Hanya Bermodal Rp 1 Juta, Kini Jadi Distributor Terbesar

Selasa, 22 Maret 2016 – 09:46 WIB
Nanda Djoenaedy bersama istrinya, Cynthia Margareta. FOTO: bca for jpnn.com

jpnn.com - Siapa pun yang tekun dalam menggeluti dunia bisnis akan melahirkan hasil gemilang. Bukti hasil dari kerja keras dan ketekunan itu bisa dilihat dari pasangan Nanda Djoenaedy bersama istrinya, Cynthia Margareta. Bermodal awal kurang lebih Rp 1 juta, kini mereka menjadi distributor bahan kue kelas atas. 

 

BACA JUGA: Simak! Ini Titah Jokowi soal Berantas Penggelapan Pajak

———————

TAMPAK sebuah bangunan megah dengan konsep istana di jantung Kota Semarang. Tepatnya di Jalan Erlangga Raya nomor 2 Simpang Lima Semarang berdiri salah satu lokasi pusat oleh-oleh kue khas Semarang yang diberi nama Istana Brillian.

Berbagai varian kue hasil produksi sendiri menjadi daya tarik utama oleh para pemburu oleh-oleh. Lokasi ini terbilang cukup elite karena memiliki banderol harga cukup mahal dan tentu saja segmen pembelinya merupakan masyarakat ekonomi kelas menengah ke atas, termasuk  wisatawan domestik hingga turis mancanegara. 

Istana Brillian memang bukan pemain baru, melainkan telah lama malang melintang dalam dunia kue di Kota Semarang. Pendirinya adalah Nanda Djoenaedy bersama istrinya, Cynthia Margareta. 

Mereka merintis usaha tersebut sejak 17 Juli 1979 silam dengan nama awal Luciana Cake (sebelum akhirnya berubah menjadi Istana oleh-oleh Brillian). Di awal berdirinya, Luciana Cake berbentuk Usaha Dagang (UD) dengan memiliki dua bidang usaha, yakni penyedia bahan kue dan melayani pemesanan kue tart pernikahan serta kue ulang tahun.

BACA JUGA: Fadli Zon Berbagi Resep Demokrasi Indonesia di Depan Parlemen Sedunia

"Pada tahun 1979 silam, di Semarang memang belum ada yang memulai bisnis kue tart dengan showroom-nya untuk pernikahan. Maka kami mengawali bisnis itu," kata Nanda Djoenaedy, pemilik sekaligus CEO Istana Brillian, belum lama ini. Nanda mengaku, bisnis kue tersebut terinspirasi dari kesukaan istrinya dalam membuat kue.

Di lokasi bangunan ruko yang terletak di Kelurahan Jagalan, Semarang, Nanda meniti sejarah perjalanan bisnis tersebut dari nol. "Saya dibantu kakak dengan modal kurang lebih Rp 1 juta (di tahun 1979) untuk memulai membuat kue," kenangnya. 

BACA JUGA: Calon Ketum Golkar Pengin Tiru Kanada, Kenapa?

Ia bersama istri tercintanya berusaha mengekplorasi dengan meracik komposisi bahan kue. Setiap hari mereka terus berusaha berinovasi untuk menciptakan resep-resep baru. Pesanan pun terus berdatangan. "Saat itu, kami dibantu oleh dua orang tenaga yang membantu pembuatan serta pengiriman pesanan," kata pria kelahiran Semarang Desember tahun 1956 ini. 

Karena tokonya saat itu masih terbilang kecil dan sempit, sehingga saat menerima pesanan kue pernikahan, terpaksa harus menutup toko tersebut. Sebab untuk mengerjakan pesanan dalam porsi besar dibutuhkan ruang pengerjaan yang luas. 

Nanda dan istri juga terus melakukan uji coba agar kue hasil produksinya berkualitas. Termasuk berpikir bagaimana cara agar kue hasil kreativitas suami istri ini memiliki kualitas rasa enak, serta memiliki daya tahan lama tanpa bahan pengawet. 

"Pada awal uji coba, kue racikan kami bisa bertahan hingga satu minggu. Dalam perkembangannya bahkan bisa bertahan hingga satu bulan. Setelah kami lakukan tes melalui laboratorium dinyatakan tidak ada masalah untuk dikonsumsi," terang ayah tiga anak, yakni Lucia Lilianda, Laurensia Ananda, dan Lavencia Dean Ananda ini.

Tidak berhenti di situ, proses uji coba dilanjutkan dengan tahap selanjutnya yakni proses vakum. Hasil uji coba panjang tersebut ternyata membuahkan hasil bahwa kue hasil racikannya itu mampu bertahan hingga 2 bulan. Total waktu pengujian laboratorium tersebut kurang lebih dilakukan selama 4 bulan. 

"Saat itu kondisi ekonomi sedang terpuruk karena terjadi krisis moneter. Sehingga biaya tes laboratorium sangat mahal. Awalnya biaya tesnya Rp 125 ribu, tapi naik menjadi Rp 750 ribu. Mensiasati hal itu, akhirnya kami melakukan tes laboratorium secara mandiri," katanya. 
Kualitas kue racikan Nanda bersama istrinya kian dilirik oleh para pembeli. Selain itu, Nanda mengaku memberanikan diri untuk mendaftarkan kue hasil produksinya kepada Laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Hasilnya, BPOM menyatakan bahwa kue tersebut bisa bertahan selama 63 hari. 

"Ini tanpa pengawet," imbuh pengusaha yang mengaku mengutamakan prinsip jujur ini. 

Meski kualitas kuenya meningkat, namun demikian, pemasukan dari hasil penjualan setelah 10 tahun berjalan terlihat stagnan. Hal itu membuat Nanda harus berpikir bagaimana cara pengembangan bisnis tersebut. Hingga akhirnya pada 1989, Nanda berusaha memperluas jaringan bisnis. 

Ia menawarkan bahan-bahan kue kepada sejumlah bakery. Salah satunya adalah Palmia Margarin dari Salim Group. Dari sinilah, bisnis Nanda mulai meroket dengan cepat. "Itu di akhir 1990. 

Ada perkembangan luar biasa. Apalagi Salim Group meminta menggunakan bank garansi dari BCA, di mana pinjaman bisa mencapai 200 persen, awalnya dari Rp 10 juta bisa ambil Rp 20 juta," terang Nanda. 

Terjadi peningkatan permintaan besar-besaran untuk margarin dari awalnya 800 karton/dus per bulan, kemudian pada tahun 1997 mencapai 5.300 karton/dus per bulan. Pada tahun 1994, Nanda bersama istrinya memberi nama produk cake-nya yakni Brillian Super Cake.

Dalam perkembangannya, nama Brillian kian dikenal hingga menjadi ikon kue di bisnis tersebut. Dia mengaku selama berbisnis, prinsip utama yang dijunjung tinggi adalah dalam hal kejujuran. Sebab dengan jujur, seseorang akan mendapat kepercayaan. 

Selain itu, ia juga menekankan arti sebuah keikhlasan. "Harus ikhlas menerima segala kondisi," imbuh penyuka nasi goreng ini. 

Disinggung mengenai banyak bermunculannya produk kue sejenis, Nanda mengaku tidak merisaukannya. Menurutnya, masyarakat bisa memilih berdasarkan kualitas sebuah produk. Sejauh ini, lanjut Nanda, cita rasa dan daya tahan Brillian Super Cake sudah mendapatkan kepercayaan konsumen. "Kami terbuka kepada siapun soal bahan, tapi tidak dengan resep," katanya. 

Saat ini, Brillian Super Cake memiliki beragam aneka rasa, di antaranya cokelat, keju, raisin, almond, cappucino, braunneo, crunchy, dan less sugar. Kata dia, resep dasarnya sama. Perbedaannya hanya terletak pada variasi rasa tambahannya saja.

"Selalu menjaga keterbukaan kepada siapapun dan memilih rekan kerja yang dapat dipercaya itu penting," ungkap pengusaha yang memilih BCA sebagai bank penjamin untuk menggerakkan roda usahanya itu. 

Nanda berharap, Brillian Super Cake bisa menjadi ikon khas kue asli Semarang dan dikenal banyak orang. Sebagaimana Medan ada bolu gulung bernama Meranti. (bca/adv)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lestarikan Tradisi Santri, PKB Gelar Musabaqah Kitab Kuning


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler