Happy Gali Insting Keibuan

Jumat, 10 Agustus 2012 – 07:25 WIB
Happy Salma saat melakukan latihan dan pendalaman karakter Film "Air Mata Terakhir Bunda" di Desa Tambak Cemandi, Kecamatan Sedati, Sidoarjo, Kamis (9/8) sore. Dalam film ini Happy Salma berperan sebagai Sriyani yang tinggal di sebuah desa. Syuting film akan dimulai September mendatang. FOTO : FEDRIK TARIGAN/ JAWA POS
SURABAYA – Happy Salma melakukan usaha ekstra demi film terbarunya, Air Mata Terakhir Bunda. Aktris 32 tahun itu serius melakukan observasi dan pendalaman peran di Tambah Cemandi, Sidoarjo. Di sebuah rumah yang berdinding anyaman bambu dia beradu akting dengan dua anak lelaki yang jadi lawan mainnya.

Happy memang berperan sebagai perempuan Sidoarjo di film yang diangkat dari novel karya Kirana Kejora itu. Dia adalah single mother dengan dua anak. Meski berpengalaman berakting, dia menyatakan canggung.

”Kami belum akrab. Mereka masih rikuh sama saya. Jadi, kami masih perlu beradaptasi,” ungkapnya, sambil mengelus kepala Ilman Lazulfa, 11, pemeran Delta.

Happy mengungkapkan harus membangkitkan aura keibuan. ”Tahu-tahu, saya harus jadi ibu. Mana anaknya sudah ABG pula,” ujarnya sambil tertawa. Yang dia maksud adalah Rizal Farhan Bariki, 14, yang memerankan Iqbal, anak sulungnya.

Dua bocah asli Sidoarjo tersebut memang tampak malu-malu. Saat berakting, volume suara mereka kurang kencang, tidak sebanding dengan Happy. Meski demikian, mereka menerjemahkan naskah dengan bagus. kalau tidak hanya hafal skrip, mereka bisa berimprovisasi. Bahkan, sesekali mereka menggunakan bahasa Jawa logat setempat.

”Saya senang karena bisa main peran ini biarpun sebenarnya masih kaget karena bisa terpilih. Ternyata susah main film, harus menghafal naskah,” ungkap Rizal. Dia menyatakan dibantu kedua orang tuanya yang berpura-pura sebagai lawan mainnya. ”Saya juga masih malu, tetapi senang karena perannya enak, jadi anak baik,” timpal Ilham.

Ada beberapa adegan yang dilakukan Happy, Ilman, dan Rizal kemarin. Selain di dalam rumah, mereka berakting di luar. Happy harus bersepeda dengan melewati jalan tanah yang tidak rata. Panas menyengat yang ditambah angin kencang tidak membuat Happy mengeluh sedikit pun. ”Memang panas, tetapi ada angin. Saya masih bisa lihat langit biru dan awan,” jelasnya.

Happy menerangkan mempertimbangkan kondisi lingkungan masak-masak selama sebulan. Bagi perempuan berambut panjang tersebut, karisma tokoh yang diangkat sangat kuat dan inspiratif.

”Dia berjuang untuk menghidupi keluarga. Tetapi, perannya tidak memelas dan penuh tangis. Kesedihan dan simpati akan terbangun dari fakta yang ditunjukkan, bukan air mata,” paparnya.

Bagi Kirana Kejora, 40, diangkatnya novel itu menjadi film laksana jawaban bagi mimpinya. Sebelumnya, dia memiliki enam buku dan mengupayakan keenamnya difilmkan, tetapi belum berhasil.

”Ini karya ketujuh dan saya belum mengupayakan apa pun yang terkait dengan film. Fokus jualan buku saja. Eh, ternyata malah diminati,” kata perempuan asal Pondok Jati, Sidoarjo, tersebut.

Hari ini (10/8) Happy akan melanjutkan pendalaman peran di Balung Gabus, Tanggulangin, Sidoarjo. Dia akan turun ke tambak dan mendulang kupang, sejenis hewan air yang menjadi bahan makanan khas Jawa Timur, lontong kupang. ”Saya harus tahu dan bisa seperti orang daerah sini. Saya tidak ingin di film nanti tampak seperti turis,” ungkapnya dengan diiringi senyum. (lie/c12/na)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Selfi KDI Minta Rhoma Irama Berdamai

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler