Harapkan Tampilan Dhani Bukan Isyarat Kembalinya Pemimpin Fasis

Rabu, 25 Juni 2014 – 22:11 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Nama Ahmad Dhani jadi bulan-bulanan di media sosial karena video klipnya berjudul Prabowo-Hatta We Will Rock You. Selain lagu adaptasi dari We Will Rock You milik Queen itu tanpa izin resmi dari penciptanya, tampilan Dhani yang mengenakan baju ala komandan SS Nazi, Heinrich Himmler juga mencuatkan kontroversi.

Bagi masyarakat Eropa khususnya Jerman, simbol-simbol Nazi sudah diibaratkan aib besar. Karenanya tak heran media Jerman, Der Spiegel pun mengangkat video klip Prabowo-Hatta We Will Rock You itu dari sisi tampilan Dhani berbaju ala Himmler.

BACA JUGA: Panwas Diminta Usut Surat ke Guru Minta Dukung Prabowo-Hatta

Menurut tim ahli di Tim Sukses Joko Widodo-Jusuf Kalla, Andreas Hugo Pareira, adalah hal wajar ketika tiba-tiba media Jerman menyoroti Dhani sebagai pendukung Prabowo-Hatta mengenakan jaket khas Himmler. “Karena Himmler yang dikenang sebagai seorang penjahat perang dan dianggap sebagai aib bangsa, justru di Indonesia diagung-agungkan oleh Ahmad Dani yang notabene duduk di tim sukses Prabowo-Hatta,” kata Andreas di Jakarta, Rabu (25/6).

Mantan anggota Komisi Luar Negeri DPR itu lantas menceritakan pertemuannya dengan seorang wisatawan asal Jerman di Bajawa, Flores, Nusa Tenggara Timur. Turis Jerman itu merasa terheran-heran ketika melihat artikel tentang Ahmad Dhani di Spiegel itu.  

BACA JUGA: Obor Rahmatan Lil Alamin Hadir Menyejukkan

Doktor ilmu politik lulusan University of Giessen di Jerman itu menambahkan,  penampilan Dhani di klip itu memang memunculkan kecurigaan. "Gila, ini orang tidak mengerti atau jangan-jangan dia sedang menampilkan karakter asli capresnya?" kata Andreas menirukan turis Jerman itu.

Ditambahkannya, penampilan Dhani itu dikhawatirkan sebagai cerminan tentang karakter asli berbau nazisme dari capres yang didukungnya. Ia juga mengutip nasihat dari turis Jerman yang melihat artikel di Spiege bahwa Adolf Hitler memanfaatkan kelemahan demokrasi di Jerman pada 1930-an untuk berkuasa.

BACA JUGA: Anggoro Pilih di Luar Negeri Atas Saran Petinggi Polri

“Hilter yang dikenal sebagai seorang fasis memanfaatkan lemahnya sistem demokrasi di Jerman pada saat itu untuk berkuasa dan mengumbar nafsu menguasai Eropa hingga  berbuntut Perang Dunia II. Nasihatnya (turis Jerman, red) jangan sampai terpilih seorang pemimpin fasis di Indonesia,” pungkas peraih gelar master bidang politik Asia Tenggara dari Universitas Passau di Jerman itu.(ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sandiaga Uno Sebut Moratorium Pengiriman TKI tak Tepat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler