Haram

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 31 Juli 2021 – 16:58 WIB
Reza eks NOAH dan Uki Kautsar eks NOAH. Foto: Instagram/uki_kautsar

jpnn.com - Debat mengenai hukum musik haram atau halal ramai lagi setelah mantan personel band Noah, Uki membuat unggahan di dunia maya, dengan menyebut musik haram dan bisa menjadi pintu pembuka maksiat.

Bukan itu saja, Uki, alias Mohammad Kautsar Hikmat juga menyarankan agar industri musik di tanah air ditutup. Unggahan ini kontan mendapat respons ramai dari warganet.

BACA JUGA: Rhoma Irama dan Gus Miftah Tidak Sepaham dengan Uki Eks NOAH

Perdebatan musik haram atau halal bukan debat baru. Debat ini menjadi salah satu perbedaan pendapat yang tajam di kalangan ahli fikih klasik sejak dulu kala.

Para ulama terpecah pendapatnya mengenai hal ini. Tidak ada satu pendapat yang sama mengenai hal ini, dan karena itu masalah ini dikategorikan sebagai khilafiyah atau kontroversial.

BACA JUGA: Uki Eks Noah Sebut Musik Haram, Rhoma Irama Beri Penjelasan Begini

Perdebatan ini menjadi viral dan trending topic karena yang melempar isu ini adalah Uki, mantan persolen grup bank Noah, yang pada masa kejayaannya menjadi ikon pop paling dipuja di Indonesia.

Noah bukan sekadar menjadi trend setter musik Indonesia, tetapi sekaligus menjadi trend setter gaya hidup anak muda Indonesia.

BACA JUGA: Uki Eks NOAH Sebut Musik Haram dan Pintu Maksiat, Gus Miftah Beri Tanggapan, Lugas

Ikon grup Noah adalah vokalis Nazril Ilham alias Ariel, yang gaya hidupnya sangat kontroversial. Sebelum mendirikan Noah, Ariel lebih dulu terkenal dengan grup band Peter Pan. Grup ini kemudian pecah dan Ariel mendirikan Noah.

Gaya hidup Ariel menjadi sorotan terutama karena ia banyak berhubungan bebas dengan banyak wanita. Video hubungan intim Ariel dengan wanita, di antaranya sudah bersuami, beredar luas di masyarakat, sampai akhirnya membawa Ariel masuk penjara.

Gaya hidup bebas menjadi identik dengan para bintang musik pop di Indonesia, dan Ariel bersama Peter Pan dan Noah menjadi ikon paling penting dalam budaya pop Indonesia.

Karena itu, ketika Uki melempar pernyataan haram, hal itu terasa seperti sebuah bom yang bikin kaget banyak orang.

Uki adalah bagian dari orang dalam yang mengetahui bagaimana gaya hidup bebas anak-anak band. Gaya hidup itu kemudian banyak diikuti oleh anak-anak muda yang mengidolakan para musikus dan menjadikan mereka sebagai role model.

Seks bebas, alkohol, dan narkoba, seolah menjadi bagian dari gaya hidup yang tidak bisa dipisahkan dari musik. Sangat banyak selebritas musik yang ditangkap karena terjerat narkoba.

Beberapa personel grup musik Slank, yang punya penggemar fanatik ratusan ribu Slankers, juga mengakui pernah akrab dengan alkohol. Setelah lebih dewasa dan matang sekarang, personel Slank hidup bersih dengan berhenti merokok, dan tidak lagi mengonsumsi alkohol.

Kabar terbaru adalah kasus narkoba yang menjerat Anji, salah satu pop idol yang banyak penggemarnya. Anji juga punya rekam jejak dengan seks bebas. Anak kandung Rhoma Irama, Ridho Rhoma juga beberapa kali ditangkap karena narkoba.

Anak kandung Iwan Fals, Galang Rambu Anarki, juga meninggal, diduga karena berlebihan mengonsumsi obat bius. Keluarga membantah kabar itu dan menyatakan Galang meninggal karena penyakit lain.

Di masa tuanya sekarang, Iwan Fals berusaha untuk hidup lebih bersih. Rhoma Irama yang dikenal sebagai Raja Dangdut juga memberi contoh dengan gaya hidup bebas rokok, narkoba, dan alkohol.

Meski demikian, dalam soal urusan wanita, Rhoma Irama juga pernah diterpa beberapa kali isu miring.

Banyak selebritas dan musikus yang kemudian memilih jalan hijrah dan meninggalkan dunia musik secara total. Uki adalah salah satu di antara mereka. Mereka yang memilih untuk menekuni ajaran salaf, seperti Uki, tegas menghukumi musik sebagai haram.

Kali ini Rhoma menjawab unggahan Uki. Musik, bagi Rhoma, adalah sarana dakwah yang efektif, yang bisa menjangkau semua kalangan, mulai dari kalangan bawah sampai atas. Musik menjadi haram kalau membawa pengaruh untuk melakukan maksiat.

Musik menjadi lambang kebebasan sekaligus lambang pemberontakan. Di Eropa dan Amerika, pada periode 1970-an muncul pemusik-pemusik yang menjadi lambang kebebasan dan pemberontakan.

Pada dekade itu lahir generasi bunga atau Flower Generation. Mereka adalah generasi yang ingin hidup bebas, damai, dan lepas dari politik yang mereka anggap penuh keruwetan, kekerasan, dan tipu muslihat.

Generasi bunga ini hidup bebas tanpa aturan, mengonsumsi alkohol dan obat bius, serta menganut gaya hidup seks bebas. Grup musik yang menjadi idola generasi bunga adalah The Beatles, dengan ikon utama John Lennon yang menjadi vokalis dan motor utama band.

Para penggemar The Beatles adalah generasi hippies yang hidup bebas dan damai. Mereka anti-kekerasan dan anti-perang. Generasi ini tumbuh subur dan berkembang luas di Eropa dan Amerika, dan memengaruhi anak muda di seluruh dunia.

Ketika Amerika Serikat terlibat dalam perang yang kejam di Vietnam, generasi hippies dan generasi bunga ini menjadi pemrotes yang paling gigih. Mereka menentang keras perang Vietnam dengan melakukan demontrasi damai di semua kota besar Amerika dan Eropa.

Meskipun generasi hippies ini hidup bebas, tidak mau diatur, dan tidak mau direcoki oleh politik, tetapi terbukti mereka menjadi kekuatan politik yang efektif sebagai pressure group, kelompok penekan, yang akhirnya memaksa Amerika menarik diri dari Vietnam pada 1973.

Bagi mereka yang berhaluan Marxis kiri, musik pop adalah bagian dari pop culture (budaya pop) yang merupakan hasil dari industri budaya massa yang ditunjang oleh model produksi kaptitalisme.

Pop culture dianggap sebagai penyeragaman selera oleh industri budaya massa, yang menghasilkan produk berselera rendah untuk mengeruk keuntungan finansial sebesar-besarnya.

Budaya pop menghasilkan budaya massa yang menghilangkan budaya tinggi yang kontemplatif dan membebaskan. Budaya pop harus dilawan supaya masyarakat terbebaskan. Karena itu Marxisme dan sosialisme menawarkan pembebasan dari budaya pop yang kapitalistis.

Sebagian kalangan Islam juga melihat musik dan budaya pop dari kacamata kritis, dan menganggapnya sebagai kekuatan destruktif yang menjauhkan orang dari kesadaran religius. Karena itu musik dan budaya pop diharamkan.

Pandangan seperti itu kontroversial. Banyak ulama fikih yang menentang dan memberi alternatif yang lebih moderat. Yusuf Al-Qardhawi, ulama fikih terkemuka asal Qatar menulis kitab Fiqhul Musiq atau Fikih Musik yang memberi argumen kuat bahwa musik tidak haram.

Pandangan Al-Qardhawi ini sampai sekarang menjadi pegangan utama kalangan yang menganggap musik tidak haram.

Di sisi lain, kelompok-kelompok salaf yang menghendaki pemurnian praktik agama, menganggap musik dengan segala bentuknya adalah haram. Yang dibolehkan adalah bunyi-bunyian sederhana atau nyanyian tanpa musik pengiring.

Sebagaimana kaum kiri yang melawan hegemoni budaya pop, kalangan salaf ini juga memberikan perlawanan terhadap budaya pop, yang menghegemoni dan mendominasi budaya dunia yang sekuler dan jauh dari religiusitas. (*)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler