke sistem daring (pendidikan jarak jauh atau PJJ) bakal tersendat akibat ketidaksiapan SDM terutama dosen.
BACA JUGA: 2019, 32 Perguruan Tinggi NUTerapkan Kuliah Jarak Jauh
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III Jakarta Prof Illah Sailah mengungkapkan, dari 22 ribu dosen yang tersebar di 323 perguruan tinggi (PT), hanya 250 yang menguasai teknologi komputer.
Itu artinya, hanya 250 dosen yang siap menjalankan program pendidikan jarak jauh. Padahal, LLDikti terus mensosialisasikan agar seluruh PT mulai melaksanakan metode daring.
BACA JUGA: Dorong Perguruan Tinggi NU Kembangkan Pendidikan Jarak Jauh
"Mau tidak mau, suka tidak suka seluruh perguruan tinggi baik negeri maupun swasta harus beralih ke pendidikan daring. Kalau tidak, PT akan ditinggalkan mahasiswa milenial yang sangat akrab dengan gawai dan teknologi," tutur Prof Illah saat memberikan sambutan di hadapan 1400 wisudawan Universitas Tarumanagara (Untar), Minggu (21/10).
Dia menyebutkan, dari 323 PT, yang sudah melaksanakan PJJ baru 25 dengan sistem blended learning. Sedangkan yang full online hanya tiga.
BACA JUGA: Universitas Terbuka jadi Leader Online Learning
Untuk melaksanakan PJJ, Illah mengatakan, keikhlasan dosen dalam membagi ilmu yang dimilikinya sangat menentukan. Kalau dulu, dosen bisa menjual diktat. Kini, semua literatur bisa di-download secara cuma-cuma.
"Di sini dosennya harus ikhlas, men-share materinya di sistem online. Saya berharap Untar yang punya banyak mahasiswa, cukup 20 ribu saja yang tatap muka. Sedangkan 100 ribu mahasiswa belajar secara daring," ujar Illah.
Pada kesempatan sama, Rektor Untar Prof Dr Agustinus Purna Irawan mengatakan, pihaknya secara kontinu melakukan perbaikan kurikulum. Salah satunya PJJ dengan sistem blended learning. Walaupun belum semua mata kuliah yang di-PJJ-kan, tapi menurut Agustinus, perbaikan infrastruktur (laboratorium) untuk pendidikan daring terus digiatkan.
"Prodi dan mata kuliah sosial maupun TIK rerata sudah blended learning. Sedangkan prodi serta mata kuliah yang butuh praktik di laboratorium masih tetap full tatap muka," terangnya.
Dia menambahkan, dosen-dosen di bidang TIK seluruhnya sudah menguasai sistem pendidikan daring. Sedangkan yang lain, dalam tahap pelatihan karena tuntutan masyarakat akan pembelajaran daring makin besar. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembelajaran Online, Ratio Dosen dan Mahasiswa Diubah
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad