JAKARTA - PT Indika Energy Tbk (INDY) mengoptimalkan ekspansi seluruh anak usaha selagi menghadapi ancaman penurunan harga jual batu bara sebagai komoditas unggulan perseroan. Sebagian besar belanja modal dari total Rp 2,4 triliun dialokasikan kepada anak usaha yang memiliki lini bisnis beragam.
Wakil Direktur Utama INDY, Whisnu Wardhana, mengatakan perseroan bersiap menghadapi penurunan harga jual rata-rata (average selling price) menjadi di bawah harga perkiraan semulai di angka USD 71 per ton. "Tekanan di pasar global membuat kami memerkirakan harga jual rata-rata tahun ini antara USD 67 sampai USD 68 perton," ungkapnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Kamis (14/06).
Beruntung masih ada satu harapan terutama dari anak usaha, Kideco, yang telah mencatatkan kontrak batu bara mencapai 77 persen di harga sebelumnya. Sedangkan sisa 23 persen untuk pasar"spot"dari target produksi batu bara mencapai 33 sampai 34 juta ton tahun 2012 ini.
Whisnu mengatakan harga jual dipengaruhi situasi global. Terutama penemuan inovasi teknologi di Amerika Serikat yaitu inovasi sale-gas. Jenis energi baru ini berasal dari kandungan gas yang berada di sekitar cadangan batu bara di perut bumi.
"Ke depan, perusahaan batu bara, juga Indika akan lebih memperhatikanstriping ratio"demi mendapat efisiensi biaya dan sekaligus meningkatkan produksi," ujarnya.
Atas dasar itu Indika pasang strategi dengan lebih banyak membelanjakan modal melalui anak usaha. Direktur INDY, Azis Armand, mengatakan separuh dari capital expenditure (capex) sebesar Rp 2,4 triliun itu untuk pembelian alat berat di anak usaha PT Petrosea Tbk (PTRO). Pihaknya juga mengalokasikan sebagian untuk pembelian crane di sayap usaha perkapalan milik PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS).
"Capex sepanjang 2012 ini kita tetapkan sebesar USD 256,2 juta (setara sekitar Rp 2,4 triliun). Belum termasuk potensi anggaran belanja modal untuk aset-aset baru yang kita akuisisi sebelumnya," ungkapnya.
Anggaran capex tahun ini tercatat lebih sedikit dibandingkan USD 259,8 juta pada 2011. Tahun lalu, dari total capex tersebut terealisasi sebesar 97,3 persen. Petrosea tercatat mendapat jatah paling besar yaitu USD 103 juta namun realiasinya lebih tinggi mencapai USD 153 juta.
Untuk tahun ini, Petrosea mendapat jatah USD 180 juta disusul MBSS sebesar USD 38,1 juta. Selanjutnya, Resources meraih"anggaran USD 30,5 juta, Tripatra yang merupakan perusahaan kontraktor mendapat bagian USD 700 ribu. Sedangkan induk usaha dianggarkan USD 6,9 juta.
Di luar itu, perseroan juga telah menghitung kebutuhan investasi untuk dua anak usaha di pertambangan batu bara, PT Multi Tambangjaya Utama (MTU) dan PT Mitra Energi Agung (MEA). Presiden Direktur INDY, Arsjad Rasjid mengatakan, pihaknya memeerkirakan capex untuk MTU sebesar USD 130 juta untuk pembebasan lahan sebesar USD 55 juta, eksplorasi sebesar USD 27 juta, pembelian aset USD 13 juta, dan pembangunan infrastruktur USD 3,29 juta. "Anggaran itu diperhitungkan untuk kebutuhan hingga lima tahun mendatang," ujarnya.
Untuk Mitra Energi Agung, perseroan menganggarkan capex USD 55,8 juta selama dua tahun mendatang. Kebutuhan untuk pembebasan lahan dijatah USD 2,5 juta dan eksplorasi USD 6,7 juta. Porsi terbesar untuk pembelian aset sebesar USD 46,6 juta.(gen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... AirAsia Asean Beroperasi di Jakarta
Redaktur : Tim Redaksi